If || Hunlice ✓

By AchaJ___

15.2K 1.3K 39

"Kemana saja kau selama ini?" ~ Oh Sehun "Aku tidak kemana-mana. Aku tetap di sini---di tempat yang sama." ~... More

🌸Prologue🌸
1. Can't Say Love Words
2. How If I Get Closer?
3. I'm Always Worry To You
4. Like A True Fool, Me
5. Just Can Look At You
6. Afraid Of Sadness And Pain
7. Our Distance Goes Wider
9. Somehow To Take You Off
10. Do You Still Remember?
11. Tell Me, If You Love Me [End]
🌸Epilogue🌸

8. Maybe Your Heart'll Turn

707 89 7
By AchaJ___

















🌸Happy Reading🌸



















Dengan langkah gontai, Lily berjalan, keluar dari mall tersebut. Ia bukannya lupa kemana arah pulang. Hanya saja, Lily sangat tidak menyangka, Sehun akan memperlakukannya seperti tadi.

"Bagaimana saat kau tahu siapa aku sebenarnya?" tanya Lily yang jelas tidak mendapat respon.

Ia menatap kosong sekitarnya. Gadis itu seolah sudah tak memiliki semangat hidup lagi. Air mata Lily jatuh, entah untuk yang ke berapa kali.

"Kau membenciku?" Lily melirih pelan, terdengar menyedihkan. "Kenapa harus kau?" lanjutnya.

Lily bersumpah, ia tak masalah jika orang lain yang memakinya. Ia akan mengikhlaskan dengan mudah. Tapi yang barusan? Bukankah Lily pernah mengatakan kalau Sehun adalah pengecualian?

Memang masih menjadi sebuah rahasia, yang telah Lily rencanakan untuk diberitahu dalam waktu dekat. Namun... Bagaimana sekarang? Apa Sehun peduli dengan fakta tersebut? Cih, mustahil! Tidak mungkin!

Ia cukup sadar diri. Sehun itu nyaris sempurna. Begitu pula dengan Seegyoo. Sedangkan Lily? Orang gila, bukan? Tak ada apa-apanya.

Lily lantas memejamkan mata. Perempuan berponi tersebut menggigiti bibir bawahnya, berupaya agar tidak bergetar hebat.

Perih. Rasanya teramat-sangat menyakitkan. Ia pikir, hari ini adalah hari yang paling bahagia dalam tujuh belas tahun hidupnya. Tapi ternyata tidak. Justru lima juta kali lebih buruk. Lily bahkan tak pernah membayangkan, kalau Sehun bisa sekasar tadi.

BRUK

Lily terjatuh. Tubuhnya tak sengaja menabrak orang. Gadis itu kemudian menunduk, merasakan lututnya yang berdenyut nyeri. Sepertinya... Lily terlalu banyak melamun.

Ia menyeka pipi basahnya. Lantas, Lily mendongak, memandang takut-takut sosok tak dikenal di hadapannya.

"M-maaf..." ucap Lily terbata, tampang pria tersebut nampak menyeramkan, lengkap dengan baju hitam-hitam yang sukses membuat keringat dingin Lily menetes.

Lelaki itu tersenyum, tapi tetap saja Lily tidak bisa melihat jelas bentuk rupanya, sebab dia menggunakan kacamata gelap. "It's okay, Nona. Bukan masalah."

Lily sontak bergidik. Ia mencoba bangkit, namun sialnya, kaki Lily terkilir. "Awh!"

"Kau kenapa, Nona? Ada yang terluka? Apa perlu kubantu?" Si pemuda asing mendekat, tetapi Lily buru-buru bergerak mundur. Menjauh.

"Jangan, jangan macam-macam! Atau aku akan berteriak!" seru Lily.

Manusia di depannya terkekeh sinis. "Kau sudah paham ternyata," ujar orang itu, sembari melipat tangan di dada. "But, I'll never let you escape."

Napas Lily langsung tercekat. Ia bingung sekali sekarang, ia harus bagaimana. Ya Tuhan, tolong Lily!!!

"S-siapa kau, huh?!" Lily memberanikan diri untuk bertanya. Padahal dalam hatinya, ia menangis ketakutan.

"Tidak penting!" Gadis tersebut terperanjat. Dan kemudian, sosok itu pun meraih tangan Lily, menggenggamnya erat, mengakibatkan rintihan-rintihan kecil keluar dari mulut Lily.

"Lepaskan!"

"Tidak akan, Nona." Dia menarik Lily kencang, membuat si perempuan berponi menubruk dadanya. "Ikut aku!"

Lily memberontak, berusaha menghempaskan cengkeraman si pemuda yang kini sedang menyeretnya tanpa perasaan. "Aku tidak mau!"

"TAPI AKU TIDAK MENERIMA PENOLAKAN!" pekiknya, yang lagi-lagi menyentak Lily, menyebabkan gadis itu terisak. "Diam!"

"Aku bilang lepaskan, aku tidak mau." Lily sudah kehabisan tenaga. Ia tidak mampu berteriak, hanya sebuah lirihan, yang bahkan hampir tak terdengar.

Lelaki tersebut tak menghiraukan. Ia terus saja melangkah, membawa paksa Lily menuju ke suatu tempat.

Sedangkan Lily, dia tidak bisa berbuat apa pun. Ia cuma bisa memohon, sembari beroda, semoga sang pemuda tiba-tiba berubah pikiran. Rela membiarkannya lolos tanpa syarat.

"Masuk ke mobilku!" Lily menggeleng keras. "Cepat! Atau aku akan bertindak semakin kasar!" Lily tetap membantah.

Si lelaki berkacamata hitam lama-kelamaan menjadi geram. Ia mengerang marah, lantas menjambak kuat rambut Lily.

Lily meringis kesakitan. "L-lepaskan aku, breng---hmpt---"

Setelah itu, pandangannya gelap.















🌸🌸🌸















Seorang gadis bermata bulat mengerjap. Ia baru saja terbangun dengan posisi duduk. Tubuhnya terasa kaku, begitu pula dengan kepalanya yang pusing luar biasa.

"Oh, sudah sadar kau," ucap sinis seonggok manusia bertopeng di hadapan Lily.

Lily mengernyit. Sekelilingnya nampak asing. Terlebih, saat ia hendak menggerakkan tangannya, ia tidak bisa. Terikat?

"Choi Lily, right?"

Manik si perempuan berponi membola. "Kau mengenalku?" tanyanya keheranan.

Dia menyeringai setan. "Tentu. Memangnya... Kau tidak ingat siapa aku?" Lily diam. "Jahat sekali kau melupakanku."

Tetap tak ada balasan.

"Ah, kau banyak berubah, Ly. Ternyata, kau bukanlah gadis polos dan lugu seperti saat kau berada di sekolah."

Lily tidak peduli dengan itu. Ia justru terus berfokus untuk membebaskan diri.

"Berhenti menyakiti dirimu sendiri, Ly. Karena kali ini, kau tidak mungkin bisa lolos dariku." Pemuda tersebut menghampiri. Ia mencengkeram dagu Lily kuat-kuat. "Aku sudah mengetahui semua rahasiamu. Jadi... Maukah kau aku menyebarkannya?"

Sontak, Lily terbelalak. "Tutup mulutmu!"

"Bagaimana jika aku tidak mau?"

"Yak!"

"Apa, Ly?" Dia mengelus pipi sang gadis dengan lancang, mengabaikan seruan Lily yang menolak sentuhannya. "Kau cantik, ya. Benar-benar cantik."

Lily mengalihkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, mencegah sosok itu dapat melancarkan aksinya.

"Aku ingin memberitahumu tentang rencanaku selanjutnya, Ly. Aku bisiki, sini!"

Lelaki tersebut mendekatkan bibirnya pada telinga Lily. Ia mengatakan sesuatu, yang seketika, mampu membuat Lily terkejut.

"Jangan lakukan itu!" teriaknya histeris.

Sosok di depannya tersenyum. "Kenapa? Kenapa aku harus membatalkannya? Berikan aku sebuah alasan."

"Karena itu bisa mencelakakan Sehun! Kau tidak boleh melakukannya!"

"Kau menyukai Sehun, ya?" Si pemuda bertopeng terkekeh. "Ah, bodoh aku! Sudah pasti kau menyukainya, bahkan mencintainya. Kau, kan---"

"Cukup! Jangan membahasnya!"

"Jadi aku benar? Wah, informasi yang kudapat sungguh akurat ternyata. Rahasiamu akan terbongkar sebentar lagi, Choi Lily."

"Hey!" Lily memekik. "Berhenti mencampuri urusanku, dan urus saja urusanmu!"

"Tapi aku tidak punya urusan yang lebih penting selain... Menghabisi Sehun."

"Kubilang jangan!"

"Kalau begitu, apa kau bersedia menggantikannya?"

"Hah?!"

Dia membawa wajahnya, menjadi hanya berjarak lima sentimeter dari milik Lily. "Bagaimana jika kau yang kuhabisi? Aku akan membiarkan Sehun bebas."

"Bisakah?"

"Kau betul-betul berniat melakukannya?"

"Kenapa tidak? Asalkan Sehun tidak apa-apa."

"Cinta mati? Cih!" Lelaki itu berdecih muak.

"Terserah apa katamu, tapi aku serius. Jangan sentuh Sehun!"

"Aku selalu menepati janjiku, Nona. Namun aku kasihan padamu. Aku mesti bagaimana?"

"Tak usah pikirkan aku!"

"Kau yakin? Aku tidak akan berhenti saat aku sudah memulai."

"A-aku yakin!"

Dia menggeleng. "Kau masih ragu, Nona. Jadi, lebih baik Sehun saja yang menjadi korban."

"T-tidak---"

"Aku sedang bermurah hati hari ini. Aku memberikan kalian kesempatan," potongnya. "Kalian akan kubiarkan, kalau Sehun datang menolongmu sekarang."

"Maksudmu?" tanya Lily bingung.

"Telepon Sehun, suruh dia ke sini untuk membawamu pulang. Lantas, kalian bebas seratus persen tanpa syarat."

Lily menunduk dalam. Ia kira hal tersebut takkan berhasil. "Tidak perlu. Bunuh saja aku."

"Kau terlalu mengikhlaskan diri."

"Bukan masalah besar."

"BODOH!"

"Ya, memang, begitulah aku."

"Telepon Sehun!"

"PERCUMA!" serunya. "Dia tengah bersenang-senang."

"Dengan Seegyoo?"

"Kau tahu?"

Pemuda itu berdekap dada. "Aku tahu segalanya."

"Maka seharusnya kau tahu kalau Sehun tidak akan mengangkat panggilanku!" Mata Lily tiba-tiba memanas, menghasil setetes cairan bening yang semakin lama, semakin banyak jumlahnya. "Dia tidak peduli denganku."

"Kau menyedihkan!'

"Ya."

"Sehun hanya memanfaatkanmu!"

"Benar."

"Dia mendekatimu karena kau adalah si gadis berponi dengan nilai Sosial di atas sembilan puluh."

"Iya, aku tahu! Aku paham semua itu!"

"Dan sekarang? Kau membiarkan dia bersama Seegyoo?"

Lily menggendikkan bahu. "Mungkin, Sehun memang sudah berpaling. Dia sangat menyukai Seegyoo."

"Tapi kau menyukainya."

"Sudah kukatakan, dia tidak peduli!"

Orang itu mendengus kasar. "Baiklah kalau begitu. Bersiaplah untuk pergi dari dunia ini," ujarnya. "Namun sebelum kau tiada, kupikir, kau harus melihat wajahku terlebih dulu."

Dia membuka topengnya. Kemudian, memandang Lily sambil tersenyum miring.

"K-kau?!"

"Selamat tinggal, Lily..."





















•••

TBC.

Hey hey siapa dia~

Continue Reading

You'll Also Like

495K 5.3K 88
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
1M 86.2K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
1.4M 81.6K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi 🔞🔞 Homophobic? Nagajusey...