MARIPOSA 2

By Luluk_HF

24.1M 1.8M 1M

Mariposa kini selalu bersamanya. Mariposa selalu memencarkan keindahannya. Namun, sampai kapan Mariposa selal... More

MARIPOSA IS BACK
PROLOG
1 - HEI
3 - Hangat dan Nyaman
4 - Harapan
5 - Permintaan dan Janji
6 - Selamat Ulang Tahun Natasha
7 - SI MAI
8 - Good Night
9 - The Kiss
10 - Area cowok
10 - Area Cowok
11 - Kejujuran
12 - Siara
13 - Hadiah dari Acha
14 - Bisa nggak?
15 - Insiden 402
16 - Kepercayaan
17 - TERUS!
18 - Dekati Musuh
19 - Ketakutan
20 - Bidadari yang malu
21 - Camping
22 - Know?
23 - Jangan pernah berubah
24 - Sepucuk surat
25 - Acha dan Kotak Merah Muda
26 - Sang Pelaku
27 - Dibalik Sang Pelaku
28 - Selamat Malam
29 - Kebohongan kecil
30 - Terbongkar
31 - Kekecewaan
32 - Cewek itu lagi
33 - Dilarang
34 - Nggak bisa!
35 - Perempuan itu
36 - Gejolak emosi
37 - Your wish
38 - Tuan putri
39 - Bukti
40 - Bucin
41 - Bahagiaku sederhana
KABAR BAIK BUAT PEMBACA
42 - Jangan takut
43 - Deep Talk
44 - The Bone
45 - Pemilik dompet
46 - Everything's gonna be ok
47 - Kehangatan
48 - Happiness
49 - Teman kecil
50 - Kedatangan tak terduga
51 - Unexpected
52 - Her smile
53 - IF
54 - The want
55 - Khawatir
56 - Little different
57 - The Cake
58 - The Beginning
59 - Pertemuan
60 - The Question
61 - What's Wrong?
62 - The bad view
63 - Thank you
MARIPOSA 2
TERIMA KASIH (EPILOG MARIPOSA 2)

2 - Gadis Manja dan Sapinya

757K 61K 31K
By Luluk_HF

Iqbal keluar dari kelas terakhirnya. Sedari tadi pagi hingga sore, ia ada kelas tanpa henti. Iqbal merasa lelah, ia tidak tau dunia perkuliahan akan seberat ini. Mendadak, Iqbal merindukan masa SMA-nya. Tapi, setidaknya jalan ini yang dia inginkan. Iqbal akan berjuang hingga akhir.

"Bal, lo ikut anak-anak nggak?" tanya Abdi, teman sekelas Iqbal.

"Kemana?" tanya Iqbal.

"Rayain ulang tahun Sela. Dia traktiran beer tiga tower."

Iqbal mendecak pelan. "Gue nggak minum," tolak Iqbal cepat.

"Yaelah Bal, beer doang."

Iqbal berhenti berjalan, menoleh ke Abdi.

"Lo kira beerdoang, dosanya juga cuma dosa doang?" tajam Iqbal.

Abdi terbungkam, tak bisa menjawab.

"Masih mau ngajak gue?"

Abdi menggeleng lemah. "Gue dipaksa dan dibayar Sela Bal, agar bujuk lo sampai mau. Kan dia suka sama lo," jelas Abdi akhirnya jujur.

"Dibayar berapa?"

"Ti... tiga ratus ribu."

Iqbal mengeluarkan dompetnya, mengambil lima lembar uang ratusan ribu.

"Bilang ke Sela gue nggak suka sama dia," ucap Iqbal tegas sembari memberikan uang tersebut ke Abdi.

Abdi langsung berdiri tegap dan memberikan hormat.

"Siap komandan! Laksanakan komandan!"

Iqbal mendesis pelan, begidik ngeri melihat kelakuan teman barunya itu. Setelah itu, Iqbal segera pergi dari hadapan Abdi, melanjutkan langkahnya yang tertunda.

****

Iqbal masuk ke dalam mobil, ia sebenarnya ingin langsung pulang. Tapi, Dokter Andi tiba-tiba menelfonnya tadi siang memintanya untuk datang ke rumah sakit, membantunya disana. Yah, Iqbal memang pernah menawarkan diri ke Dokter Andi untuk menjadi relawan meskipun hanya sekedar mengambilkan alat atau mengawasi saja. Iqbal ingin dapat ilmu lebih dari Dokter Andi.

Dokter Andi merupakan Dokter yang pernah merawat Papanya dan juga yang membuat Iqbal akhirnya menemukan impiannya untuk masuk kedokteran.

Iqbal segera menjalankan mobilnya menuju rumah sakit Arwana.

****

Iqbal keluar dari mobil, ia terdiam sebentar. Iqbal melihat mobil yang terparkir disebelahnya dengan tatapan bingung. Ia kenal dengan pemilik mobil ini.

"Dia kesini lagi?"

Iqbal pun segera masuk ke dalam rumah sakit. Namun, ia tak langsung mendatangi Dokter Andi. Iqbal memilih untuk ke rooftoprumah sakit, menemui seseorang.

****

Benar seperti dugaan Iqbal, ia menemukan sosok cowok yang tengah tiduran dikursi panjang rooftop dengan mata terpejam. Iqbal pun mendekati cowok tersebut.

"Lagi kangen sama Shena?" tanya Iqbal tanpa basa-basi, suara Iqbal membuat cowok tersebut langsung membuka mata dan terbangun. Ia nampak terkejut melihat kedatangan Iqbal.

Yah, cowok itu adalah Glen. Sahabatnya.

"Ngapain lo disini?" tanya Glen berusaha bersikap biasa.

"Lo yang ngapain disini? Nggak ada kuliah?"

"Kuliah pagi doang," jawab Glen seadanya.

Iqbal mengangguk-anggukan kepalanya. Mereka berdua terdiam, tak berusara kembali. Fokus dengan pikiran masing-masing.

"Sakit banget rasanya?" tanya Iqbal memecah keheningan antara mereka.

"Lumayan," jawab Glen.

Iqbal tersenyum kecil, menepuk-nepuk bahu Glen. Meskipun ia tidak mengerti rasa sakitnya itu seperti apa, Iqbal hanya bisa memberikan dukungan dan menenangkan.

Iqbal cukup salut dengan Shena. Gadis itu berhasil membuat Glen menjadi cowok yang lebih bertanggung jawab dan dewasa seperti sekarang. Walaupun terkadang sikap gilanya bisa kambuh kapanpun tanpa terduga.

"Lo jangan pernah macem-macem sama Acha. Jangan pernah nyakitin Acha," pesan Glen bijak.

"Lo suka sama Acha?"

"Gue masih waras buat suka sama Acha. Semua cowok di dunia ini yang nggak waras cuma lo, bisa suka sama cewek yang manjanya dan bawelnya naudzubillah!" cerca Glen tak terima.

Iqbal tertawa pelan, ia merasa legah akhirnya Glen kembali ke sikap gilanya. Iqbal hanya ingin memancing moodGlen saja, agar kembali membaik.

"Terus kenapa lo khawatir sama Acha?"

"Gue bukan khawatir sama Acha, gue khawatir sama lo. Gue takut lo sakitin Acha lagi dan buat Acha benar-benar capek dan nyerah sama lo. Akhirnya dia pergi ninggalin lo."

"Nggak mungkinlah," ucap Iqbal dengan percaya dirinnya.

"Apanya yang nggak mungkin? Lo nyakitin Acha atau Acha yang pergi ninggalin lo?"

Iqbal bedeham pelan. "Sejak pacaran sama Shena otak lo kayaknya udah ada isinya ya?"

"Itu pujian atau hinaan?" sinis Glen.

"Dua-duanya."

Glen mendesis pelan, berusaha sabar dan menerima dengan lapang dada.

"Gue serius Bal," ucap Glen tiba-tiba.

"Apa?"

"Jangan sampai nyakitin Acha dan buat Acha ninggalin lo," Glen menoleh ke Iqbal, menatap sahabatnya lekat. "Ditinggal orang yang lo sayang bener-bener sakit."

****

Hari sabtu telah tiba. Weekend yang asik untuk apel ke rumah pacar, dan itu yang tengah dilakukan oleh Iqbal. Ia menuju ke rumah Acha, sudah satu minggu ia tidak menemui gadisnya.

Jadwal kuliahnya yang lumayan padat membuatnya mulai tidak ada waktu untuk Acha, apalagi Iqbal sering ke rumah sakit setelah pulang kuliah.

Iqbal keluar dari mobilnya langsung masuk ke halaman rumah Acha yang tidak dikunci. Iqbal berhenti berjalan, dahinya berkerut. Ia merasa merinding sekaligus takjub dengan pemandangan pagi yang dilihatnya saat ini.

Iqbal melihat Acha tengah menjemur sapi-sapinya di teras rumah dengan suara isakan-isakan. Iqbal tidak tau gadis itu benar-benar menangis atau pura-pura menangis. Iqbal memilih diam saja ditempat, memperhatikan drama Acha baik-baik.

"Sapi, maafin ya. Kalian harus basah dulu. Jangan sakit, jangan kedinginan ya."

"Nggak apa-apa ya sapi, dingin sedikit, panas sedikit. Kalian jangan sakit ya."

"Bertahan ya sapi-sapi Acha. Maafkan Acha jemur kalian."

"Kalian harus mandi biar bersih dan wangi. Jangan bertengkar ya dan jangan nangis di jemuran ya."

Iqbal geleng-geleng, sangat takjub. Ia seperti melihat bocah kecil yang menangisi mainannya.

"Cha," panggil Iqbal akhirnya bersuara.

Acha tersentak, ia menoleh.

"IQBAALLL!!" teriak Acha heboh, gadis itu langsung berlari mendekati Iqbal dan memeluk Iqbal membuat Iqbal lebih kaget.

Suara isakan Acha semakin kencang.

"Iqbal kasihan anak-anak kita," isak Acha.

"Cha, nggak usah drama," pinta Iqbal dingin. "Cuma sapi!"

Acha langsung melepaskan pelukan Iqbal, melirik cowok itu tajam. Acha menunjuk Iqbal.

"Iqbal nggak boleh ngomong jahat ya sama sapi-sapi Acha!"

"Gue apa sapi?" tanya Iqbal kejam.

Acha cemberut, perlahan kepalanya merendah, sulit menjawabnya.

"Kenapa nggak bisa jawab?" tantang Iqbal.

"Nggak boleh pilih dua-duanya?" lirih Acha.

Iqbal tersenyum kecil, mengacak-acak puncak kepala Acha, gemas dengan ekspresi gadisnya.

"Udah selesai jemurnya?" tanya Iqbal lembut.

"Udah kok. Acha barus selesai mandiin dan jemurin sapi-sapi Acha," jawab Acha bangga. "Ayo masuk ke rumah Acha," ajak Acha.

Iqbal mengangguk, ia mengikuti Acha dari belakang. Mereka masuk ke dalam rumah Acha, Iqbal memilih duduk di ruang tamu.

"Mau minum air putih rasa apa?" sindir Acha sengaja.

Iqbal terkekeh pelan.

"Terserah," jawab Iqbal.

"Kan udah dibilang di rumah Acha nggak ada minuman terserah!" cerca Acha.

"Air putih aja."

"Yang rasa apa?"

"Mmm...." Iqbal berpura-pura seolah sedang berpikir.

"Nggak boleh bilang rasa yang kusuka padamuloh ya!" peringat Acha mengingat jelas ucapan Iqbal satu tahun yang lalu.

Iqbal dibuat tertawa kembali. Tidak menyangka Acha masih mengingat kejadian itu. Padahal, ia ingin sekali melupakanya, sangat memalukan.

"Air putih aja Cha."

Acha menghela napas berat.

"Yaudah, Acha ambilin air putih rasa cinta dan suka Acha ke Iqbal," ucap Acha dan langsung pergi dari hadapan Iqbal.

Iqbal masih tertegun mendengarnya, namun seulas senyum mengembang di bibirnya. Tak lama kemudian, Acha datang membawa dua gelas air putih dan satu piring kue cokelat.

"Acha belajar buat kue kemarin, cobain ya," pinta Acha, ia langsung duduk disebelah Iqbal.

Iqbal melihat kue cokelat itu dengan ragu.

"Buatan lo?" tanya Iqbal memastikan.

Acha mengangguk-angguk semangat. "Iqbal cobain ya. Iqbal akan menjadi orang yang pertama kali cobain kue buatan Acha."

Iqbal semakin was-was, ia masih tidak yakin untuk mengambil kue tersebut.

"Nggak bikin mati kan kuenya?"

"Iqbal kira Acha ngasih racun disana?" sinis Acha.

"Siapa tau aja."

"Kan Acha sayang sama Iqbal, nggak mungkin Acha bunuh Iqbal."

"Gitu ya?"

"Iya. Kecuali Iqbal selingkuh dan bermain dibelakang Acha! Acha langsung bunuh Iqbal ditempat!" ancam Acha.

"Ngeri banget."

"Makanya jangan selingkuh ya. Cewek-cewek cantik di kampus nggak usah dilirik. Jaga mata dan hati,"pesan Acha sungguh-sungguh.

Iqbal tersenyum sembari menganggukan kepalanya, ia mengelus rambut Acha, menatap gadis itu lekat.

"Iya Natasha."

Acha bersorak dalam hati, senang mendengar jawaban hangat Iqbal. Acha sangat yakin Iqbal tidak akan pernah tertarik dengan cewek lain selain dirinnya. Ia sangat tau bahwa Iqbal adalah cowok yang setia.

"Gue coba ya," ucap Iqbal mengambil kue buatan Acha.

"Iya. Rasanya lumayan enak kok," jawab Acha.

Iqbal pun memberanikan diri mengmbil satu potong kue buatan Acha, memasukannya ke dalam mulut dan mengunyahnya.

"Gimana? Gimana?"

Acha melihat Iqbal dengan perasaan gugup, Iqbal masih mengunyah kuenya di dalam mulut dengan ekspresi tidak dapat ditebak.

"Enak," ucap Iqbal jujur. Rasa kue Acha diluar ekspektasinya, hampir sama dengan kue buatan Mamanya. Meskipun sedikit kemanisan.

"Beneran? Iqbal jawab jujur kan? Nggak Cuma mau nyenengin Acha kan?"

Iqbal menggelengkan kepalanya. "Beneran. Kuenya enak."

"YES!" sorak Acha senang. "Makasih Iqbal."

Mereka berdua melanjutkan makan kue sambil ngobrol santai. Acha meminta Iqbal bercerita tentang dunia kampusnya dan siapa saja teman-temannya. Acha tidak akan mengizinkan Iqbal berteman dengan cewek manapun.

"Kalau ada cewek yang minta nomer Iqbal, harus dijawab gimana?" tanya Acha seperti seorang guru TK yang sedang menanyai muridnya.

"Maaf ponsel saya rusak," jawab Iqbal mengingat kalimat yang diajari Acha minggu lalu.

"Kalau ada cewek yang deketin Iqbal ngajak makan siang bareng, harus jawab gimana?"

"Maaf, saya tidak lapar."

"Kalau ada cewek yang sok caper ke Iqbal dan bilang suka ke Iqbal, harus jawab gimana?"

"Maaf, saya sudah punya pacar cantik."

Acha mengangkat dua jempolnya, bangga mendengar jawban Iqbal.

"Great!"Acha mengelus-elus rambut Iqbal. "Anak yang baik dan nurut."

Iqbal hanya mengangguk-angguk tanpa ekspresi, ia sendiri hanya menjawab saja agar membuat Acha senang.

"Gue nggak bisa lama-lama disini," ucap Iqbal.

"Kenapa?" lirih Acha sedih.

"Glen dan Rian sudah nunggu di rumah Glen, Kita mau nginep disana."

"Acha nggak boleh ikut?"

"Nggak," tolak Iqbal cepat.

"Acha bisa tidur dibawah kasur kok. Nggak akan ganggu."

"Nggak Natasha."

"Kenapa?" sebal Acha.

"Kita janji nggak ada yang bawa pacar."

"Berarti Acha boleh ikut kalau Acha bukan pacar Iqbal?"

"Ma... Maksudnya?" bingung Iqbal.

Acha berdiri dengan cepat.

"Iqbal putusin Acha sekarang. Ayo cepat!"

"Hah?"

"Cepetan bilang putus," suruh Acha.

Iqbal menggelengkan kepalanya.

"Nggak mau," ucap Iqbal.

"Kenapa nggak mau? Biar Acha bisa ikut ke rumah Glen."

"Cha, gue cuma sehari disana. Besok pagi gue kesini lagi," bujuk Iqbal.

Acha menghela napas pasrah, kembali duduk.

"Iya iya. Maaf."

Iqbal mengacak-acak puncak kepala Acha. "Nanti malam gue telfon."

Acha menoleh Iqbal. "Beneran?"

"Iya."

"Berapa lama telfonannya? Lama nggak?"

"Terserah kamu."

Acha tersenyum senang. "Oke, nanti kita telfonan lima sampai tujuh jam ya."

"Iya," jawab Iqbal mengiyakan saja biar cepat.

"Kalau gitu Iqbal boleh ke rumah Glen sekarang. Acha izinin," ucap Acha dengan senang hati.

"Iya. Gue pamit dulu," balas Iqbal segera berdiri.

Mereka hanya bertemu singkat saja namun cukup berkesan. Acha merasakan rasa suka Iqbal kepadanya yang semakin bertambah setiap harinya. Perhatian Iqbal walau tidak setiap hari, tapi Acha tau bahwa Iqbal tidak akan bisa berpaling hati darinya.

"Hati-hati ya pacar Acha," pesan Acha.

"Iya."

"Iya apa?"

"Iya sayang."

"Sama-sama sayang."

*****

Malam minggu yang sangat menyenangkan bagi ketika cowok ini. Bermain PS sampai malam dan bersenang-senang sampai malam, kebiasaan yang tidak pernah bisa mereka lepas dari dulu jika sudah berkumpul.

"Tumben si Acha mau nggak ikut?" tanya Rian penasaran.

"Pasti susah tuh bujuk si Sapi biar nggak ikut. Bener kan Bal?" sahut Glen.

"Lumayan."

Rian menaruh stickPS-nya, ia menoleh ke Iqbal penasarana kan sesuatu.

"Kenapa berhenti?" bingung Iqbal.

"Lo nggak bosen pacaran sama Acha? Gue denger banyak cewek cantik di fakultas kedokteran. Nggak ada yang tertarik dimata lo?" pancing Rian.

"Pertanyaan sampah macam apa itu?" balas Iqbal dingin.

"Jujur aja lo sama kita, buka-bukaan. Pasti ada cewek di kelas kedokteran lo yang menarik dimata lo kan?" Rian terus mengejar.

"Nggak ada," jawab Iqbal cepat.

"Masa? Nggak percaya gue."

"Selingkuh sekali-kali Bal, nggak apa-apa. Paling Acha nangis darah aja. Darah biru," celetuk Glen seenak jidat.

"Kalian ngomong apa sih. Bahas yang lain!" ucap Iqbal tak nyaman.

"Kalau lo ketahuan selingkuh, minta tolong aja sama kita. Tenang aja pasti nggak akan kita bantu," ucap Glen sok serius.

"Bener banget," sambung Rian menyetujui.

"Gue nggak akan pernah selingkuh."

Rian dan Glen tertawa kencang, puas melihat wajah kesal Iqbal. Mereka berdua memang hanya iseng dan memancing Iqbal saja tidak ada niat lain.

"Tapi gue ngerasa, diantara kita bertiga yang punya potensi bisa selingkuhin pacar itu lo Bal," ucap Rian mendadak serius sembari mengambil PS-nya kembali.

"Ngaca!" kejam Iqbal.

"Gue nggak mungkin berani selingkuh, bisa di gantung gue sama Amanda," ucap Rian sungguh-sungguh.

"Lo kira gue nggak?" lirik Iqbal tajam.

Glen menepuk bahu teman-temannya, memandang Iqbal dan Rian bergantian.

"Janganlah kalian berselingkuh. Cintai dan sayangi kalian selagi napas mereka masih berhembus setiap harinya. Karena...."

Iqbal dan Rian langsung berdiri, dan berjalan keluar dari kamar Glen tanpa menunggu Glen yang masih belum menyelesaikan kalimatnya.

"WOI MAU KEMANA KALIAN? GUE BELUM SELESAI NGOMONG!!!"

Tidak ada sahutan dari Iqbal dan Rian, mereka benar-benar pergi begitu saja.

"Pisau tumpul, pisau tajam. Hai kalian berdua, sangatlah kejam!"

Glen menghela napas berat, mengelus dadanya dengan pasrah. Ia menatap layar televisinya dengan pandangan menerawang.

"Iqbal? Bisa selingkuh?" Glen tertawa sendiri sembari geleng-geleng. "Nggak mungkin banget!"

*****

#CuapCuapAuthor

BAGAIMANA PART 2 NYA? 

KERINDUAN KE IQBAL , ACHA, GLEN DAN RIAN  UDAH TEROBATI?

PENASARAN NGGAK BACA KELANJUTAN CERITANYA?

NEXT PART BAKALAN UPDATE JUMAT DEPAN YA. DOAIN SEMOGA NULISNYA LANCAR DAN SEBELUM HARI JUMAT BISA UPDATE LAGI AMIN. 

TERUS BACA MARIPOSA 2, SUPPORT MARIPOSA 2 DAN SUKA MARIPOSA 2 ^^

BACA JUGA PROJECT CERITA AKU YANG FILOVE  ^^

Jangan lupa buat ajak teman-teman kalian, saudara-saudara kalian, tetangga kalian dan keluarga kalian untuk baca MARIPOSA 2 ^^

Jangan lupa juga buat COMMENT dan VOTE yang selalu paling ditunggu dari kalian ^^

Kalian juga bisa follow instagram @novelmariposa karena banyak spoiler-spoiler dan GIVE AWAY disana ^^

Dan yang punya twitter yuk bisa seru-seruan bareng di twitter : @luluk_hf . Karena aku sering adain GIVEAWAY setiap minggunya di twitter aku ^^

TERIMA KASIH SEMUANYAA DAN SELALU CINTA KALIAN SEMUA ^^


Salam,


Luluk HF

Continue Reading

You'll Also Like

296K 18.3K 65
⚠️ Update Setiap Hari ⚠️ [ Jangan lupa follow sebelum baca! ] --- Cerita tentang seorang gadis bar-bar dan absurd yang dijodohkan oleh anak dari saha...
1.9M 103K 52
"Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan dengan saudara sendiri...
2M 70.7K 44
Seorang santriwati yang terkenal nakal dan bar-barnya ternyata di jodohkan dengan seorang Gus yang suka menghukumya. Gus galak itu adalah musuh bebuy...
1.5M 74.9K 61
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Kita emang nggak pernah kenal, tapi kehidupan yang Lo kasih ke gue sangat berarti neyra Gea denandra ' ~zea~ _____________...