My Cold Prince 2 || (T A M A...

By hananayajy_

2.8M 253K 123K

✒DILARANG MENJIPLAK!! ✨BAGIAN 2 'MY COLD PRINCE' (Sebelum membaca ini, baca dulu MY BOY IS COLD PRINCE & MY C... More

P R O L O G
1. Kerinduan yang terdalam
2. Rasa Bersalah.
3. Waktu
4. Reinkarnasi?
5. All The Moments
6. Ingin bahagia
7. Keinginan Arkan
8. Seperti Arkan
9. London & Lombok (Read Note)
10. London & Lombok 2
PENTING!
11. - What your dream? || Read Note!
12. - Pertanda
13. - Kemungkinan || QnA?
14. - Pembunuh?
15. - Tentang Luka
16. - Kebenaran
17. - Find You
18. - Find You 2
19. - All of my life [READ NOTE]
20. - Wake Up
21. - Bubur
H I M B A U A N
22. - Jangan sakit lagi
23. - About Arkan & Ben || READ NOTE
24. - Blood and Tears (READ NOTE)
OPEN PO NOVEL MBCP
24. - Maaf
25. - Maaf ... ( READ NOTE )
26. - Surat Terakhir Ken
27. - Keputusan
29. - Don't go away
30. - Akhir Cerita Kita
30. - Rencana Maura
31. - Akhir cerita kita
32. - Menghilangnya Maura
33. - Menyerah (READ NOTE)
34. - Titik permasalahan
35. - Pertemuan dari sebuah rencana
36. - Marry me
37. - Trauma lain
38. - Papa untuk Angel
39. - Menjijikan
39 B. - Sebuah foto
40. - Perpisahan (ENDING)
E N D I N G
E P I L O G

28. - Thames River

59.8K 6.1K 4.1K
By hananayajy_

Hola~ Hana balik lagi🤗
Gimana puasa kalian?

SESUAI JANJI PARTNYA HANA KASIH PANJUAANGGGGGGG

Sebelum baca, absen dulu yukk!

Mana nih Arkanice?

Mana Maurastar?

Gimana kalo hana up lagi kalo komennya mencapai 8000?

Buat kalian yg udah pesen Novel MBCP, udah sampe belum A.M di rumah kalian? Gimana novelnya? Semoga kalian suka yaa😊🤗❤

NOTE : Buat yg baca saat puasa, di sarankan untuk membaca setelah berbuka, biar pahala kalian lancar terus🤗

Selamat membaca~

☃☃☃

"Maafin Rara, Kak ..."

Alvarel menggeleng kecil. "It's ok, Rara udah lakuin yang terbaik"

Di pelukan Alvarel, Maura tersenyum tipis. Gadis itu lalu mengeratkan pelukannya. "Rara sayang Kakak"

"Kakak lebih sayang Rara" balas Alvarel, pria itu mendaratkan kecupan lembutnya di puncak kepala Maura.

Air mata Maura menetes lagi, gadis itu menenggelamkan wajahnya di dada bidang Alvarel, menghirup dalam aroma sang kakak baik-baik. Mungkin setelah ini ia akan jarang mendapatkan pelukan sang kakak yang sangat menyayanginya. Maura merasa sedih karena ia hanya bisa merepotkan Alvarel dan kedua orang tuanya dan membuat mereka sedih.

Di ambang pintu Adara berdiri memperhatikan mereka. Adara menghela napas pelan, ikut merasakan kesedihan dari Maura.

Haruskah kisah Maura berakhir seperti ini?

☃☃☃

Arkan tiba di apartement setelah mengantarkan Maura pulang ke rumahnya. Cowok itu membuka jaket tebalnya dan melangkah menaiki anak tangga menuju kamarnya, namun langkahnya terhenti saat di depan pintu kamar Reyhan.

Terlihat Reyhan tengah berdiri di pinggir jendela kamarnya sembari menatap lembaran foto di satu tangannya, sedangkan tangan lainnya di masukkannya ke dalam saku celana. Melihat wajah Reyhan yang nampak murung, Arkan pun menghampirinya.

Smentara Reyhan tetap bergeming di tempatnya, masih memandang sebuah foto meskipun Arkan sudah berdiri di sampingnya. Arkan menatap foto tersebut yang memperlihatkan seorang cowok yang tengah tersenyum lebar dengan kamera yang menggantung di lehernya. Keningnya mengkerut samar karena merasa tak asing dengan wajah itu.

"Siapa?" tanya Arkan spontan membuat Reyhan berjengit kaget.

"Ngagetin lo!" protesnya. "sejak kapan lo di sini?"

"Baru" jawab Arkan seadanya. "siapa?" tanyanya lagi.

Reyhan sempat terdiam beberapa saat sebelum cowok itu membuka suara. "Ken, Keno Aleano"

Arkan sedikit memiringkan kepalanya menatap Reyhan dengan kerutan di keningnya, seolah bertanya siapa cowok itu dan apa hubungannya Reyhan dengan cowok bernama Ken itu.

Reyhan pun tersenyum pada Arkan. Di keluarkannya tangannya dari saku celananya untuk mengacak rambut Arkan sehingga cowok itu pun mendegus kesal dengan perlakuannya. Reyhan tertawa renyah melihat cowok itu menyisir rambut tebalnya ke belakang dengan jemarinya.

"Sok cool lo!" ledek Reyhan.

"Fakta" Arkan menatap foto yang Reyhan masukkan ke dalam saku celananya dan beralih menatap cowok itu serius.

"Jangan bilang lo gay" celetuknya.

"Anjing! Nggak lah! Hati gue udah stuck di Tata"

"Oh" Arkan menatap Reyhan datar. "Gak nanya" ucapnya lalu berbalik melangkah keluar.

"Habis mandi makan dulu, jangan tidur! Gue udah masakin lo nasgor di bawah!" seru Reyhan yang hanya di respon dengan jempolan singkat dari Arkan.

Setelah Arkan pergi Reyhan pun tersenyum getir. "Gimana cara gue ngasih tau ke elo, Ar? Kalo sebenarnya lo itu bukan adek kandung gue ..." lirih Reyhan.

Tubuh cowok itu pun merosot lemas ke lantai yang dingin. Kenapa kehilangan harus semenyiksa ini? Tidak bisakah Tuhan mengembalikan Ken dan menjadikan Arkan tetap adik kandungnya? Bagaimana perasaan Arkan jika cowok itu tahu hal ini?

Mungkin Arkan terlihat seperti sosok seseorang yang tidak peduli dengan keadaan, namun tidak bagi Reyhan. Reyhan sangat tahu sifat terdalam cowok itu.

Reyhan menghela napas panjang sembari menjambak rambutnya frustasi, hingga suara bel pun terdengar menyadarkannya. Cowok itu dengan cepat menghapus air matanya yang sempat keluar lalu bangkit melangkah keluar dari kamarnya.

☃☃☃

Arkan baru saja turun dari kamarnya setelah mandi mengkerutkan keningnya saat melihat Reyhan tengah duduk bersama seorang gadis di ruang tamu. Sepertinya mereka tengah mengobrol serius, terlihat dari raut wajah seorang gadis yang tengah berbicara pada Reyhan di samping sofa yang di dudukinya.

"Ar" panggil Reyhan saat Arkan hendak berbelok ke arah dapur. Gerakan tangan Reyhan membuat Arkan mau tak mau melangkah menghampiri mereka lalu duduk di sofa lainnya yang berhadapan dengan Reyhan.

Reyhan menatap Arkan serius, "Sahabatnya Maura, dia-"

"Kenapa?" tanya Arkan to the point, tak mau berbasa-basi. Lagi pula Arkan tidak berniat tahu nama gadis yang datang berkunjung malam-malam begini.

Reyhan menoleh ke arah gadis itu karena merasa tak enak karena sikap Arkan yang tak sopan padanya.

Adara, gadis dengan rambut kuning kecoklatan itu pun merespon dengan anggukan singkat, seolah mengerti dengan sifat dingin Arkan. Adara tak ambil pusing dan memaklumi karena memang Alvarel juga memiliki sifat yang sama dengan Arkan,tak mau berbasa-basi.

"It's okay, gue juga gak mau basa-basi, langsung ke intinya aja" ujarnya. itu lalu melipat kedua tangannya di dada, menyorot Arkan serius.

"Gimana kalo kita buat kesepakatan?" tawar Adara, membuat Reyhan dan Arkan pun menatapnya penuh tanya.

Mengerti dengan kebingungan dua cowok itu, Adara membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah buku lalu meletakannya di atas meja.

"Itu buku diary Maura" ujar Adara.

"Jadi?" tanya Reyhan tak mengerti.

"Gue pikir Arkan butuh itu buat balikin ingatannya lagi" balasnya, Adara lalu beralih menatap Arkan.

"Gue tau ingatan lo itu gak akan balik dalam waktu dekat, Dokter Alex udah cerita semuanya ke gue" Adara lalu menghela napas pelan. "tapi bisa gak lo berusaha buat dia balik ke diri dia yang dulu?" tanyanya.

"Karena cuma lo alasan dia jadi kayak sekarang" sambung Adara.

Arkan menatap Adara dengan kerutan di keningnya namun tak ayal dengan tatapannya yang menajam. Merasa terhakimi seolah gadis itu menyalahkan dirinya sepenuhnya atas perubahan Maura, ya ,,, meskipun kecil ia sendiri juga merasa demikian.

"Gue gak nyalahin lo atas semua yang terjadi sama Maura. Tapi dari yang gue lihat, dari semua kesakitannya Maura cuma akan sakit setiap dia inget lo yang dulu sama yang sekarang. Menurut dia semuanya udah gak sama lagi, dan hal itu terus buat dia semakin terpuruk dari hari ke hari"

"Dia cuma butuh lo buat bangkit dari kesakitannya" jelas Adara.

Reyhan mengangguk setuju, cowok itu lalu menoleh ke arah Arkan. "Lo hilang ingatan karena kecelakaan itu, Ar, dan cuma Maura yang gak lo ingat" ujar Reyhan yang paham dengan kebingungan Arkan.

Arkan hanya menyimak.

"Lo tau kenapa cuma Maura yang gak lo inget? Karena lo terlalu cinta sama Maura, Ar. Cinta lo ke Maura itu dalam sampe lo rela ngorbanin nyawa lo karena gak mau kehilangan dia. Bahkan saat lo berada di antara hidup dan mati, cuma Maura yang ada di pikiran lo" lanjut Reyhan.

"Karena itu gue dateng ke sini buat bantu lo ingat Maura lagi, itu pun kalo lo mau" sambung Adara.

Arkan menatap buku diary milik Maura lekat. Arkan merasa bimbang tapi ia tak menampik jika dirinya penasaran dengan masa lalu dirinya dengan gadis itu. Kenapa alasan Maura menjadi sosok gadis yang lemah dan kenapa hatinya ikut sakit setiap ia melihat Maura menangis.

"Maura emang sering tersenyum, tapi senyuman itu palsu. Maura cuma gak mau orang-orang di dekatnya ikut sedih kalo dia nunjukin kesedihannya"

"Dia cuma nunjukin kesedihannya sama lo, Ar. Dan dia cuma mau terbuka sama lo, jadi gue mohon ..."

"Selametin Maura" ujar Adara menatap Arkan memohon dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.

☃☃☃

Di kamarnya, Arkan duduk di pinggiran kasur sembari menatap buku diary milik Maura di tangannya.

"Gue kasih waktu lo lima hari buat balikin keadaan Maura seperti semula. Gue gak bisa jamin kalo Maura bakal pergi karena lo gak nahan dia buat terus ada di sisi lo"

"Maura butuh kepastian"

Arkan meghela napas panjang, satu tngannya terangkat mengusap wajahnya kasar mengingat perkataan Adara tadi.

"Kalo lo gak bisa inget dia, seenggaknya buat dia bahagia"

Arkan mengacak rambutnya frustasi. Kenapa harus dirinya? Apa tidak ada cowok lain yang Maura percaya?

Arkan menatap buku diary Maura lagi kemudian mulai membuka halaman pertama.

16 September 20xx, tepat di hari ulang tahun kita berdua, Arkan menyatakan perasaannya.

Maura Carissa

----------------------------------------------

Setelah jadian, Arkan selalu bersikap manis sama gue dan dia overprotective banget. Tapi bohong kalo gue bilang gak suka sama perlakuan lembut dia, gimana dia nguncirin rambut gue, ngawasin kesehatan dan keadaan gue.

Semoga kita kayak gini terus ya, Ar.

Luv Arkan

Maura Carissa

---------------------------------------------

Hari ini kamu mengecewakanku Ar. Padahal kamu udah janji kalo kamu gak akan pernah lagi buat aku nangis, tapi kenapa kamu kembali menciptakan air mata ini?

Maura Carissa

----------------------------------------------

Kamu kemana saat aku di bully satu sekolah, Ar? Apa kamu ketemu Arsha?

Maura Carissa

----------------------------------------------

Aku gak pernah benci sama kamu apapun kesalahan kamu, Ar. Aku udah coba ngebenci kamu, tapi aku gak bisa melakukannya ... karena bodohnya rasa cinta aku ke kamu terlalu dalam ...

Maura Carissa

----------------------------------------------

Aku terima maaf kamu dan kasih kamu kesempatan buat perbaikin semuanya. Aku harap kamu gak akan ulangi kesalahan itu lagi, Ar ... karena aku percaya sama kamu:)

Maura Carissa

----------------------------------------------

Maafin gue, Kinar. Gue terlalu jahat sama lo di masa lalu sampai hal itu ngerubah lo:(

Maura Carissa

----------------------------------------------

Arkan kasih tiket pesawat liburan ke Lombok, seneng banget !!! Makasih banyak, Ar, I love you more 🖤

Maura Carissa

----------------------------------------------

Liburan yang cukup menyenangkan meskipun berujung pertengkaran. Arkan marah karena gue pergi gak bilang-bilang, tapi di satu sisi gue seneng bisa kenal sama Keno, cowok absurd yang nyebelin, tapi dia baik ...

Semoga dia dapet jodoh yang baik juga:v

Maura Carissa


Kening Arkan mengerut samar melihat nama Keno tertulis di sana. Nama Keno persis seperti yang di sebutkan Reyhan padanya tadi, tapi ia tak yakin jika nama itu adalah satu orang yang sama.

"Ar"

Arkan menoleh pada Reyhan yang melangkah memasuki kamar kemudian duduk di sampingnya. Arkan sontak menutup buku diary Maura ketika sorot mata Reyhan mengarah ke sana.

"Lo udah baca semuanya?"

"Sebagian" Reyhan mengangguk mengerti.

Arkan lalu menoleh. "Maura tau Arsha?" tanyanya. Reyhan mengangguk, membuat Arkan pun terdiam dengan kerutan dalam di keningnya.

Reyhan menepuk bahu Arkan. "Pikirin baik-baik. Jangan gegabah, Ar, karena itu bakal ngebahayain diri lo sendiri juga Maura" sarannya.

Sebagai kakak, Reyhan ingin yang terbaik untuk Arkan, begitupun dengan Maura. Menurutnya mungkin ini cara terbaik untuk memulihkan ingatan Arkan, tidak perlu memaksa, asalkan Arkan mau melakukannya untuk dirinya sendiri.

Jika Arkan mau berusaha, kemungkinan ingatannya akan kembali, dan Maura juga tidak akan lagi terluka.

"Semuanya terserah lo, lo mau kayak gini terus atau lo mau berusaha ngembaliin ingetan lo. Jangan sampe lo nyesel saat Maura menghilang dari pandangan lo" Reyhan lalu bangkit.

"Tidur, udah malem. Jangan begadang" lanjutnya sebelum melangkah keluar dari kamar.

☃☃☃

Calista yang baru saja turun dari kamar pun mengerutkan keningnya melihat Maura sudah sibuk sendiri di dapur. Gadis itu melangkah menghampiri Maura sesekali menutupi mulutnya yang menguap akibat masih mengantuk.

"Rajin banget sih, Ra, pagi-pagi udah masak aja" ujar Calista dengan suara seraknya khas bangun tidur.

Maura menoleh dan tersenyum kecil menanggapinya. Gadis itu menghentikan aktifitasnya sejenak lalu menghadap Calista.

"Sorry ya, Ta, buat sikap gue yang kemarin-kemarin" katanya.

"Gapapa Ra, gue ngerti kok perasaan lo" Calista menghela napas sejenak. "gue mungkin emang gak tau apa yang terjadi sampe lo menjarain diri lo sendiri di kamar berhari-hari. Tapi gue tau lo cewek kuat, Ra, dan gue bakal selalu percaya sama lo, gue yakin lo bisa lewatin semuanya"

Maura tersenyum dan memeluk Calista yang langsung di sambut oleh gadis itu.

"Makasih karena selama ini lo udah jadi sahabat yang baik buat gue"

"Sama-sama, jangan ngerasa sendiri, Ra, gue dan yang lain bakal selalu ada buat lo" Maura mengangguk, gadis itu pun melepas pelukannya.

"By the way, Ra, lo masaknya banyak banget" kata Calista saat melihat beberapa menu yang sudah matang di atas meja dapur.

"Hmm ,,, itu ,,, sebagian buat Arkan" balasnya malu-malu.

Calista menatap wajah Maura yang memerah, gadis itu pun mengulum senyum menggoda.

"Ciee ,,,! Aduh, pacar idaman banget" goda Calista sembari menyikut lengan Maura. Gadis itu lalu menutup mulutnya berpura-pura terkejut. "astaga! Maksud gue calon istri!"

"Ta! Apaan sih masih pagi tau!" protes Maura karena sahabatnya itu menggodanya.

"Ciee ,,, calon istri masak buat calon suami, cieee ...!!!"

"Tata, stop gak?!" omel Maura karena ia merasa merasakan sensasi panas di wajahnya.

"Gak mau, udah lama gue gak godain lo hahaha!"

Maura mendengus sebal. Mata coklatnya tak sengaja menatap saus pedas yang tadi sempat ia tuang ke atas piring kecil untuk hiasan masakannya. Tanpa pikir panjang Maura mencolek saus pedas itu dan menempelkannya di bibir Calista hingga gadis itu pun akhirnya menghentikan tawanya

"Rara! Pedes anjirrr!!" omel Calista namum Maura kabur lebih dahulu sebelum mendapat amukan sahabatnya itu. Calista mengejar Maura yang berlari ke arah taman belakang sembari membawa piring kecil berisikan saus yang Maura gunakan tadi padanya untuk pembalasan.

Keduanya berkejaran di pagi buta hari ini dengan gelak tawa mereka. Alvarel berdiri di dekat jendela lantai atas yang mengarah ke taman belakang melihatnya, pria itu memfokuskan pandangannya pada Maura yang tertawa riang menghindari kejaran Calista .

Alvarel sudah terbangun sejak satu jam yang lalu. Alvarel juga melihat Maura yang tengah sibuk memasak di dapur. Awalnya Alvarel hendak menghampiri Maura untuk membantunya, namun saat ia melihat gadis itu menangis, ia pun mengurungkan niatnya.

Alvarel terkekeh pelan di tengah matanya yang memerah.

"Sampai kapan kamu nutupin luka kamu dari semua orang, Ra?" gumamnya.

☃☃☃

Arkan yang baru saja keluar dari kamarnya pun mengerutkan keningnya dalam melihat Maura tengah sibuk menata makanan yang di bawanya dari rumah. Cowok itu pun melangkah menghampiri Maura.

"Selamat pagi, Ar" sapa Maura ramah saat melihat Arkan. Arkan hanya meresponnya dengan dehaman.

"Tau dari mana?"

"Apa?" tanya Maura tak mengerti.

"Rumah ini"

"Gue yang kasih tau" sahut Reyhan yang muncul dari dapur membawa nampan berisikan tiga gelas susu di tangannya. Untuk sementara ini Reyhan dan Arkan tinggal di Apartemen milik om Alex agar mereka bisa memantau kondisi Arkan yang masih mengalami amnesia.

Reyhan meletakkannya di atas meja, mengambil segelas susu bagiannya dan mencomot satu sandwich buatan Maura.

"Gue tinggal ke kamar, ada kerjaan. Baik-baik lo berdua" ujarnya yang sudah melangkah menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Sepeninggal Reyhan suasana hening pun melanda mereka. Maura mendesah pelan akibat rasa canggung yang ia rasakan saat ini, apalagi saat ini Arkan tengah menatapnya.

"Gimana tangan lo?" tanya Arkan.

"M-mendingan" jawab Maura, gadis itu pun menggigit bibir bawahnya gugup. Bergerak kaku, tak tahu harus bagaimana mencairkan suasana di antara mereka.

"K-kamu mau buah? Aku suapin ya!" Maur mengambil satu buah anggur dan mengarahkannya ke mulut Arkan. Arkan menerimanya, namun saat Maura hendak menjauhkan tangannya Arkan menahannya.

"K-kenapa?" tanya Maura semakin gugup. Sungguh, hanya dengan tatapan Arkan saja Maura sudah jatuh dan terlena. Detak jantungnya masih berdetak sama, iramanya tak berubah dan tak akan pernah berubah untuk seorang Arkan. Maura benar-benar mencintai Arkan.

Sangat.

Arkan tak menjawab, cowok itu menarik tangan Maura lembut agar mengikutinya. Arkan melangkah mengambil kotak P3K di laci dapur lalu berjalan menuju ruang tengah. Mendudukkan Maura di sofa putih panjang sedangkan dirinya duduk di meja kaca yang berhadapan langsung dengan Maura.

"Apa setiap terluka lo selalu begini?" tanya Arkan dengan nada yang terkesan dingin di telinga Maura. Maura menundukkan pandangannya menatap tangannya, balutan yang Arkan perban kemarin belum ia ganti hingga perban tersebut terlihat usang dan kotor.

"Maaf" Hanya itu yang keluar dari bibir Maura, membuat Arkan pun menghela napas panjangnya.

"Jangan minta maaf" ujarnya. Arkan mulai membersihkan luka Maura dan mengobatinya lalu mengganti perban baru. Cowok itu mendongak menatap Maura yang tengah melamun, dari tatapannya terlihat gadis itu masih merasa sedih. Entah apa yang terjadi dengan gadis itu Arkan tak tahu, gadis itu tak mau bercerita meskipun kemarin ia sudah memintanya untuk bercerita.

Maura seperti tengah menutupi sesuatu dan menahannya sendiri.

Dan itu membuat hatinya jadi tak tenang.

Arkan membereskan peralatan P3K lalu bangkit mengembalikannya ke tempat semula. Cowok itu kemudian berlalu menaiki anak tangga dan masuk ke kamarnya meninggalkan Maura yang masih bergeming di tempatnya menatap tangannya yang sudah tergantikan oleh perban baru oleh Arkan dengan tatapan kosong.

Mungkin ia akan berusaha membuat Arkan mengingatnya lagi dengan kembali mengulang kenangan mereka di masa lalu, tapi entah kenapa ia meragukannya. Jika Arkan tak mengingatnya sampai batas waktu itu tiba, ia akan mundur dan pergi dari hidup Arkan selamanya. Dan itu adalah sebuah ketakutan terbesar bagi Maura jika sampai itu terjadi.

Maura tak bisa memilih untuk bertahan atau pergi karena keduanya adalah hal yang sulit ia lakukan dan tentu saja itu membuatnya semakin sakit, jadi ia memilih mengambil jalan tengah.

Apapun hasilnya nanti, ia akan menerimanya.

"I trust you, Ar. And our memories ..." gumam Maura pelan.

Maura menoleh ketika Arkan keluar dari kamarnya membawa jaket tebal di tangannya, cowok itu sudah berganti baju mengenakan sweater hitam dan celana jeans hitam panjang, Arkan selalu membuat Maura terkesan dengan penampilannya hingga Maura terdiam membisu tak bisa berkata apapun terlebih berkomentar buruk pada cowok itu.

"Mau ke mana?" tanya Maura ketika cowok itu menghampirinya dan menyampirkan jaket miliknya ke punggung gadis itu.

"Jalan"

"J-jalan ke mana? Kamu kan belum sarapan"

Arkan menggeleng. "Nanti" ucapnya, Arkan pun menggandeng tangan Maura dan melangkah keluar rumah.

-

"Kita mau ke mana?" tanya Maura. Mobil putih yang Arkan kendarai saat ini membelah jalanan kota London meskipun Arkan tak tahu harus kemana untuk menghibur gadis di sampingnya ini. Arkan merasa seperti orang bodoh sekarang, perkataan perempuan itu semalam membuatnya harus melakukan ini. Di sisi lain, Arkan pun merasa bertanggung jawab atas gadis ini, rasanya tak nyaman terus-terusan melihat Maura bersedih.

Arkan menoleh sekilas. "Lo mau ke mana?" tanya Arkan balik.

Maura menggigit bibir bawahnya nampak berpikir, gadis itu lalu menoleh ke arah Arkan. "Gimana kalo kita ke Thames River?"

Arkan mengangguk singkat, menyetujui usulan gadis itu. Cowok itu pun menambah kecepatan mobilnya ke tempat yang mereka tuju.

☃☃☃

Maura berdiri di tepian Thames River sembari memejamkan matanya, menghirup udara sejuk kota London di pagi hari. Ini sudah ke sekian kalinya Maura mengunjungi tempat ini, tapi entah kenapa kali ini terasa lebih menyenangkan. Entah karena cuaca hari ini yang sangat bagus atau karena kunjungannya kemari bersama Arkan. Entahlah, Maura rasanya ingin berlama-lama di tempat ini bersama Arkan dan tak ingin melewatkan sedetikpun kebersamaannya dengan cowok itu.

Di samping Maura, Arkan berdiri memandang gadis itu. Seulas senyum pun terbit di wajah cantik gadis itu, membuat hati Arkan pun merasa lega. Setidaknya gadis itu tidak menunjukkan senyum palsunya hari ini.

"Kamu senyum?"tanya Maura saat menoleh dan mendapati Arkan tersenyum tipis ke arahnya.

Arkan yang tersadar pun kembali memasang wajah datarnya. "Nggak"

Maura terkekeh pelan. "Kamu tadi senyum, loh"

Arkan berdeham sembari membenarkan jaketnya. "Sekarang apa?"

Maura menggigit bibir bawahnya tampak berfikir, membuat Arkan pun mendesah pelan melihatnya.

Senyum Maura merekah ketika mata coklatnya tak sengaja menangkap penjual gelembung sabun. Gadis itu langsung menarik tangan Arkan begitu saja menghampiri penjual.

"Main gelembung?"tanya Arkan tak mengerti. Maura menoleh ke arah Arkan dan mengangguk.

"Uangnya mana?" ujar Maura menagih uang Arkan untuk membayar gelembung sabun. Arkan mengeluarkan dompetnya dari saku celana dan memberikan dua lembar uangnya pada Maura.

"Thank you" ucap Maura ramah pada penjual gelembung dan berjalan begitu saja meninggalkan Arkan. Gadis itu sibuk membuka botol gelembung sementara Arkan di belakangnya menggeleng melihat tingkah aneh Maura.

Angin pun berhembus kencang, membuat Maura langsung mengangkat tangannya sehingga menciptakan beberapa gelembung kecil yang berterbangan karena tertiup angin. Arkan seketika menghentikan langkahnya melihat Maura yang tersenyum lepas hanya karena sebuah gelembung yang di mainkannya. Gadis itu berputar-putar memainkan gelembungnya seperti anak kecil. Hal yang terlalu sederhana untuk menciptakan senyuman di gadis itu.

Senyuman yang benar-benar apa adanya tanpa di buat-buat oleh gadis itu. Seakan menunjukkan tak ada beban yang dia rasakan, dan itu pun membuat Arkan turut senang melihatnya.

"Kamu mau main ini juga?" tawar Maura yang menghampirinya. Arkan tak menjawab, cowok itu melepas syal yang ia kenakan ddan memakaikannya di leher Maura.

"Dingin"ujar Arkan. Sementara Maura di buat membeku di tempatnya karena perlakuan Arkan barusan. Mata coklatnya menyorot mata tajam Arkan yang juga tengah menatapnya, membuat irama jantungnya semakin berdegup kencang, di tambah saat Arkan melangkah maju mengikis jarak di antara mereka. Maura masih tidak bergerak dari tempatnya saat kedua tangan Arkan membebaskan rambut coklat panjangnya dari lilitan syal, menyatukannya kemudian mengikatnya menjadi satu.

Perlakuan Arkan saat ini membuat Maura kembali pada masa dulu, saat di mana Arkan selalu menguncir rambutnya dari depan seperti sekarang ini. Tangan Maura meremas pinggiran jaket yang Arkan kenakan, menatap cowok itu dengan mata yang berkaca-kaca.

"Kenapa?"tanya Arkan saat raut wajah Maura berubah sendu. Maura hanya menggeleng pelan, membuat Arkan yang mengerti suasana hati Maura saat ini pun kembali membuka suaranya.

"Lo bilang gue cuma lupa sama lo." Sambil tersenyum kecut, Maura pun mengangguk pelan.

Arkan menatap Maura cukup lama dan menghela napas. "Jangan berjuang sendiri"

"Bantu gue buat inget lo"

Maura tertegun mendengarnya, namun gadis itu menggeleng keras untuk menampiknya. "Kamu gak akan ingat, Ar. Kata om Alex kamu-"

"I'll try" potong Arkan. Ibu jarinya terangkat mengusap air mata Maura yang jatuh membasahi pipi kirinya. Maura pun meringsek memeluk Arkan, melingkarkan kedua tangannya di leher cowok itu.

"I miss you so much ..." lirihnya pelan yang masih bisa di dengar Arkan.

Arkan diam, namun kedua tangannya bergerak membalas pelukan Maura dengan tangan kanannya yang mengusap kepala Maura lembut.

Ya, dan inilah keputusan Arkan. Ia ingin mengikuti hatinya yang hanya mengarah pada gadis di pelukannya ini.

☃☃☃


Sekarang novel MBCP sudah ada di :

Shopee (Ulfhashoopbooks)
Tokopedia ( Glorindo_store)
dan Via WA dibawah ini :

JJANGAN LUPAA DI BELI 🤗

SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA🙏

SAYANG KALIAN BANYAK-BANYAK
❤❤❤





Continue Reading

You'll Also Like

976K 51.6K 40
Bagaimana jika kalian sudah dijodohkan dengan seorang mafia? Tidak tidak, bukan cowonya yang seorang mafia, tapi cewenya. Tidak selesai sampai di si...
8M 604K 46
FOLLOW SEBELUM MEMBACA BIAR GAK ADA PART YANG ERROR PAS BACA‼️ [ Genre : Humor-fiksiremaja ] Plagiat saja, jika otakmu sudah tidak bisa berpikir 🤭 D...
751K 66.4K 88
|SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVAT. FOLLOW DULU AKUNNYA BARU BISA BACA| SUDAH DIBUKUKAN DAN TIDAK ADA DI TOKO BUKU OFFLINE. NURAGA SERIES 1 Sifat hangat da...
3.1M 519K 57
( TERSEDIA DI GRAMEDIA ) *Spin Off Antara Fajar Dan Senja "Nggak dapat adiknya, kakaknya juga boleh." Seperti itulah yang terjadi pada Revano Ardiant...