[✓]KOS KOSAN GUVLUK

By sheeshyoe

262K 28.6K 7.1K

[Completed] ❝Cinta karena terbiasa, cinta di rumah, rumah kita... ❞ #1- koskosan #2 - imagine KKG©YOURfortun... More

#01 : Over
#02 : New Occupant
#03 : Apology
#04 : Introduction
#05 : Intro Again
#06 : Degenerate
#07 : Uncomfortable
#08 : Failed to Move On
#09 : Promise
#10 : Huaa
#11 : Return
#12 : Hug
#13 : Australia
#14 : Three Days Without Yana
#15 : Jealous
#16 : New Occupant (2)
#17 : Turth Or Dare
#18 : Go
#19 : Horror
#20 : Comeback!?
#21 : Tiffany
#22 : Pretend To Forget
#23 : Son In Law
#24: Commotion
#25 : Antagonist
#26 : Miss
#27 : Broken
#29 : Crazy
#30 : Suprise
#31 : RIP
#32 : I Miss You Too
#33 : Rival
#34 : Busy
#35 : Worried
#36 : Follow
#37 : Friends
#38 : Got7
#39 : Weird
#40 : Married
#41 : Hospital
#42 : Feeling
#43 : Visit
#44 : Mission
#45 : Dying
#46 : Who
#47 : Idiotic
#48 : Caffe Bene
#49 : Plan
#50 : Fool
#51 : Clump Up
#52 : Meet
#53 : Back Off
#54 : suggestion
#55 : The Last
#56 : Ext Part
#57 : Ext Part
#58 : Ext Part
#59 : Ext Part (Finally)
(60)
#60 : The Real Last Ext Part (1)
#61 : The Real Last Ext Part (2)
Goodbye..
sssh
[SEASON 2]#62 : i m y
[SEASON 2]#63 : evt will be oky
[SEASON 2]#64 : beautiful life, fake life
[SEASON 2]#65 : some can be trusted n some can't
[SEASON 2]#66 : Don't expect something that's been lost
[SEASON 2]#67 : sorry it always comes late
[SEASON 2]#68 : a father's love
[SEASON 2]#69 : sweet but painful goodbye
[SEASON 2]#70 : be grateful for what u have
[SEASON 2]#71 : no meeting without farewell
[SEASON 2]#72 : sweet last -END-

#28 : Drama

4K 473 165
By sheeshyoe

Karena aku baik hh, aku double up. Horeeee! Aku suka reaksi kalian, sama yang minta double up:)

Di part ini aku pake bahasa baku oke? No bacot-bacot, wkwk
Ok, lanjoottt!

Happy reading!











Yana menuruni tangga tergesa-gesa, air mata nyaris tumpah tapi ia tahan menumpuk di pelupuk mata. Hidung nya memerah, pipi gadis itu lebam.

"T-TOLONG!! hiks TOLONG!" teriak Yana tak tahu kemana arah kaki nya membawa tubuhnya pergi, air mata sudah meluncur bebas detik ia berteriak frustasi. Seragam nya kusut bernoda darah, Yana terisak seraya berlari.

Percuma, bel pulang sekolah sudah lama berbunyi, semua orang mungkin sudah pulang. Tak ada harapan..

"Tolong hiks, t-tolong Jennie, dia- dia sakit... TOLONG!" tak berhenti, suara Yana menggema dilorong sekolah. Wajah nya pucat pasi, ia berhenti lalu merogoh saku nya.

Polisi atau ambulans? Ia harus menelepon yang mana terlebih dahulu? Yana bingung, akhirnya ia menelepon polisi terlebih dahulu, kemudia menelepon ambulans.

"Nak Yana, kamu ngapain disitu? Yaampun, kenapa nak?" Pak Donghae menepuk bahu Yana yang bergetar, satpam itu berjongkok agar bisa menatap wajah sembab Yana.

Ia terkejut mendapati gadis pucat itu berlumur darah. Segera Pak Donghae mengusap wajah Yana lembut.

"P-pak, temen saya hiks.. Jennie" Yana menangis tersedu-sedu, membuat kening Pak Donghae berkerut. Barulah ia tersadar, segera ia membopong Yana mengikuti langkah gadis itu agar menemui temannya.

Mata Pak Donghae terbelalak kaget, ia kenal gadis ini. Jennie Kim- anak kelas 12 IPA 2 teman sekelas Yana- tergantung di toilet, lehernya diikat dengan tali tambang, tangan nya tergores tepat di area nadi. Seragam Jennie penuh darah, ia meninggal.. mengenaskan.

Setelah polisi datang, Jennie diturunkan dengan hati-hati, tubuhnya diautopsi, dibawa kerumah sakit.

Yana dengan seragam bernoda nya menangis tak berhenti, ditenangkan oleh ibu nya. Disamping gadis itu orang tua Jennie juga ikut menangis. Mereka ada dirumah sakit, menunggu hasil autopsi.

"Yan, kenapa bisa? Jennie ga pernah ngeluh, dia ngga pernah cerita ada masalah sama tante, kenapa Jennie-"

"Tan, Jennie ga mungkin bunuh diri, aku liat Jennie baik-baik aja hiks" Yana tak berhenti mengeluarkan air matanya.

"dia ketawa, ribut, kayak biasa, gak mungkin.. Dia ga keliatan punya masalah, Jennie juga ngga pernah cerita, dia baik-baik aja, tapi.." kalimat nya menggantung, Yana tidak bisa meneruskan.

Tungkai nya melemas, Seulbi menyuruh Yana beristirahat lalu menelpon Lisa untuk menemani gadis itu.

Sekolah mendadak ramai, toilet wanita dikerumuni, sekilas mendengar berita bunuh diri seorang siswi membuat banyak orang kembali ke sekolah.

**

"Pembunuh apa nya, aku bukan pembunuh!!!" teriak Tiffany frustasi, wajah nya banjir air mata. Baru tadi, beberapa jam yang lalu ia bahagia, merasa berharga, kenapa sekarang malah dihempas?

Nyeri, cemburu, dendam, semua menjadi satu. Tiffany menatap semua nya satu persatu, wajah nya memiaskan penderitaan yang kentara, gadis itu kian melemah karena tatapan mengintimidasi dari semua orang, mereka menatap Tiffany... tak menyangka.

Ia dibutakan rasa cemburu saat Lino menceritakan kakak perempuan nya yang sekarang tinggal di Kos-kosan. Sewaktu pria itu berlibur di Aussie dan bertemu Tiffany, Tiffany merasa ia menemukan titik terang nya. Ia merindukan laki-laki itu, mereka semua..

"Mereka gapapa sekarang, semenjak mbak gue datang mereka balik lagi kayak semula. Mbak Yana kelihatan nya bisa bikin mereka bahagia lagi kayak yang lo lakuin beberapa tahun lalu"

Yana? Gadis itu mengambil tempat nya. Tiffany merasa lega awal nya, ia turut bahagia, ia tahu anak kosan akan kehilangan ketika ia pergi, mereka memang membutuhkan sosok Yana untuk mengembalikan senyum mereka. Tapi dihati Tiffany tersirat rasa tidak terima, ia.. tidak ingin digantikan.

Lalu mengambil keputusan untuk kembali ke Kos-kosan. Mengambil kembali tempat itu, tak memikirkan resiko nya.

Rasa cemburu lebih mendominasi perasaan Tiffany, ia hanya tidak ingin dilupakan, digantikan, ia sangat tidak ingin itu terjadi.

Yana, gadis itu memang perempuan baik, tak heran anak kosan nyaman bersama nya. Nama gadis itu selalu jadi topik perbincangan dikosan, saat gadis itu tidak ada anak kosan merasa kehilangan.

Tiffany membenci hal itu, sejak dulu ia membenci orang-orang yang mengganggu nya, yang merundung, yang memaki dan menghina nya, sekarang.. Yana mengganggu ketenangan nya, Tiffany benci gadis itu.

"lo pembunuh! Ga usah ngelak, gue tau semuanya dan lo juga tau kan, kalau gue tau? Makanya semenjak lo tinggal disini, lo ngelarang anak kosan buat ngasih tau gue!!?" Hwasa menarik nafas nya dalam lalu menghembuskan nya kasar.

"Semua yang tinggal disini ada dibawah pengawasan gue, dan lo! Lo ngga berhak tinggal disini!!" Hwasa menunjuk Tiffany, menyorot lekat netra legam milih gadis cantik itu. Tiffany menggeleng frustasi.

"AKU ENGGA! kalian ga ada bukti, aku bukan pembunuh, seenak aja kalian bilang aku pembunuh, aku bakal kasih tau Papa!!" Tiffany menjerit. Lino maju selangkah, memegang pundak Yana yang masih bergetar.

"Dan tempat aku emang disini, dari awal aku tinggal disini! Kak Hwasa ga bisa ngusir aku!"

"Gue bisa! Kenapa gue ngga bisa!? Gue bisa ngusir lo, bahkan ceblosin lo ke penjara sekarang juga gue bisa!" Hwasa memicing pada Tiffany, lalu beralih pada Yana yang masih sesenggukan.

"Yan, kamu kenapa??" tanya Hwasa, suaranya merendah, lebih tenang dan lembut. Ia mengusap kepala Yana sayang. "Hm?"

Yana menggeleng, tiba-tiba ia teringat kenangan tujuh tahun lalu nya. Waktu itu, ia duduk dikelas 12, saat itu..

"T-tiffany, kamu yang b-bunuh Jennie??" tanya Yana menatap Tiffany ragu-ragu, ia menerka. Takut dugaan nya salah dan malah disalahkan. Yana menggeleng pelan, tidak mungkin kan?

Tiffany mengetatkan rahangnya, gigi nya bergemelutuk. Kaki nya bergerak cepat menghampiri Yana lalu mendorong gadis itu hingga tersungkur.

"LO--" lino baru saja ingin melayangkan tinju nya, namun ditahan oleh Jisung. Bagaimana pun Tiffany itu wanita, lelaki tak boleh bermain tangan dengan wanita.

"YANA! gue peringatin sekali lagi, gue bukan pembunuh! Enak aja lo nuduh gue bunuh orang!! Gue bisa nuntut lo pencemaran nama baik!" seru Tiffany murka, wajah nya memias merah. Tangan nya mengepal seakan siap melayangkannya kearah Yana.

"Ma-maaf, gu-gue--"

"Emang iya kan!?" Hwasa menarik Tiffany menjauh dari Yana, segera gadis itu ia bantu berdiri. Lino dibelakangnya terlihat kesetanan menahan emosi.

Anak kosan bungkam, memilih diam dan menyimak dengan baik.

"Jennie Kim, cewe yang lo bunuh itu sahabat nya Yana waktu SMA. Ngga ingat?" pancing Hwasa. Tiffany tertegun, lalu menyunggingkan senyum menyeramkannya.

"dengar ya kak Hwasa, kakak datang-datang, rusak adegan drama yang tadi udah hampir menuju klimaks, tiba-tiba nuduh aku pembunuh, mau kakak tuh apa!?" suara Tiffany mulai terdengar tenang walau masih ditekan. Rahang nya masih mengeras.

Hwasa terkekeh, ia menyadari semuanya. Mungkin drama yang dimaksud itu-

"Lo iri kan? Iri karena Yana ngambil tempat lo? Lo balik kesini, ke Indonesia, jauh-jauh.. ga takut di kejar polisi??" Hwasa ikut tenang.

"Aku ngga iri! Buat apa? Toh mereka sayang sama aku, mereka cuma nganggap Yana pengganti, ga lebih! Yana juga denger sendiri kok kalau dia cuma dianggap pengganti" Tiffany melirik Yana, menjadikan gadis itu menunduk dalam takut air matanya kembali deras.

Yana menggigit bibir bawah nya, menatap sepasang sepatu putih nya. Tak berani mendongak, ia malu.. terlalu rendah. Dirinya yang hanya pengganti terlalu rendah itu mendongak.

"Lo-- oke, terserah deh! Ngga peduli juga sama orang-orang tolol yang sayang banget sama lo ini!" Hwasa menunjuk anak kosan satu-satu. Semuanya diam tak berkutik.

"Yang pasti, gue ngga suka liat lo disini, yang ada kosan gue digrebek polisi ntar, pergi lo! Dasar pembunuh"

"AKU BUKAN PEMBUNUH, KAKAK JANGAN ASAL NUDUH!!" jerit Tiffany, "aku ngga bunuh sahabat nya Yana, aku bukan pembunuh, Yana yang pembunuh! Kamu yang pembunuh!!" Tiffany menyerang Yana yang menunduk lemah, leher gadis itu ia cekik.

Lino melepaskan genggaman Jisung, menarik Tiffany menjauh dari Yana.

"Berhenti cewe gila!!" umpat nya menarik rambut Tiffany kasar. Yang lain tak tinggal diam, ikut menarik Tiffany dan membawa Yana agar tak ikut terhuyung.

Tapi Tiffany makin menguatkan cekikan nya. "Aku cuma mau bela diri! Kalian bulky aku, aku cuma bela diri!! Aku bukan PEMBUNUH!!" teriaknya seraya menguatkan cekikan. Hwasa berdiri memantau semuanya, mata nya menyorot Yana khawatir, gadis itu memucat, urat nya terjiplak melalui kulit pucat nya. Hwasa bergidik ngeri.

"Lepasin Yana atau gue panggil polisi kesini! Lo bakal masuk penjara!!" teriak Hwasa dari kejauhan.

Tiffany malah tertawa bahagia, "aku bakal masuk penjara sesuai keinginan kakak, tapi setelah aku bunuh Yana lebih dulu!!" tekan nya semakin menguatkan bahkan kuku-kuku panjangnya menembus kulit leher Yana. Menjadikan gadis malang itu menjerit kesakitan.

"Fany, lo gila!? Lepasin Yana!!" teriak Chanyeol, ia menarik tangan gadis itu sekuat tenaga.

"kenapa kak? Bukannya kakak ga mau aku pergi? Kakak sayang aku kan? Malah bagus kalau Yana pergi, pergi selamanya, kalian semua bakal bahagia tanpa dia--"

Plak!

Chanyeol, nafas nya tersenggal-senggal. Entah dibagian mana tapi kalimat itu seperti pisau tajam yang menusuk tepat di jantung nya. Membayangkan nya saja..

Chanyeol menatap wajah Tiffany yang memerah akibat tamparannya, tapi gadis itu belum melepaskan cekikan nya.

Tiffany tertawa, "kakak kenapa sih? Kok aku malah ditampar? Bukannya kakak yang bilang kalau--"

"YANA!" itu Hwasa, ia berlari ketika Yana sudah menutup mata dan berhenti meronta. Semua mata tertuju pada gadis itu, Tiffany belum melepaskan cekikannya.

Lino yang menyadari itu mencekik Tiffany dari belakang, menjadikan gadis itu meronta dan melepaskan cekikan nya.

"Mati lo bajingan!!" murka Lino mencekik Tiffany membabi buta, Tiffany meronta.

Suga dan Jin menahan Lino, mereka menarik cowok itu agar melepaskan Tiffany. Bukannya meringis atau menjerit kesakitan Tiffany malah tersenyum, wajah nya semakin merah.

"mungkin kakak kamu udah mati Lino, ga mau liat dia?"

Lino menguatkan cekikan nya, yang lain tak tinggal diam. Dengan terpaksa Suho menendang Lino sekuat tenaga, menjadikan cowo itu terjengkak tersungkur tak jauh dari Tiffany,  ia meringis memegang pinggangnya yang nyeri luar biasa.

"Sorry, No. Tapi lo gabisa bunuh dia" ujar Suho tenang, ia mengulurkan tangannya membantu Lino berdiri.

"Kenapa gue ngga bisa bunuh dia!? Dia hampir bunuh mbak gue- mbak Yana!!" Lino mendorong Suho, menghampiri Yana yang terkulai lemah di pangkuan Hwasa.

"cepat bawa ke rumah sakit, cepat!!" perintah Hwasa. Lino mengangguk, mengangkat Yana lalu membawa nya keluar.

Hwasa ikut berlari, meninggalkan Jisung dibelakang. Anak kosan juga ingin menyusul namun ditahan oleh Jisung dan Minhyun- yang sejak tadi menonton entah datang darimana. Mata Jisung berkilat marah, ia mengulas senyum miring.

"Urus bidadari kalian aja, Bang. Liat tuh, dia berantakan.

...biar kita, ngurus bidadari kita. Bye!"

Semuanya bungkam, tak ada yang bergerak. Tetesan itu mulai luruh, menyesal? Oke, jangan lupakan satu hal. Mereka sudah menyesal berapa kali? Sudah berapakali mereka menyakiti gadis itu? Sudah berapa kali mereka membuat gadis itu menangis?

Kurasa menyesal tidak akan cukup.

Minhyun yang berjalan dibelakang Jisung tiba-tiba berhenti, ia berbalik menatap anak kosan.

"Oh, iya. Gue udah nelpon polisi tadi, bentar lagi kayak nya datang.. Selamat bersenang-senang!" katanya lalu segera berlalu dari sana menyusul Jisung.

Kenapa?

Tiffany menangis sesenggukan, ia juga sakit, mata nya menyapu anak kosan satu-persatu yang masih membatu menatap pintu.

"Kak..." lirih nya pelan.

Semua orang berbalik, Chanyeol ingin bersuara namun dipotong.

"Permisi, kami dari kepolisian. Mengajukan surat penangkapan, Tiffany Wang ayo ikut kami ke kantor polisi"




###

Salam sayang 💜
Keep healty:))

Continue Reading

You'll Also Like

331K 52.3K 36
Spin-Off Atlas ⚠️ AWAS BAPER⚠️ Kala itu waktu terasa berhenti untukmu dan aku, kita sama-sama berbalik untuk saling meninggalkan satu sama lain. Ten...
123K 12.8K 53
Gak kebayang gue ngurus 9 anak yang di depan TV keliatannya baik dan lucu tapi di belakang beda jauh. Apalagi dia yang katanya Visual grup. Warning...
18.7K 2.1K 39
{ Spesial 500 Followers} {Terimakasih} Kisah seorang gadis bernama Stella Cornelia Agatha yang berusia 23 tahun, ia tinggal sendirian di rumah milik...
3.9M 115K 18
Di penghujung usia tiga puluh, Jemima akan melepas masa lajangnya. Ketika ia pikir tak memiliki alasan untuk mengundurkan diri dari pekerjaan yang me...