Gadis Onar

By slsbil16

36.8K 2.3K 83

"Apa yang lo pegang, gue anggep sampah!" Seorang gadis troublemaker atau gadis yang sering membuat onar.Areth... More

part 1|meet you
part 2|terkejut
part 3| Rencana gagal
part 4| Rasa🌱
part 5|kecewa
part 6| UKS dan obat
part 7|detektif
part 8| penyelidikan
part 9|kaget
Part 10| Dia
part 11| ungkap rasa☘️
part 12|memilih
part 13|Dekat
part 14| kecelakaan
part 15|Parasit
part 16| perasaan yang rumit
part 17|masa lalu Aretha
part 18| Kabur
part 19| Parasit II
part 20| patah 💔
part 21|Renggang
part 22| maaf
part 23| Patah 2
part 24| Munafik
part 25| Topeng🎭
part 26| Bohong
part 27| pilihan
part 28| luka
part 29| Hari buruk
part 30|Hari bahagia
part 32| Aqila?
part 33|penjelasan
part 34|kejar dan mengejar
part 35| Hari istimewa

part 31| about Sandy?

725 56 2
By slsbil16

Aretha merasa grogi sekaligus takut karena hari ini pembagian rapot kenaikan kelas. Dia takut usahanya ternyata sia-sia, papa Aretha belum juga keluar dari dalam kelas Aretha. Sandy yang melihat Aretha menggigit bibir bawahnya karena takut mencoba menenangkan Aretha.

"It's oke, semua bakal baik-baik aja kok," ucap Sandy menepuk pelan tangan Aretha.

"Tapi gue takut, gue pesimis," ucap Aretha menundukkan kepala.

"Gak boleh gitu dong, lo harus optimis dan percaya semua ini bakal baik-baik saja. Lo udah usaha dan udah ngeluarin semua kemampuan yang lo miliki," ucap Sandy tersenyum.

Aretha membalas senyuman Sandy. Dia merasa lebih tenang sekarang. Sedangkan rapot Sandy sudah keluar lebih dulu, Aretha tidak heran jika Sandy tidak mengkhawatirkan nilainya, karena Sandy mendapat juara 2 paralel di jurusan IPA. Sangat pintar.

Papa Aretha keluar dengan wajah datar dan tatapan yang sulit diartikan. Melihat wajah papanya membuat Aretha mulai percaya bahwa usahanya sia-sia. Aretha akan tertinggal di kelas. Dia tertunduk lesu, pasti ayahnya sangat kecewa pada Aretha.

"Kamu kenapa lesu gitu?" Ucap papa Aretha mengelus pucuk kepala Aretha.

"Maafin Aretha pa, udah bikin papa kecewa dengan nilai Aretha yang tidak memuaskan," ucap Aretha masih menundukkan kepala.

"Siapa bilang. Nilai kamu bagus Aretha. Papa bangga sama kamu yang udah usaha buat memperbaiki nilai kamu. Kamu mendapat peringkat ke delapan dengan nilai rata-rata 85," ucap papa Aretha yang membuat Aretha memeluk papanya tiba-tiba.

Sandy yang melihat Keakraban Aretha dengan papanya merasa sedih. Dia merindukan papanya juga. Dia tersenyum getir membuat pandangan papa Aretha tersenyum melihatnya.

"Kamu Sandy ya, makasih udah mau bantuin anak saya belajar," ucap papa Aretha memeluk Sandy.

Sandy sedikit kaget. Dia mulai merasakan pelukan seorang ayah. Sandy membalas pelukan papa Aretha.

"Oh ya, nilai kamu gimana? Dan teman kamu yang satu lagi dimana kok gak ada?" Tanya papa Aretha

"Gebby om, Gebby lagi ke ruang kepala sekolah om, dan nilai saya Alhamdulillah baik," ucap Sandy tersenyum.

"Baik banget pa, dia peringkat dua paralel di jurusan IPA" ucap Aretha membuat papa Aretha tersenyum

Sandy membawa Aretha ke sebuah taman, mereka duduk di atas rumput menikmati semilir angin sejuk yang menerpa wajah mereka. Sampai sekarang Aretha masih penasaran dengan ayah Sandy. Aretha tidak pernah melihatnya, dia hanya pernah seklai melihat mama Sandy saat berkunjung kerumahnya.

"San, gue mau nanya. Gue kok gak pernah lihat papa lo ya?" Tanya Aretha.

"Oh, lo gak bisa lihat papa gue Ret, soalnya papa gue itu seorang pesulap," ucap Sandy tersenyum.

"Pesulap?" Ucap Aretha bingung.

"Iya, pesulap. Dia udah ngilang sejak gue masih dalam kandungan mama gue," ucap Sandy melihat Aretha dengan tersenyum.

"Ma...maaf San," ucap Aretha merasa bersalah.

"It's oke. Gak apa-apa kok, tenang aja," ucap Sandy masih menampilkan senyumannya.

Aretha merasa kagum dengan Sandy dia tahu tak semudah itu bisa tersenyum dengan keadaan yang seperti ini. Padahal selama ini, Sandy yang paling sering mendengar curhatan Aretha dan Aretha juga tidak pernah mendengar Sandy curhat dengannya.

Dia memilih memendamnya sendiri. Ah, sudahlah. Aretha pikir tidak harus Sandy menceritakan semua kisah hidupnya, semua orang juga punya privasi dan Aretha bukan siapa-siapa di hidup Sandy yang harus tahu semua seluk beluk tentang keluarganya.

"Gue mau bilang makasih buat kalian berdua udah sabar ngajarin gue. Alhasil gue bisa naik kelas deh," ucap Aretha dengan refleks memeluk Sandy dari samping.

Sandy sempat terpaku sebentar dengan raut wajah yang terkejut karena Aretha memeluknya secara tiba-tiba, dia tersenyum senang dan mengelus pucuk kepala Aretha, membuat dia tersadar karena lancang memeluk Sandy.

"Ma...maaf, gue tadi refleks karena seneng. Jadi malu gue," ucap Aretha menggaruk Tengkuknya yang tidak gatal.

"Sengaja juga gak apa-apa," ucap Sandy yeng mendapat sikutan dari Aretha.

"Ret, lo percaya kalau di sebuah hubungan persahabatan dengan lawan jenis itu pasti salah satunya ada yang suka," ucap Sandy yang mendapat kernyitan di dahi Aretha.

"Gue sih percaya, rasa suka, cinta, sayang muncul karena sikap terbiasa kita pada seseorang. Emang kenapa?" Tanya Aretha dengan tampang polos.

"Nah itu yang sedang terjadi sama gue."

"Maksudnya?" Tanya Aretha bingung.

"Gue masih suka sama lo Aretha dan tawaran gue dulu masih berlaku sampai sekarang," ucap Sandy yang membuat Aretha terdiam.

Lamunan Aretha buyar saat mendengar ponsel Sandy yang berdering. Sandy segera mengangkatnya, raut wajah Sandy berubah menjadi pucat pasi. Aretha tidak tahu siapa yang menelepon Sandy hingga membuatnya seperti itu.

"Ret, ikut gue ke rumah sakit sekarang," ucap Sandy terlihat khawatir.

Belum sempat Aretha menjawab dan bertanya, Sandy sudah terlebih dahulu menarik tangannya dan membawanya ke motornya. Aretha hanya diam, Sandy segera pergi dengan kecepatan tidak normal atau bisa dibilang Sandy mengebut membuat Aretha merangkul pinggang Sandy dengan erat.

Sampai di rumah sakit, tangan Aretha digenggam Sandy dan mereka berdua berlari sepanjang lorong rumah sakit, sampai di depan UGD Sandy menatap pintu itu dengan tatapan sayu. Dia melepaskan genggaman tangan Aretha dan terduduk di lantai, Sandy menangis.

"Lo kenapa? Kenapa kita ke sini?" Tanya Aretha ikut duduk di lantai.

"Mama gue Ret, dia masuk UGD. Gue gak tahu kenapa, tadi gue di telpon dari pihak rumah sakit kalau mama gue masuk UGD."

Aretha merasa kasihan dengan Sandy. Setelah itu pintu UGD terbuka menampilkan pria paruh baya berjas putih. Sandy dan Aretha segera berdiri.

"Kenapa dengan mama saya dok?"

"Begini, mama anda mengalami anemia karena kelelahan, mungkin dia memaksakan diri bekerja atau apa tanpa beristirahat yang cukup. Dia butuh transfusi darah golongan A, sedangkan stok darah golongan A di rumah sakit ini sudah habis, apa golongan darah anda A."

"Anemia? Golongan darah saya O dok." ucap Sandy melemas

"Kalau begitu, biar saya umumkan ke..." Ucap dokter itu terpotong omongan Aretha.

"Golongan darah saya A dok, silahkan ambil darah saya aja dok," ucap Aretha.

"Kalau begitu sekarang ikut saya," ucap dokter itu yang mendapat anggukan dari Aretha.

Sebenarnya Aretha pobia dengan jarum suntik, tapi darahnya dibutuhkan untuk menolong orang sekarang, Aretha menutup matanya rapat-rapat saat jarum suntik di arahkan ke tangan Aretha.

Dinginnya jarum suntik membuat kepala Aretha pusing, seketika penglihatan Aretha gelap. Dia pingsan. Pintu UGD terbuka Sandy segera bertanya bagaimana keadaan Aretha dan mamanya.

"Syukurlah transfusi darah berhasil dan Tan kamu sekarang pingsan, mungkin dia pobia jarum suntik. Sekarang kamu boleh menemui mereka."

Tanpa sepatah kata lagi, Sandy masuk ke dalam dan melihat mamanya sedang menutup matanya rapat-rapat, begitu pula dengan Aretha. Suara lenguhan Aretha membuat Sandy menoleh.

"Lo gak apa-apa kan?" Tanya Sandy berjalan mendekat.

"Gue baik-baik aja kok, cuma pusing aja," ucap Aretha memegang kepalanya.

"Lo pobia jarum suntik dan masih maksain buat donorin darah lo Aretha."

"Gak apa-apa kok, selagi gue bisa nolong orang kenapa gak gue lakuin," ucap Aretha tersenyum.

"Makasih, gara-gara lo mama gue gak ikut papa gue jadi pesulap juga," ucap Sandy tersenyum.

"Lo disini aja, gue beliin makanan biar lo fit lagi."

"Gak usah, gue langsung pulang aja naik taksi. Lo di sini jagain mama lo," ucap Aretha keluar dari ruangan.

Aretha menunggu taksi di depan halte rumah sakit. Untungnya hari belum terlalu sore, jadi mudah bagi dia menemukan taksi. Sampai di rumah Aretha membersihkan dirinya dan merebahkan tubuhnya.

Dia masih memikirkan pernyataan Sandy saat di taman. Ada rasa senang saat mendengar bahwa Sandy masih mencintai dirinya. Apa dia menerima Sandy, tapi mengingat konflik hubungannya dengan Alta membuat dia ragu untuk menerima Sandy.


Continue Reading

You'll Also Like

324K 12.1K 45
Terkadang ada orang yang benar-benar mampu menyembunyikan kesedihannya, namun juga ada orang yang sudah berpura-pura seolah-olah dia lah orang yang p...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.7M 65.9K 29
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
2.8K 2.1K 42
Cover by ©Pinterest "Ups ada geng alay lagi kumpul," ucap Putri sambil berdiri di samping meja Kirana dkk dan Davin dkk. "Ada suaranya tapi ga ada wu...
534K 26.6K 45
Kisah ini mengisahkan bagaimana sakitnya seorang Nabila menjalani kehidupan dengan takdir yang begitu menyakitkan, semenjak peristiwa masalalunya yan...