Malam ini, sekitar jam 06.22 Gebby ke rumah Aretha untuk belajar bersama. Sesekali Aretha mengangguk-anggukkan kepalanya saat Gebby menjelaskan materi. Sandy sendiri tidak jadi ikut karena ada urusan mendadak.
"Paham kan Ret?" Tanya Gebby
Aretha tersenyum, "enggak paham"
Gebby menarik nafas dan menghembuskannya, dia kembali menjelaskan Aretha dengan lebih pelan lagi. Aretha fokus mendengar dan melihat Gebby menerangkan materi. Aretha merasa beruntung memiliki teman sebaik dan sesabar Gebby.
"Langsung aja ya, Aretha kerjain sepuluh soal yang ada di buku ini. Kerjain sebisa Aretha."
"Kerjain sebisa gue ya, kalau gak bisa semua ya gak gue kerjain, gitu kan" ucap Aretha mengetuk-ngetuk meja menggunakan bolpoin miliknya
"Ya gak gitu juga, Aretha emang mau gak naik kel..."
"Ya enggak mau lah, bentar gue coba dulu," ucap Aretha mulai fokus mengerjakan satu demi satu soal
Setelah selesai mengerjakan soalnya, Aretha menyerahkan bukunya ke Gebby. Gebby mulai mengoreksi satu persatu jawaban yang Aretha.
"Ada peningkatan, bener lima Ret."
"Masak sih, kayaknya udah bener semua itu."
"Aretha kurang teliti ngerjainnya. Oh ya, Gebby pulang ya, udah malam mendung lagi" ucap Gebby berdiri dan keluar rumah
"Lha lo pulang naik apaan By?" Tanya Aretha ikut berdiri
"Ini supirnya Gebby udah ada di depan rumahnya Aretha. Gebby pulang ya, titip salam buat mamanya Aretha ya kalau nanti udah pulang dari cafenya," ucap Gebby berjalan menuju gerbang dan masuk ke dalam mobilnya.
"Iya nanti gue sampaiin salam lo buat mama gue," teriak Aretha
Aretha menutup pintu dan kembali ke kamarnya tak lupa membereskan buku-bukunya. Aretha melihat buku yang tertera jawabannya tadi. Aretha mengangguk yakin, dia segera berjalan menuju kamarnya. Aretha meletakkan bukunya di meja belajar dan mulai mengerjakan soal yang jawabannya salah.
Mbok Ijah yang melihat lampu kamar Aretha masih menyala, pergi ke kamar Aretha untuk melihat apa yang sedang d atas untuk m perg, mbok Ijah melihat dari celah pintu yang sedikit terbuka, dia tersenyum senang dan kembali ke dapur untuk membawakan beberapa cemilan untuk menemani Aretha belajar.
" Non, mbok ijah masuk ya," ucap mbok Ijah mengetuk pintu kamar Aretha
"Iya mbok, masuk aja," teriak Aretha masih fokus mengerjakan soalnya
"Ini mbok Ijah bawain, susu coklat sama kripik kentang kesukaan non."
"Makasih Mbok, taruh disini aja ya."
"Iya, saya pergi dulu. Non Aretha jangan tidur kemalaman ya" ucap mbok Ijah mendapat acungan jempol oleh Aretha
Sepanjang malam Aretha belajar beberapa soal latihan lainnya, dia tidak ingin tidak naik kelas, hingga Aretha ketiduran di meja belajarnya. Mama Aretha, yang melihat putrinya ketiduran karena belajar merasa senang. Dia menyelimuti Aretha dan mematikan lampu kamarnya.
Aretha berlari menuju sekolahnya, dia terlambat berangkat karena telat bangun, sedangkan di tengah jalan ojek online yang dia pesan kehabisan bensin, jadi terpaksa dia berlari, untungnya jaraknya tidak terlalu jauh.
"Gerbangnya ditutup lagi, gimana ini, gue bisa dihukum deh. Sejak kapan gue takut dihukum ya. Biasanya paling semangat. Manjat aja lah mumpung satpam ama guru piketnya belum dateng,” ucap Aretha.
Aretha memanjat gerbang yang lumayan tinggi sampai suara seseorang mengagetkan Aretha, membuat dia kembali turun dari gerbang dan tersenyum menampilkan gigi-giginya. Aretha berdiri tegak dengan senyum yang masih terukir jelas di wajahnya
"Aretha kamu telat," ucap pak botak yang saat itu menjadi guru piket di gerbang
"Eh pak botak, guru paling ganteng bagi Aretha tapi bohong, pak botak pasti kangen sama Aretha ya pak"
"Kamu ini, baru keluar dari rumah sakit sikap kamu masih aja gini. Suka banget ya kamu itu numpuk skors gara-gara keonaran yang kamu buat," ucap pak botak membuka kunci gerbang
"Masalah aja yang selalu datang ke saya pak, mungkin suka sama saya"
"Ngawur kamu ini, mumpung suasana hati saya lagi baik dan kamu baru saja keluar dari rumah sakit, kamu gak saya hukum. Sekarang kamu ke kelas kamu"
"Makasih pak Botak"
Aretha segera berlari menuju kelasnya, untungnya guru yang mengajar sedang sakit. Aretha bernafas lega, dia berjalan dengan lesu menuju mejanya.
"Aretha kok bisa telat sih"
"Gebby diem dulu, gue ngantuk. Ini beberapa soal yang semalam gue kerjain. Gue mau tidur dulu" ucap Aretha mulai menutup mata dan tertidur
Saat bel istirahat berbunyi, Aretha lebih memilih ke perpustakaan untuk membaca beberapa komik yang ada, Alta yang waktu itu juga ke perpustakaan segera menghampiri Aretha dan duduk di depannya.
Aretha yang melihat Alta hanya memutar bola matanya malas dan kembali membaca komik. Apa masih merasa bersalah karena kejadian di parkiran tempo hari lalu.
"Ret, maafin gue yang udah egois, gue mau kita perbaiki hubungan kita seperti awal lagi gue nggak mau kehilangan lo gue itu sayang sama lo Aretha" ucap Alta sambil memegang salah satu tangan Areta
mereka yang diperlakukan seperti itu oleh Alta, membuat hatinya luluh seketika. Boleh dibilang, Aretha tidak bisa marah terlalu lama ke Alta.
"Lo mau kan, kita mulai hubungan kita dari awal lagi" ucap Alta
Mereka berdua saling menatap satu sama lain, mata mereka saling mengisyaratkan dan saling melepas rindu. Aretha tampak berpikir dulu, lantas dia tersenyum sangat manis, lalu dia mengangguk.
"Makasih ya, lo selalu maafin kesalahan yang gue lakuin ke lo. Lo baik banget Ret" ucap Alta memegang kedua tangan Aretha
"Baru tahu kalau gue baik lo" ucap Aretah tertawa kecil dan Alta mengusap pucuk kepala Aretha
Iya, lo baik. Terlalu baik malah, lo masih bisa maafin kesalahan gue. Batin Alta
"Maaf, ini perpustakaan tempat membaca dan meminjam buku, bukan tempat ngebucin ya, hargai saya yang masih jomblo" ucap penjaga perpustakaan yang membuat Alta dan Aretha tertawa geli
Mereka berdua keluar dari perpustakaan dan berjalan menuju kelasnya masing-masing, sepanjang perjalanan Aretha dan Alta tak luput dari pengamatan siswa atau siswi yang berada disepanjang lorong kelas.
Yang mereka tahu hubungan Aretha dan Alta sudah kandas di tengah jalan karena mereka selalu bertengkar, nyatanya tidak. Peristiwa itu juga tak luput dari pengamatan seorang gadis bermata coklat, siapa lagi kalau bukan Aqila, dia tersenyum kecut saat melihat dua insan berjalan beriringan dengan bergandengan tangan.
"Nanti pulang bareng gue ya"
"Iya, lo tunggu di parkiran aja"
"Siap Bu bos" ucap Alta mengangkat jempol tangannya
Alta mengacak-acak gemas rambut Aretha dan pergi menuju kelasnya. Aretha merasa senang hari ini. Dia masuk ke kelasnya dan duduk di samping Gebby.
"Gimana By, bener semua yang gue kerjain?" Tanya Aretha
"Bener semua kok. Ada yang salah satu sih, tapi itu udah hebat banget" ucap Gebby menunjukkan kedua jari jempol tangannya
"Pintar juga otak gue, IQ gue meningkat pasti" ucap Aretha merasa bangga kepada dirinya sediri
Aretha sedang menunggu Alta di parkiran sekolah, Aretha pikir Alta sudah menunggunya disini, ternyata dia belum datang. Sampai dia melihat Alta berlari kecil menuju dirinya.
"Maaf telat, piket bentar tadi" ucap Alta masih ngos-ngosan
"Tumben, biasanya juga langsung cabut"
"Kalau gak piket nanti didenda dua ribu rupiah, kan sayang. Buat beli gorengan di kantin udah bikin perut kenyang" ucap Alta yang membuat Aretha tertawa
"Sa ae pantat panci" ucap Aretha memukul pelan lengan Alta membuat cowok itu mengerang kesakitan
"Aduh....tangan gue sakit lo pukul Ret" ucap Alta memegang lengannya
"Eh.. ma...maaf perasaan gue pukul pelan tadi, sakit ya" ucap Aretha mengusap-usap lengan Alta lembut
Alta yang melihat Rekasi Aretha ingin sekali tertawa, namun dia tahan. Akhirnya Alta tertawa geli saat melihat raut khawatir yang Aretha tunjukkan.
"Ngapain lo ketawa, nipu gue ya lo. Gak lucu tahu gak!" Ucap Aretha melipat kedua tangannya di depan dadanya
"Eh...jangan ngambek dong. Maaf ya" Ucap Alta memegang pipi Aretha
"Bodo"
"Maafin gue dong, atau gak lo minta apa aja deh pasti gue turutin, asal lo jangan ngambek lagi" ucap Alta mencoba membujuk Aretha
"Beneran, ya udah kalau gitu. Nanti malam temenin gue pergi, berdua doang" ucap Aretha menekan kata 'berdua'
"Iya sayang buat kamu apa sih yang enggak" ucap Alta kembali mengelus pucuk kepala Aretha
Aretha yang mendengar Alta memanggilnya seperti itu membuat kedua pipinya berkedut karena senang dan malu. Sebelum Alta menyadari bahwa pipi Aretha memerah, Aretha segera mengajak Alta untuk segera pulang.