Crown Prince of Greece (TERBI...

Por regalmai

143K 8.1K 117

Mainaka Sunjaya, gadis berdarah jawa pemilik julukan pemimpi akut itu berhasil membuktikan ke semua orang bah... Más

prolog
#1
#2
#3
#4
#5
#6
#7
#8
#10
#11
#12
#13
#14
#15
#16
#17
#18
#19
#20
#21
#22
#23
#24
#25
#26
#27
#28
#29
#30
• bukan update •
#31
#32
#33
#34
#35
#36
#37
• playlist •
#38
#39
#40
#41
#42
#43
#44
#45
#46
#47
#48
#49
#50
epilog
🤎CPOG OPEN PO🤎

#9

2.7K 182 2
Por regalmai

"Semenjak kau berpacaran dengan Mr. Roberts, kau jarang menghabiskan waktu denganku!" protes Aubrey saat kami tengah hunting sneakers dengan harga miring di DFO South Wharf yang dekat dengan pusat kota Melbourne.

"Kau juga meninggalkanku dengan Eric!" bantahku tidak terima. "Jadi, kita impas. Aku tidak mau menjadi obat nyamukmu terus menerus."

Aubrey tertawa. "Aku sudah putus dengan playboy cap kadal itu semalam."

Aku membulatkan mata. "Putus? Baru juga tiga bulan. Kenapa?"

"Eric selingkuh." Aubrey membulatkan mata malas.

"Kau memergokinya?"

"Ya. Dia berciuman dengan mantannya di studio musik."

Aku menyipitkan mata. "Dan kau terlihat biasa saja. Aneh." cibirku. "Sama sekali tidak terlihat kalau sedang patah hati."

Gadis bersurai cokelat itu menepuk keras bahuku. "Aku tidak benar-benar serius dengan Eric. Kau kan tahu, siapa yang ingin kunikahi." dia mengedipkan sebelah matanya. "Aku tidak peduli meski harus menunggunya jadi duda."

"Jangan gila." Aku memutar bola mata malas. "Dia sudah menikah." Aku teringat cerita Aubrey seminggu setelah kami resmi bersahabat. Dia diam-diam mencintai tetangganya yang baru saja bertunangan.

Pria jawa dengan senyuman manis dan sorot mata yang meneduhkan. Laki-laki yang telah mencuri hati Aubrey sejak gadis itu masih duduk di bangku SMA. Mas Aan, pria yang berprofesi sebagai dokter berusia tiga tahun di atasku itu bertanggung jawab membuat Aubrey kerap bergonta-ganti pasangan.

"Kau kan tahu sudah lama aku gila karenanya." Aku memilih untuk mengabaikan celotehannya dengan mengalihkan atensiku ke running shoes yang selama ini masuk wish list ku.

"Miss, ukuran 5.5 untuk sepatu ini ada?" tanyaku pada gadis bersurai pirang yang menjadi pramuniaga di nike store ini.

"Sebentar saya cek dulu." setengah berlari gadis itu membawa sepatu yang kusodorkan padanya ke arah gudang. Aku memilih duduk.

"Hei. Sendirian?" Aku terkejut dengan kehadiran Luce yang tiba-tiba menghempaskan dirinya di sampingku.

"Sama dia." Aku menunjuk dengan dagu Aubrey yang tengah berbincang dengan pramuniaga yang lain mengenai sepatu yang dipilihnya.

"Oh, kukira dengan kekasihmu."

Deg.

Apa Luce sudah tahu mengenai hubunganku dengan Theo?

"Apa maksudmu?"

"Aku tahu kau berpacaran dengan Mr. Roberts." Lelaki itu memamerkan cengiran andalannya. "Selamat ya. Kau tidak perlu memanas-manasinya lagi." kutangkap sorot kecewa dari iris biru langitnya sepersekian detik sebelum dia menutupinya dengan binar yang kupastikan hanyalah kamuflase.

"Kenapa kau bilang begitu?" tanyaku penasaran. Aku ingin tahu, dia tahu darimana?

"Tiga hari yang lalu aku tidak sengaja melihatmu berjalan-jalan dengan Mr. Roberts. Kalian terlihat ... mesra."

Aku terdiam. Bingung ingin menjawab apa.

"Tidak apa-apa. Kau bisa cerita padaku kalau mau." Luce tersenyum manis. Mungkin itu caranya menutupi keadaan yang sebenarnya.

"Maaf," hanya itu yang terucap. Apakah ini artinya aku menyakiti Luce? Kuharap aku salah sangka. Kuharap dia tidak benar-benar sedang berusaha mendekatiku.

"Kenapa minta maaf?"

"Siapa tau aku menyakitimu...," Luce hendak menjawab ketika Aubrey menjerit heboh. "Astaga!"

Semua mata tertuju pada tingkah barbar gadis itu. Aku mendelik, memberi gestur ingin mencekiknya. Luce tertawa lalu berdiri dan mengulurkan tangan pada Aubrey yang kini menatapnya takjub.

"Luce. Kau bisa memanggilku Luce."

"Aubrey Scott. Biasa dipanggil Aubrey." katanya malu-malu kucing.

"Size 5.5 ada. Mau?" atensiku teralih dengan kehadiran pramuniaga yang sebelumnya mencari ukuran sepatuku.

Aku mengangguk. Satu bulan aku menabung untuk membelinya. Jadi tak mungkin kusia-siakan kesempatan ini.

"Kutinggal dulu ya, aku mau bayar ini." tanpa menunggu jawaban keduanya yang sedang canggung, aku ngeloyor pergi.

Kami memutuskan untuk makan di salah satu kedai Italian cuisine yang berada tak jauh dari sini. Luce bergabung dengan kami. Aubrey tak henti-hentinya mengoceh yang untungnya ditanggapi Luce dengan baik. Aku memilih memainkan ponsel karena merasa bosan.

Aku membuka portal berita di internet. Mataku menangkap artikel berjudul 7 Fact of Prince Philo Andreas of Greece. Penasaran dengan rupa salah satu bangsawan eropa itu, aku membuka artikelnya.

Seorang pria aristokrat dengan wajah bak dewa yunani berpakaian modis tengah difoto dengan pose candid. Entah kenapa, wajahnya terlihat familiar dengan seseorang. Tapi siapa?

Aku menggeser layar ke bawah. Terdapat tujuh fakta mengenai pangeran dari negeri para dewa itu. Yang terakhir, mengingatkanku pada adik Theo. Prince Philo adalah seorang arsitek muda terkenal dengan bayaran tinggi.

Benakku mulai menyusun suatu spekulasi. Tapi aku dengan tegas menggeleng. Tidak mungkin. Theo bukan bangsawan.

Tapi, kenapa fakta yang dibeberkan di artikel ini seakan memperkuat dugaanku jika ini berkaitan dengan latar belakang Theo?

Ah, tidak pernah ada pernyataan yang mengatakan bahwa Theo hanya warga biasa. Pun tidak ada yang mengatakan bahwa Theo seorang bangsawan. Semua serba simpang siur. Sudah kukatakan bukan kalau pria itu misterius? Jadi, informasi yang bisa dikorek darinya hanyalah informasi dasar.

Aku menggeser layar ke atas. Fakta nomor dua mengatakan bahwa Pangeran Philo adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya yang tak lain adalah Putra Mahkota adalah seorang dokter. Sedangkan adiknya, adalah seorang mahasiswi desain.

Otakku bekerja cepat. Aku menulis nama Prince Philo Andreas of Greece di kolom pencarian google. Aku mencari-cari artikel yang memuat tentang keluarganya. Royal family of Greece. Itu perkara mudah karena tidak sampai satu menit, aku sudah mendapatkan satu persatu jawaban atas berbagai spekulasi yang muncul di pikiranku.

Kedua mataku melebar saat melihat foto keluarga dari penguasa Yunani saat ini. Sekilas foto itu terlihat seperti foto bangsawan pada umumnya. Disitu terlihat lima orang, yang duduk sudah jelas adalah Raja dan Ratu. Dua pria dengan satu wanita di tengah yang berdiri di belakang sofa adalah anak-anak mereka.

Yang membuatku terkejut adalah, wanita yang berdiri di tengah dengan gaun krem itu adalah Defne. Iya, Defne yang tempo hari kuantar ke bandara. Sedangkan pria yang berdiri di sebelah kanannya, siapa lagi. Itu adalah kekasihku. Theo. Lengkap dengan atribut kebangsawanannya.

Tak heran jika Theo memiliki aura mengintimidasi sekaligus mengayomi yang kuat. Dia adalah seorang penerus tahta. Bukan hal aneh, mengingat latar belakangnya saat ini.

Apa katanya? Ayahnya mantan tentara? Ibunya psikolog? Adiknya arsitek freelance? Yang benar saja!

Aku masih memastikan bahwa penglihatanku salah. Berulangkali ketelaah wajah di foto itu. Berusaha mencari kekeliruan. Tapi sayangnya aku tidak salah lihat. Akurat. Itu memang Theo dan Defne.

Theodore Roberts adalah Prince Theodore Alexios of Greece. Orang yang sama dengan orang yang tadi pagi mengajakku menaiki skuter mengelilingi kampus.

Tapi, kenapa?

Apa yang membuat Pangeran Theo menyamar sebagai dosen disini?

Itu menjadi pertanyaan terbesarku saat ini dan aku akan mencari tahu. Sebelum semuanya jelas, aku akan berpura-pura tidak mengetahui mengenai kenyataan ini.

Aku tertawa dalam hati. Aku memang sudah gila. Memacari seorang pangeran eropa, sama sekali tidak pernah ada dalam rencanaku.

Sudah kuduga. Defne benar-benar seorang putri raja. Gadis itu tidak pandai menyamar seperti kakaknya jadi orang awam sepertiku dapat langsung menebaknya. Sedangkan Theo, kurasa dia cukup berhasil mengelabui semua orang. Tidak akan ada yang menyangka bahwa dirinya adalah seorang Putra Mahkota yang sedang menyamar.

"Apa yang kau lihat? Serius sekali," Luce menyenggolku yang kini tengah fokus menatap layar.

"Bukan apa-apa." Aku segera membuka aplikasi games untuk mengecoh Luke.

"Oh, games. Apa kau bosan?" tanya Luce tepat di menatapku. Aku mengulum senyum. "Tidak. Aku justru tidak ingin mengganggu keseruan kalian."

"Omong kosong." cibir Aubrey. "Habiskan makananmu atau mau kuhabiskan?" celetuknya menunjuk fettucine ku yang masih tersisa. Aubrey memang tidak pernah tahan melihat makanan sisa.

"Habiskan saja kalau kau mau. Aku sudah kenyang." jawabku seadanya. Gadis itu segera menarik piringku dan menukarnya dengan piringnya yang telah kosong.

"Maaf kalau ilfeel." Aubrey meringis melihat Luce yang hanya geleng-geleng kepala melihat tingkahnya itu.

...dan aku? Tentu saja masih shock dengan kenyataan bahwa kekasihku adalah calon Raja di negeri para dewa.

Seguir leyendo

También te gustarán

3.3K 506 5
Di jaman sekarang akan aneh rasanya melihat manusia dewasa hanya seharian di rumah dan terlihat santai tanpa beban hidup. Begitulah yang di lakukan M...
8.6K 822 47
Diana harus mengerti bahwa dirinya berada dalam keadaan yang berbeda, dia bukanlah anak kandung dari keluarganya. Jadi siapa dia sebenarnya? Siapa di...
1M 108K 49
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
1.6K 300 30
FOLLOW SEBELUM MEMBACA 💕 Andrea harus menahan rasa kesalnya setiap kali sang kakak menjahilinya. Bahkan semua perlakuan Andrew membuat Andrea semaki...