SCINTILLA ; MINYOON

By yourimaji

15.8K 3.5K 5.1K

Park Jimin dan kisah cintanya yang retorik [Park Jimin > male 17 th] [Min Yoongi > Female 20 th] [Tidak membe... More

1 : Freedom
2 : bothersome
3 : Meeting with you
4 : unexpected
5 : the truth untold
6 : the other side
7 : This is the beginning
8 : me, why?
9 : What should I do?
10 : Make it true
11 : Worry
13 : Unpredictable
14 : Forget that feeling
15 : Love is not over
16. nothing has changed
17. Learn
18 : Problem
19. Enhancement
20. Now have a family?
21. Life goes on

12 : Lie

557 122 61
By yourimaji

Vote dulu gratis ko:v

•••

Seminggu sudah sejak insiden Yoongi yang masuk ke rumah sakit, sebenarnya itu agak membuat Jihoon khawatir, tentu gadis itu menghubungi Daniel untuk menanyakan Yoongi. Tapi nihil, Daniel tidak tahu, pemuda itu juga langsung menghampiri Jihoon dan ikut membantu mencari Yoongi. Nomor Yoongi tidak aktif, tapi ketika paginya Jimin memberi ponsel Yoongi, lalu menyuruh sang pemilik ponsel untuk mengabari adik sepupu kesayangannya. Kalian berharap Jimin membiarkan Yoongi untuk jujur? Tentu saja tidak, Jimin menyuruh Yoongi mengatakan kalau dia menginap di rumah temannya karena ada tugas, dan Yoongi mengiyakan karena dia juga tidak ingin Jihoon sakit hati karena tahu sekarang dirinya bersama orang yang dia sukai. Jadilah dia berbohong, dan Jihoon percaya saja.

Hari itu juga Jimin memberitahu Taehyung dan Jungkook untuk membelikan beberapa pakaian untuk dirinya dan juga untuk Yoongi. Esok harinya Yoongi diperbolehkan pulang karena keadaan tubuhnya sudah membaik, Jimin mengantarkan Yoongi pulang dan semua kembali seperti biasa. Selama seminggu tidak ada yang tahu kalau Yoongi masuk rumah sakit dan ditemani Jimin.

Setelahnya mereka sudah kembali ke aktivitas mereka masing-masing. Dan Jimin belum juga mempunyai nomor gadis itu.

.

.

"Yoon, mau ku antar ke tempat kerjamu tidak?" Yoongi berfikir sejenak untuk menerima ajakan Daniel. Mungkin mengiyakan akan lebih baik? Untuk membuat Jihoon tidak curiga dan tidak akan pernah berfikir bahwa dia akan merebut Jimin. Setelahnya Yoongi mengangguk sambil tersenyum manis, sangat manis. Hampir membuat Daniel pingsan detik itu juga kalau dia tidak menyadari sedang berada di hadapan gadis yang disukainya.

Dengan semangat, Daniel berlari ke parkiran mobil. Memasuki mobilnya lalu menjalankan ke tempat Yoongi berada. Setelahnya mereka berjalan menuju tempat kerja Yoongi.

"Yoon? Kau baik-baik saja?" Diperjalanan Daniel terus memperhatikan Yoongi, gadis itu melamun, menatap keluar jendela. Entah apa yang dipikirkannya.

"Yoon!" Daniel sedikit meninggikan suaranya karena tak dapat respon dari pertanyaannya,

Yoongi tersentak, "Ah-ya?"

"Kau baik-baik saja, Yoon?" Sekali lagi, Daniel bertanya. Menatap penuh khawatir Gadis disampingnya.

"A-aku? Memangnya aku kenapa?"

"Kau melamun terus, Yoon."

"Aku hanya lelah." Fisiknya memang lelah, tapi hatinya lebih lelah.

"Kalau kau lelah, sebaiknya cuti saja, Yoon. Aku tidak ingin kau jatuh sakit karena terlalu sering bekerja." Daniel menatap Yoongi, dia tulus, benar-benar khawatir bila Yoongi sakit. Sayangnya ia tak pernah tahu kalau Yoongi sudah jatuh sakit.

"Aku hanya kelelahan, istirahat sebentar di kafe juga akan menambah energi. Kau tidak perlu khawatir."

"Baiklah, Yoon. Tapi ingat jangan terlalu dipaksakan!"

Daniel memang menjadi yang paling khawatir saat ini, meskipun begitu Yoongi tidak mengharapkan kekhawatiran dari pemuda itu. Yang Yoongi harapkan hanyalah Park Jimin, sayangnya Yoongi tidak boleh mengharapkan pemuda itu.

Lalu, suasana kabin mobil lenggang sejenak.

20 menit, Daniel dan Yoongi sudah sampai di kafetaria. Yoongi ingin turun, tapi Daniel lebih dulu turun dan membukakan pintu untuk Yoongi.

Yoongi tersenyum, "Terimakasih Daniel."

"Apapun untukmu, Yoon."

Yoongi berjalan, diikuti Daniel disampingnya. "Eh? Kau tidak pulang?"

"Aku ingin mampir."

"Baiklah, terserahmu Tuan Kang." Yoongi melenggang pergi, disusul Daniel yang mengejarnya. Mereka berdua berbarengan 'lagi' memasuki pintu utama kafe. Banyak pelanggan yang sedang berbincang ria, ada yang bersama keluarga, bersama pacar, ataupun sahabat. Yoongi memperhatikan, sampai matanya menangkap satu sosok dimeja kafe paling ujung,

Park Jimin!?

Untuk apa pemuda itu kemari?

Tapi? Pemuda itu tidak sendiri,

Dia bersama-

Jimin bersama Jihoon?

Yoongi memperhatikan Jimin yang berbincang ria dengan Jihoon, sesekali tertawa. Mereka sangat cocok, dan Yoongi tersenyum miris melihatnya. Ada bagian dalam hatinya yang koyak, seperti dimakan hewan buas dengan ganas.

"Itu Jihoon! Eh? Siapa laki-laki itu? Apa itu pacarnya Yoon?" Daniel juga melihatnya, lantas dia bertanya kepada Yoongi. Yoongi menggeleng sebagai jawaban. Menggeleng berarti 'tidak tahu' entah dia menjawab pertanyaan yang mana, yang 'siapa laki-laki itu?' ataukah 'apa itu pacarnya?' dia tidak tahu, belum ataupun tidak akan itu menjadi urusan Jimin dan Jihoon.

"Ayo kesana, Yoon!" Daniel menarik paksa lengan Yoongi menuju meja paling pojok.

"Eh? Eonni sudah datang? Sejak kapan? Aku tidak menyadari."

Bagaimana kau menyadari kalau fokusmu hanya pada Park Jimin.

"Eonni bersama Daniel Oppa?"

Yoongi masih diam, Jimin hanya menatap mereka berdua. Biasa saja, tidak ada raut cemburu ataupun kesal disana. Mukanya masih santai.

"Halo, Yoon!" Sapa Jimin

"E-eh? Halo juga, Jim!" Yoongi menjawab kikuk.

"Ayo gabung Oppa, Eonni!" Jihoon menepuk-nepuk kursi satunya, menyuruh Daniel dan Yoongi ikut duduk.

Yoongi duduk hadapan Jimin, sedangkan Daniel duduk di hadapan Jihoon. Mereka sama-sama bersampingan.

"Dia siapa, Yoon?" Jimin bertanya, sepertinya pertanyaan itu sedari tadi sudah susah-susah ia tahan, tapi akhirnya kelepasan juga.

"Ah? D-dia.... Perkenalkan ini Kang Daniel, kekasihku." Yoongi mau tidak mau berbohong, agar tidak ada yang tahu kalau sebenarnya hatinya hanya untuk pemuda di hadapannya, Park Jimin.

"Yoon?-" Daniel hendak bertanya tapi Yoongi memberinya isyarat untuk mengiyakan saja perkataanya. Daniel senang? Jelas. Dia kan yang paling menginginkan Yoongi, dan tentu dia mengangguk, mengiyakan.

Jimin hanya ber-oh ria, tidak peduli, tampak acuh.

"Woahh! Jadi kalian sudah?"

Daniel mengangguk.

"Kalau begitu, weekend nanti bagaimana kalau kita jalan-jalan ke Lotte World?" seru Jihoon,

"Boleh saja. Bagaimana kalau ajak kekasihmu ini?"

Jimin yang sedari tadi hanya menyimak, kini ia buka suara, "Aku bukan kekasihnya." ucapnya datar.

"Oh, aku kira kalian pasangan. Kalian sangat cocok."

"Ah? Begitu ya? Terimakasih Oppa." Jihoon tersenyum kikuk.

"Kalau dia bukan kekasihmu, tidak apa-apa ajak saja. Bagaimana kau mau ikut tidak?" tanya Daniel. Jimin menatap Daniel, lalu kemudian menatap Yoongi yang hanya diam, menunduk.

Sepertinya dia harus menjaga Yoonginya dari pria sialan ini.

"Terserah." jawabnya Jimin datar, kelewat datar.

"Yang benar?" tanya Jihoon memastikan. Apakah telinganya tidak salah mendengar? Kenapa Park Jimin mau? Apa mungkin Jimin sudah mulai menyukainya?

Lalu kemudian Jimin berdehem sebagai jawaban.

"Baiklah, kita akan pergi hari libur!" Seru Daniel, yang di angguki oleh yang lain.

Yoongi? Tentu gadis itu bertanya-tanya apa yang membuat Jimin yang super malas kalau ada kegiatan itu, ikut? Pasalnya, Yoongi kenal Jimin selama ini. Dan Jimin pernah bilang padanya kalau dia tidak suka dengan kegiatan tidak berguna seperti itu. Dia lebih suka menghabiskan waktu untuk melatih diri di arena tinju ketimbang membuang waktunya dengan bermain tidak jelas.

Melupakan apa alasan pria itu ikut, Yoongi lebih memilih senang karena akhirnya Jimin ikut bersamanya. Walaupun ada Jihoon, setidaknya Yoongi bisa melihat Jimin dekat dengannya, walau disisi lain terlihat amat jauh.

.

.

Yoongi menutup kafe sekitar pukul delapan malam. Setelah dirinya bilang akan pulang sedikit terlambat karena harus membeli beberapa barang yang ia butuhkan.

Lalu Yoongi berjalan santai, ditengah keramaian Kota Seoul. Menikmati udara dingin khas malam yang selalu bisa menembus hingga ke turang rusuk. Melupakan sejenak pikiran-pikiran berat yang menghantuinya, tentang Park Jimin, Jihoon. Ya... Dua manusia itu masih setia ada dipikirannya. Harusnya ia tidak terlalu memikirkannya sampai seperti ini kalau dia tidak mencintai Jimin, harunya.

Yoongi memasuki salah satu toko kelontong yang menjual berbagai macam barang-barang unik. Tujuan sebenarnya adalah membeli miniatur-miniatur kecil untuk dijadikan bahan dari tugasnya.

Yoongi melihat rak demi rak yang setiap barisnya terdapat berbagai macam. 10 menit, dia mendapatkan apa yang dia cari. Lalu pergi membayarnya, sementara barang sedang dicek, mata Yoongi tidak sengaja tertuju pada suatu kota musik yang sudah lusuh, warnanya hampir luntur, kotak musik itu terbuat dari kayu, kecil dan tidak begitu menarik. Tapi dimata Yoongi itu sangat menarik. Yoongi berfikir itu pasti barang antik dan harganya pasti sangat mahal.

"Memang banyak yang tertarik pada kota musik itu." celetuk Bibi penjaga Toko Kelontong tersebut, yang menyadari Yoongi malah memperhatikan kotak itu.

Yoongi tersentak, tapi dia tetap diam membiarkan Bibi penjaga toko melanjutkan ucapannya.

"Banyak yang ingin membelinya, padahal sudah lusuh. Tapi entah apa yang membuat orang tertarik dengan kotak musik itu. Tapi, aku juga tidak menjualnya ke sebagian orang yang terlihat tidak bisa merawatnya. Barang itu sudah sangat lama, kalau kau cari barang seperti itu di manapun pasti tidak ada. Barang itu sangat langka. Makanya aku mencari pemilik yang tepat, kalau pemiliknya tidak tepat, nanti barang itu rusak bagaimana? Tidak bisa di apa-apa kan lagi. Jadi tidak berguna dan tidak akan pernah ada lagi." Bibi itu mengambil kotak musik lusuh itu, warnanya sudah luntur. Tapi sepertinya Bibi penjual toko ini merawatnya dengan baik. "Nada-nada yang mengalun dari kotak musik ini indah sekali, aku pernah mendengarnya sekali dan itu bisa menipu pikiranku karena terlalu indah untuk didengar. Aku tidak berani mendengarkannya lagi karena takut tidak bisa lepas dari kotak musik itu."

"Apakah sebagus itu, Bi?"

"Tentu. Dan nada-nada yang dibuat disini cocok sekali untuk menghibur perasaanmu yang sedang diradang kesedihan."

"Bagaimana Bibi tahu kalau aku sedang sedih?"

"Raut mukamu terbaca, Nak. Hanya dengan bertatapan sekilas dengan matamu, aku bisa menebak kalau kau memang sedang sedih."

"Ah? Begitu ya?"

Bibi itu mengangguk, "Dan sepertinya aku sudah menemukan pemilik yang pantas untuk memiliki kotak musik ini."

"Maksud, Bibi?"

"Kotak musik ini milikmu mulai sekarang." Bibi penjaga toko itu menyerahkan Kotak musik yang ukurannya hanya sebesar kotak jam itu kepada Yoongi, "aku memberikannya gratis untuk gadis cantik sepertimu. Aku bisa menebak bukan hanya wajahmu saja yang cantik, tapi hatimu juga."

"T-tapi, bagaimana kalau aku tidak bisa menjaga kotak ini dengan baik?"

Wanita tua itu tersenyum, "Aku percaya kau bisa menjaganya."

"Terimakasih, Bi! Aku akan menjaga kotak musik ini sebisaku."

Yoongi keluar dari Toko Kelontong itu setelah mengatakan kalau ia akan pamit.

Alih-alih untuk pulang, Yoongi malah melangkahkan kakinya ke Sungai Han. Salah satu tempat favorite Yoongi untuk menetralkan pikirannya, dan entah kenapa suasana Sungai Han selalu bisa membuatnya tenang. Matanya menatap lurus ke depan, memandang pemandangan indah yang jarang sekali ia lihat karena terlalu sibuk untuk bisa menyempatkan diri pergi kesini. Warna-warni lampu yang terpasang di jembatannya sangatlah indah, membuat Sungai Han sangat digemari orang luar maupun orang korea itu sendiri.

Banyak yang memilih menghabiskan sore hingga malam mereka di Sungai Han, termasuk Yoongi.

Gadis itu butuh kesendirian, matanya menatap entah apa yang jelas mengarah ke depan.

Tes

Satu air mata lolos dari mata cantiknya, ia tidak kuat lagi. Ia ingin menangis, menumpahkan segalanya.

"Kenapa? Kenapa Tuhan malah membuat perasaanku semakin dalam kepada Jimin?"

"Harusnya tidak boleh, ini tidak boleh. Aku tidak boleh mencintai pemuda itu."

Bukan hanya satu, air mata demi air mata lolos dari matik hitamnya. Membasahi pipi putihnya.

"Aku terpaksa bohong padanya, bahwa Daniel kekasihku. Ketahuilah, ini menyakitiku."

Entah berbicara pada siapa, dia hanya ingin mengeluarkan isi hatinya. Mengadu pada Tuhan, mengeluarkan beban pikirannya yang menumpuk. Ia ingin istirahat.

"Ini menyakitkan untukku, kalau Jimin bukam takdirku, hapuskan perasaan ini untuknya. Aku tidak ingin terus seperti ini."

Masih menangis, biarkan. Biarkan Yoongi menangis, kalau menangis membuat gadis itu sedikit tenang, kenapa tidak?

Ada lubang didalam hatinya, lubang itu masih baru. Dan Yoongi membiarkan lubang itu, tidak berusaha menutupinya karena dia berharap yang menutupi lubang itu adalah Park Jimin. Tapi itu tidak akan terjadi, Park Jimin tidak akan pernah datang untuk menutupi lubang-lubang dihatinya.

"Aku mencintaimu, Jim. Sedalam apapun aku mengubur perasaan itu, perasaan itu akan tetap terlihat."

"Tapi aku juga tidak ingin membuat Jihoon sedih, Jihoon mencintaimu. Bahkan mungkin cintanya lebih besar dari pada aku. Apa yang aku harapkan?"

Bagai memeluk kaktus, terlalu dalam maka terlalu sakit yang didapatnya. Yoongi benci kaktus, itu menyakitkan. Teramat sakit sampai akhirnya tidak bisa merasakan apa-apa.

Park Jimin tidak salah, dirinya lah yang salah karena telah mencintai pemuda itu.

Yoongi menyeka kasar air matanya.

Tidak.

Dia tidak boleh menangis hanya karena ini, Yoongi kuat. Yoongi pasti kuat.

Yoongi tersenyum, senyuman paksa tapi mampu terlihat manis. Yoongi benar-benar cantik hati maupun fisik. Dalam keadaan terpaksa saja senyumannya semanis itu. Tapi bagi Yoongi ini adalah senyuman menyakitkan, senyuman paling menyakitkan yang pernah dia lakukan.

"Kau menangis?" Suara seseorang di sampingnya membuatnya tersentak, jaraknya hanya satu meter, tapi kenapa Yoongi tidak menyadari ada seseorang yang datang?

"A-aku tidak menangis."

Wanita itu menyodorkan sebungkus tissue ke hadapan Yoongi. Yoongi bilang tidak menangis, tapi dia tetap menerima sodoran itu. Mengelap sisa-sisa air mata yang masih di pipinya.

Yoongi tidak mengenal wanita di sampingnya. Wanita ini terlihat lebih tua 2 atau 3 tahun di atasnya.

"Jangan dipikirkan. Biarkan semua yang terjadi hilang dibawa waktu." Yoongi terdiam.

"Hidup itu layaknya bunga mawar, dan kita layaknya semut yang memanjat bunga mawar. Kita harus berjuang melewati tangkainya yang penuh duri untuk bisa mencapai kelopak bunga mawar. Untuk bisa mendapatkan kenikmatan. Sama seperti hidup, kita harus melewati masalah hidup yang kadang terlalu sulit untuk kita lewati, duri di tangkai bunga mawar adalah masalah dalam perjalanan hidup kita. Dan untuk sampai atas, kita harus melewatinya. Untuk mencapai kebahagiaan, kita harus menghadali masalah yang teramat menyakitkan. Tapi itulah Tuhan, kau tahu kan Tuhan selalu punya rencana terbaik disetiap takdir yang ditentukannya?" Yoongi mengangguk.

"Kau percaya saja kalau sakit yang kau rasakan hari ini pasti salah satu jalanmu untuk menuju kebahagiaan."

Wanita ini benar, semua takdir manusia telah dirancang begitu apik oleh Tuhan. Kita sebagai ciptaanya hanya harus menerimanya. Dan mempercayai kalau setiap kesedihan adalah jalan menuju kebahagiaan. Tuhan tidak pernah keliru, dia pasti mendatangkan kebahagiaan kepada seseorang disaat yang tepat.

"Kau harus bersyukur masih ada seseorang yang menyayangimu. Persetan dengan seberapa cintamu pada seseorang yang lain, kau harus berterimakasih pada Tuhan karena telah mengirim sosok malaikat terbaik dalam hidupmu."

"Aku pergi dulu, pegang saja tissue ku. Siapa tau kau membutuhkannya dilain waktu." Wanita itu pergi, Yoongi menatap punggung wanita itu. Tidak sempat berkata apa-apa. Wanita itu telah pergi lebih dulu.

Sekali lagi, Yoongi dibuat terdiam tidak bisa berkata apa-apa. Semua yang dikatakan orang lain benar. Dirinya harus bersyukur bahwa ada Daniel yang menyayanginya, walaupun sebagai sahabat mungkin?

Perjalan hidup akan lebih indah ketika kita menikmati setiap jalannya. Menerima dengan lapang dada. Percayalah itu memang tidak membuatmu cepat keluar dari masalah hidup, tapi setidaknya itu memunculkan kekuatan untuk membuatmu bisa bertahan.

TBC


Duh manis bgt si ncimm:>


Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 15.8K 36
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
16.4M 640K 37
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
217K 1.2K 24
[21+] Diadopsi oleh keluarga kaya raya bukan bagian dari rencana hidup Angel. Namun, ia anggap semua itu sebagai bonus. Tapi, apa jadinya jika bonus...
1M 48.2K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...