Alastair Owns Me

By nisaafatm

5.7M 550K 164K

[SUDAH TERBIT DI COCONUTBOOKS, PART TIDAK DIHAPUS] Kebodohan terbesarku adalah membantu dirinya untuk mendapa... More

PROLOG
'AOM ; 1'
'AOM ; 2'
'AOM ; 3'
'AOM ; 4'
'AOM ; 5'
'AOM ; 6'
'AOM ; 7'
'AOM; 8'
'AOM; 9'
'AOM; 10'
'AOM; 11'
'AOM; 12'
'AOM; 13'
'AOM; 14'
'AOM; 15'
'AOM; 16'
'AOM; 17'
'AOM; 18'
'AOM; 19'
'AOM; 20'
'AOM; 21'
'AOM; 22'
'AOM; 23'
'AOM; 24'
'AOM; 25'
'AOM; 26'
'AOM; 27'
'AOM; 28'
'AOM; 29'
'AOM; 30'
'AOM; 31'
'AOM; 32'
'AOM; 34'
'AOM; 35'
'AOM; 36'
QNA with Alastair
'AOM; 37'
'AOM; 38'
EPILOG
New Story
QNA!
OPEN RP
VOTE COVER & SPOILER!
FINAL COVER & INFO TERBIT!
BONUS PO!
HARGA NOVEL AOM PRE ORDER!
PO KE-2?!
ROAD TO PO BATCH 2
BONUS & HARGA!!!
BESOK PO KE-2!

'AOM; 33'

132K 15.5K 10.6K
By nisaafatm

Rasanya aku ingin pingsan saja ketika mengecek ponselku tepat hari di mana aku resmi menjadi pacar seorang Alastair. Gila, aku ingin mengutuk anak Batalyon yang malam itu mengetag akun Instagramku di postingan Batalyon. Ia menuliskan 'Officially the next Alana, yas? @eugeniathana'

Aku bukan selebgram namun, malam itu ponselku full akan notifikasi anak Batalyon yang berbondong-bondong mengikuti akunku. Entah itu karena penasaran atau pun suruhan.

Dan perlu kalian ketahui, lo-gue kepada Alastair sudah berganti aku-kamu. Yang awalnya memancing godaan penuh oleh cowok tersebut, kala itu.

Saat ini sedang istirahat. Bukan kantin lantai tiga namanya kalau tidak gaduh apalagi anak-anak Batalyon yang bersemayam di bagian pojok. Aku tidak melihat Si Ketua, hanya anak Batalyon yang lain.

Suara anak-anak Geng itu menggelegar di segala penjuru kantin, seakan-akan hanya mereka yang menghuni tempat ini. Lagu band dalam negeri Last Child yang berjudul Indahkan Perbedaan benar-benar membuat mereka riuh. Kalau sudah Dipo yang mulai menyanyi mereka bisa apa? bisa mengikut, karena harus kuakui, selera musik cowok itu jauh dari kata buruk.

For you information, temanku yang bernama lengkap Dipo Panji Tirtayasa itu selain pecinta kartun Jepang ia juga suka musik. Dan lagu-lagu dari Last Child ini menjadi favoritnya. Kalau kamu bertanya mengapa? ia akan menjawab karena lagunya sangat realistis, juga karena ia anak terakhir. Ya, kurang lebih seperti itu.

Setelah sekian lama yang sedari tadi kucari-cari muncul juga. Ia berjalan santai memasuki kantin hendak bergabung dengan para gengnya.

"Ketua Geng!" Panggilan menggelegar dari Bu Mia mampu membuat Alastair yang baru saja hendak melanjutkan langkahnya berhenti dan menoleh. Penghuni kantin pun tiba-tiba mengalihkan pandangan ke arah mereka.

"Seragam kamu itu udah rapi, tapi dasinya mana?"

Cowok itu mengeluarkan sesuatu dari saku celana abunya. "Ada kok, Bu."

"Bentar-bentar, Thana? Mana Thana?"

Aku mengernyit saat Bu Mia memanggil namaku tiba-tiba. Ia guru yang cukup gaul dan aku sudah mewanti-wanti ide-ide gilanya.

"Itu Thana, Bu! Pacarnya Cakraaa!" sahut Billy keras yang mana membuat seisi kantin gaduh, lagi.

"Iya, Ibu juga tau, kan Ibu nge-follow IG-nya Batalyon." Ya Tuhan, aku sudah tidak habis pikir lagi dengan Geng satu itu, sampi Bu Mia pun mengikuti akunnya. "Sini Thana pasangin dasi pacarmu ini."

Seolah-olah tidak ada yang mendukungku sekarang, ketiga sahabatku malah ikut-ikutan memaksaku untuk segera menemui Alastair.

Heyy, dia masih punya tangan!

"Ayoo Thana."

"I-iya, Bu."

Sialan, kenapa juga Alastair tidak menolak.

Akhirnya aku berjalan menemui Alastair. Bukan, bukannya aku tidak mau melakukannya tapi ini di kantin loh ... di tonton banyak orang dengan penuh godaan dan aku yakin ini akan menjadi berita trending di grub Batalyon sebentar.

Alastair memberikanku dasinya dengan senyum tertahan. Cowok bertubuh tinggi itu sedikit menunduk agar aku bisa mencapai lehernya. "Pendek juga yah kamu."

"Kamu yang kelebihan kalsium." Ia terkekeh mendengarnya. Sialan, Alastair benar-benar tampan dengan jarak sedekat ini.

"Jangan suka begadang, Than." katanya sembari meneliti wajahku.

"Nggak kok, kan udah dilarang Ridho Roma." Ia mengeleng-geleng sembari terkekeh kemudian menyentil dahiku.

Dasinya sudah selesai kurangkai.

Alastair mendekat, membisikkan sesuatu. "Makasih sayang."







"Bangsat bener yah lo, hape gue bunyi notifikasi auto satu gereja yang liatin!" Dari belakang kudengar perbincangan Reindra dan Billy perkara minggu lalu, sepertinya.

"Gue duluan yah. Cak, hari minggu pulang gereja gue langsung ke tempat gym, itu si Billy bilangin jangan kayak pacar gue nelpon-nelpon mulu, ngalah-ngalahin si Ghea aja." Kali ini Mario yang mengaduh.

Cowok-cowok itu berpencar mencari kendaraan mereka. Mario dan Reindra tidak pulang bersama pasangan mereka karena ada urusan lain. Hanya Cani yang kulihat pulang bersama Billy sedangkan Dipo selalu sendiri.

Alastair sedang tidak kompak dengan sahabat-sahabatnya hari ini. Terbukti dengan dirinya yang sendirian membawa motor dan alhasil kami harus kembali ke tangga dekat parkiran karena hujan yang tiba-tiba mengguyur.

Cowok berhoodie hitam dengan tulisan champion itu berjalan tak lupa menarik tudung hoodienya.

Kami duduk bersampingan di tangga. Tanpa ada orang lain, sedikit pun.

Aku tidak bawa jaket atau pun sejenisnya hingga hanya bisa menggosok-gosokkan kedua telapak tangan untuk menghalau dingin. "Kenapa gak suka bawa jaket sih?"

"Gak terlalu suka pake gituan." Alastair menarik hoodie yang ia kenakan kemudian menyodorkanku.

"Pake."

"Lohhh. Kenapa sih? Gak dingin banget kok!" Ia tidak menghiraukanku dan lebih memilih mencari sesuatu di dalam tasnya.

"Pake!" Ia bertitah. "Yang saya pinjemin itu hoodie saya, Than. Ini hoodie Mario yang dia lupa, daripada nganggur yah lebih baik saya yang make." Aku terkekeh saat dia mengeluarkan hoodie Mario dari dalam tasnya.

"Kenapa gak pinjemin yang punya Mario aja?"

"Karena pacar kamu kan saya, bukan Mario."

"Uuuhh gemes!" Kupakai hoodie hitam kebesaran ini. Tidak lupa dengan bantuan cowok itu. "Al!"

"Hmm?" Iya menoleh padaku dengan salah satu tangan yang di tumpu di pipi. Hingga terlihat seperti anak-anak yang tidak sabaran mendengarkan cerita dongeng.

Kutarik kedua tali tudung hoodie Mario yang ia kenakan kemudian mengikatnya menjadi satu sembari mulai bertanya padanya. Jangan tanya seberapa dekat jarakku dan jaraknya saat ini, HAHAHA kamu akan iri mengetahuinya.

"Aku sampai sekarang masih gak percaya loh, kamu jadi pacar aku!"

"Sekarang harus percaya."

"Masih suka ngira ini mimpi, soalnya kamu pernah bilang suka sama Ayra itu 3 tahun masa iya kamu ngelupainnya gampang banget."

"Gak gampang. Lama tau, tapi gak mau terlalu dipikirin. Lagian, ngapain juga betah suka sama orang yang udah jadi milik orang lain."

"Tapi ini tuh termasuk cepet!"

"Karena tiap orang tuh beda-beda, Than. Gak bisa dipukul rata. Mario pernah pacaran empat tahun terus putus, move on nya gak nyampe sebulan. Dipo suka sama Cani dari kelas sepuluh gak nyampe pacaran, tapi sampai sekarang kamu ngeliat dia deketin cewek lain?"

"Jadi?"

"Jadi apaan?"

"Ish! Aku tuh yah udah mikir macem-macem, ini taruhan lah! Ini karena kamu disuruh Ayra lah, Bunda lah!"

Alastair tidak memasang ekspresi lain. Ia tetap memperhatikanku. "Udah?"

"Iya, udah! Aku cuma takut tau!"

Ia terkekeh. Salah satu tangannya yang tidak dijadikan tumpuan meraih pipiku, mengelus kemudian berganti mencubit bibirku. Sialan!

"Sekarang kan udah dapetin kamu. Tinggal berusaha biar tetep sama-sama terus."

Aku tersenyum kemudian memejam. "Aamin paling serius." Alastair berganti posisi menjadi bersidekap kemudian menaruh kepalanya di bahuku. "Heyy! ini tuh kebalik tau gak sih?!"

"Gak tau. Ujannya awet jadi ngantuk." Tanpa mendengarkan keluhanku ia tetap menyenderkan kepalanya di bahuku.

"Al, kok followers kamu dikit sih? Terus kayak akun mati gitu!"

"Ngapain acc yang gak dikenal. Orang saya juga bukan selebgram."

"Yang nge-follow banyak?"

"Hmm."

"Cewek?"

"Hmm." Jawabannya terdengar ogah-ogahan sekali! "Alaska pernah bilang kalau dia juga pernah nunggu hujan di sini bareng Alana."

"Waw! pasti kiyut. Ohiyaa kamu manggilnya pake embel 'Kak' dong Al!" Ia hanya berdehem. yang membuatku berdecak sebal. "Al, ulang dong kalimat kamu waktu bilang makasih ke aku tadi."

"Makasih."

"Ihh gak gituu!"

"Makasih Thana."

"Gak gitu ih!"

"Makasih Eugenia Thana." Cowok yang menumpukkan kepalanya di bahu kananku ini menambah beban dengan merangkul lengan kananku juga. Benar-benar seperti dijadikan guling. "Makasih sayang."

Alastair Drie Wardana, seorang Ketua Geng Batalyon. Anda benar-benar manja.

Tapi, aku sayang.












TBC.
Komen di sini chapter ini!

Tetap stay safe!1!1!

Pai-pai


tertanda, dirikuuu







nisaafatm

Continue Reading

You'll Also Like

ABOUT ALEA By mipay

Teen Fiction

74.8K 5.3K 49
Alea tidak mencintai Aldi, begitu pun sebaliknya. Hanya karena permainan konyol, hal itu membuat Bad girl dan Ketua OSIS di SMA Bina Raya menjalin hu...
22.5M 223K 14
[JANGAN DIBACA KALAU GA MAU NYESEL. CERITA TIDAK LENGKAP.] Devano adalah cowok playboy kalangan atas yang mampu menaklukan kaum hawa hanya dengan sek...
Sangga By Ririn

Teen Fiction

789K 108K 30
Semenjak kepergian Rigel, Sangga lah yang menggantikan peran Rigel sebagai ketua geng Toxic. Permasalahan demi permasalahan terus datang silih bergan...
751K 66.4K 88
|SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVAT. FOLLOW DULU AKUNNYA BARU BISA BACA| SUDAH DIBUKUKAN DAN TIDAK ADA DI TOKO BUKU OFFLINE. NURAGA SERIES 1 Sifat hangat da...