Epoch [End]

By Jeedesultory

68.2K 10.7K 669

[Be wise: mature content] Awalnya semua dilandasi akan dendam yang dimiliki Jimin kepada sahabatnya-Goo Taehy... More

Prologue
I. Promised
II. Revenge
III.Attention
IV.Dark Times
V.Cry Silently
VI.Changed
VII.A bitch
VIII.Have a fight
X.Liberete
XI.Let me be with you?
XII.Big Surprise
XIII.Struggling in a new life
XIV.Bad circumstances
XV.Should We Part?
XVI.Unexpected event
XVII.Happiness slowly comes
XVIII.Stay together
Epilogue
Bonus Chapter I
Bonus Chapter II
Bonus Chapter III

IX.Learn to love you?

3.1K 481 18
By Jeedesultory

Benar, Jiera benar-benar dikurung didalam rumah ini. Semua pintu dikunci, bahkan jendela juga ditutup rapat oleh Jimin. Tak hanya sampai disana, Jimin bahkan menyediakan bodyguard untuk menjaganya agar tidak keluar dari rumah.

Berlebihan memang, tapi itulah yang Jimin lakukan.

"Apa yang harus kulakukan sekarang?" Jiera terduduk lemas disamping sofa. Sudah hilang seluruh semangat hidupnya jika begini.

Dia kurung layaknya tahanan,melangkahkan kaki keluar rumah saja tidak diperbolehkan oleh Jimin. Dia hanya bisa termenung dan menerima seluruh siksaan yang Jimin berikan dikehidupannya.

"Nona Goo, Tuan Jimin hendak bicara dengan anda." Jiera mendongak menatap seorang pria kekar yang berdiri dihadapannya, pria itu menyodorkan ponselnya untuk Jiera.

Jiera menerima ponsel itu dan mendekatkannya ke telinga. "Ada apa?" Suaranya bahkan terdengar sangat lemah dirungu Jimin.

"Kau menangis?" Jimin disebrang sana mengerutkan kening saat mendengar suara lirih Jiera. "Apa karena aku mengurungmu dirumah eoh? Bukannya itu memang kemauanmu?"

Jiera hanya diam mendengarkan ucapan sinis Jimin. Tak ada gunanya dia menjawab karena yang ada Jimin akan memberikan hukuman yang lebih dari ini.

"Bukankah sejak awal memang sudah keperingatkan untuk menuruti perintahku? Jangan pernah melawanku karena kau akan menyesal. Lihatlah sekarang,kau tampak sangat menyedihkan Ji." Ucapan panjang Jimin kini diakhiri sebuah kekehan kecil diakhir.

"Kumohon biarkan aku keluar, aku berjanji akan menuruti semua apa yang kau perintahkan sama seperti dulu. Aku mohon." Jiera putus asa, jika kali ini Jimin tak mengizinkannya maka berakhir sudah, tak ada lagi yang bisa dia lakukan. Dia selamanya akan diperbudak oleh pria Ryu itu.

"Hahaha tunggu aku dirumah ya? Kita bicarakan sembari bercinta, sepertinya akan menyenangkan bukan?" Jimin memainkan lidahnya, tak sabar untuk menggempur Jiera diatas kasur. "Dalam 20 menit aku akan sampai kerumah, tunggu aku Ji."

Telepon itu terputus, Jiera meletakkan ponsel itu diatas meja lalu pergi kekamar.

***

Setelah memutus sambungan telfonnya, Jimin segera memakai jasnya dan mengambil kunci mobilnya. Dia ingin cepat-cepat pulang dan menerkam Jieranya.

"Tunggu Jim,"

Jimin berhenti begitu mendengar namanya dipanggil, dilihatnya kini Taehyung berjalan kearahnya.

"Ada apa?" Tanya Jimin dingin.

"Bisakah aku menemui Jiera, aku benar-benar merindukan adikku." Taehyung menatap Jimin dengan sorot memohon. Biarkanlah harga dirinya jatuh didepan Jimin, asalkan dia bisa bertemu adiknya.

"Tidak boleh dan tidak akan boleh." Ujar Jimin mutlak, dia mendekat lalu mendorong dada Taehyung pelan. "Dia sudah menjadi milikku, dan kehidupannya hanya milikku seorang. Tak akan kubiarkan kau menemuinya walau sedetik saja."

Jimin tersenyum miring sebelum akhirnya melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda karena Taehyung.

Bagaimana pun Jiera sekarang miliknya dan selamanya akan begitu. Taehyung tak akan dia izinkan lagi untuk masuk kehidupan gadisnya, tidak akan pernah.

***

Kedua tangannya diikat diatas kepala,mulut dan matanya juga ditutup oleh sebuah kain berwarna hitam. Dan dibawah sana, Jimin menggempurnya dengannya semangat.

Jika biasanya orang bercinta akan memperoleh kenikmatan, maka tidak bagi Jiera. Dia hanya merasakan sakit disekujur tubuhnya akibat siksaan Jimin.

"Kau menyukainya hmm? Katakan padaku bahwa kau menyukainya Ji."

Dengan segera Jiera memejamkan menjauhkan tubuh Jimin yang hendak menciumi lehernya. "Menjijikkan,kau begitu menjijikkam akhh."

Jimin tertawa puas. "Masih berani melawanku ya? Mau kubuat tidak bisa berjalan hmm?"

"Jim ... hentikan." Jiera merintih saat Jimin bergerak dengan cepat diatasnya, bahkan tubuh gadis Goo itu ikut bergetar akibat hentakannya.

"Akan kuhentikan jika kau mau menuruti permintaanku." Jimin tersenyum, dia mendekat lalu mengecup bibirmu. "Tidak susah kok, kau hanya perlu belajar mencintaiku."

"GILA!!" Umpat Jiera tepat didepan wajah Jimin, membuat pria telanjang dihadapannya itu terkekeh kuat. "Aku tidak akan pernah mencintai bajingan sepertimu."

"Benarkah? Kalau begitu silahkan nikmati semua siksaan yang akan kau dapatkan." Tangan kekar Jimin menyelipkan rambutmu kebelakang telinga. "Sudah kukatakan sejak awal, jika kau menurut padaku maka aku akan berbuat baik padamu. Tapi kau malah menentangku, membantahku dan melakukan hal yang tidak aku sukai."

Tempo gerakan Jimin semakin lama semakin cepat hingga tubuh Jieta dibuat bergetar olehnya, tangan gadis itu sejak tadi mencakar punggung putih pria itu untuk melampiaskan rasa sakit.

"Jim kumohon berhenti hiks ... A-aku menerima tawaranmu, a-aku akan berusaha membuka hatiku untukmu tapi kumohon jangan berprilaku begini lagi." Isakan keluar dari bibir mungil gadis itu,matanya berkaca-kaca menatap Jimin yang sudah berhenti berdetak diatasnya. "Kumohon Jim ..."

Jimin mengecup kening Jiera penuh sayang sebelum akhirnya bergerak lebih teratur, melambat dan tidak sekasar tadi.

Bahkan kini tangannya menangkup pipi gadis Goo itu, mengelusnya pelan sembari tersenyum manis.

Mudah menaklukkan hati Jimin, cukup berperilaku layaknya seorang gadis penurut yang tidak sekalipun membantah ucapannya. Hanya itu yang Jimin inginkan.

Hingga akhirnya tubuh kekar pria itu terbaring disebelah Jiera begitu ia mencapai puncaknya. Dia menarik Jiera ke pelukannya dan mengecup kening gadis itu kembali.

"Aku akan menunggu waktu dimana kau mencintaiku, Ji." Memangnya siapa yang tidak akan luluh jika dihadapkan dengan pria seperti ini?

Wajahnya tampan. Kekayaan? Jangan diragukan. Cara bicara dan sikapnya manis sekali, jika seseorang itu juga melakukan hal yang sama dengannya.

Oh ayolah, semudah itu membuat Jimin luluh.

***

Mata Jiera melirik kearah Jimin yang sibuk mengetik sesuatu di laptopnya. Sudah beberapa hari ini hubungan Jiera dan Jimin membaik, Jimin juga sudah membebaskan Jiera untuk pergi asalkan dengannya atau pengawasan bodyguard.

Pria Park itu perlahan mulai terbuka tentang dirinya, bahkan tadi dia berjanji pada Jiera akan mengatakan alasannya membenci Taehyung, Seokjin kakak Jiera.

Jiera dengan senang hati menunggu Jimin menyelesaikan pekerjaannya, dia juga penasaran. Masalah sebesar apa memangnya yang membuat hubungan persahabatan mereka merenggang?

"Sudah selesai?" Tanya Jiera saat melihat Jimin menutup laptopnya lalu merenggangkan badan yang pastinya pegal karena duduk dimeja belajar selama berjam-jam.

"Sebentar, aku mau mencuci wajah dan menyikat gigi dulu." Setelah mendapatkan anggukan dari Jiera, Jimin pun segera pergi kekamar mandi.

Sedangkan Jiera senantiasa menunggu Pria Park itu hingga kini dia berbaring disamping Jiera dengan posisi menyamping, mereka saling berhadapan sekarang.

"Aku harus mulai dari mana? Kisahnya rumit sekali." Jimin terkekeh dengan ucapannya sendiri, tangannya bergerak meraih tangan Jiera untuk dia genggam. "Aku tidak tau kau akan berpikir bagaimana tentangku setelah kau mendengar penjelasan dariku, tapi aku harap kau tidak akan menjauh ataupun merubah sikapmu setelah mendengarnya."

Jiera mengangguk lalu mengelus tangan Jimin dengan ibu jarinya. "Aku berjanji, ceritakanlah."

Jimin mulai bercerita, dimana dulunya dia dan Taehyung menyukai wanita yang sama. Namun keberuntungan berpihak pada Taehyung hingga dia yang lebih dulu mendapatkan gadis itu, Choi Ara.

"Aku mundur, aku tidak akan merusak kebahagiaan mereka hanya demi kebahagiaanku. Aku sakit dan aku menceritakan semuanya pada adikku yang tidak aku sangka menyukai kakakmu, Taehyung." Lirih Jimin, dia sempat mengalihkan pandangannya dari Jiera

"Minji-adikku malah berbuat nekat, dia menemui Taehyung dan menyatakan semuanya, menyatakan perasaannya walau dia tau bahwa dia akan mendapatkan penolakan dari Taehyung." Mendadak genggaman Jimin terasa semakin mengerat.

"Tak sampai disana, Minji dengan beraninya menemui Ara. Meminta Ara untuk melepaskan Taehyung dan disitulah semuanya dimulai, dimana Minji tak sengaja mendorong Ara melewati pembatas balkon. Minji takut, dia memilih pulang dan meminum cairan pemutih pakaian hingga tubuhnya mendadak kaku."

"Aku yang menemukannya, aku yang melihatnya terbaring dengan wajah membiru didalam kamar mandi. Adikku tiada karena Taehyung."

Jimin menunduk, dia merasakan dadanya sesak saat bercerita tentang Minji. Adiknya yang selalu mendukungnya, yang selalu dekat dengannya.

"Bodoh," umpat Jiera sambil tersenyum pedih, "karena ini kau membenciku kakakku? Karena suatu hal yang bahkan bukan kesalahannya. Kenapa kau tidak membunuhku saja untuk membalas dendam mu? Agar adikmu dan adik Taehyung sama-sama tiada, apa kau merasa impas dengan begitu?"

Jimin menatap Jiera. "Aku tidak akan berbuat begitu, a-aku tidak ingin melakukan hal yang sama. Cukup kau jadi milikku dan tak pernah menemui Taehyung lagi, sudah cukup bagiku."

"Egois! Kau benar-benar egois."

Jimin sadar, dia memang egois dan dia tidak mengelak untuk itu.

Tbc

-Jeedesultory-

Continue Reading

You'll Also Like

355K 4K 82
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
218K 33.2K 60
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
4.8K 529 38
#1 Harrashment (08/04/22) #1 Kamelia (09/04/22) #1 Suicide (09/04/22) #1 Frustrasi (19/04/22) #2 Fighter (15/04/22) #1 MentalAbuse (25/05/22) #1 Inne...
25.2K 3.2K 23
Jeon Jungkook, pemuda yang ditakdirkan untuk putri tunggal Hwang Group. Tapi, dia sangat tahu pasti. Hwang Eunbi punya 1 sosok yang seharusnya menema...