Pernikahan Impian

By Kupukupukecil

171K 20.2K 3.1K

Setiap orang pasti punya pernikahan impian bukan? Bandung, 31 Maret 2020 Bismillah. Mulai nulis lagi. Sema... More

PART 1 - Heart Pound and Swell With Hope
PART 3 - Should I...
PART 4 - Keep It Cool
PART 5 - You and Me in The Moonlight
PART 6 - When I See You
PART 7 - Day With You
PART 8 - A Day Without You
PART 9 - Feeling
PART 10 - When We Fell in Love
PART 11 - Even If
PART 12 - First
PART 13 - Pernikahan Impian
PART 14 - Amin Paling Serius
PART 15 - Me After You
PART 16 - You Make Me
PART 17 - You Make Me (Bagian II)
PART 18 - Sorry
PART 19 - LDR
PART 20
PART 21 - Like the Flowing Wind
PART 22 - Letting Go
PART 23 - Selamat Tinggal
PART 24 - Epilog
PART 25 - My Finale

PART 2 - Maybe Someday

13.2K 1.4K 264
By Kupukupukecil

Maybe someday

Could it happen to me too?

When will it be? Who will it be?

(Twice – What is Love?)


-

-


Ada yang tidak beres dengan adiknya. Sumpah! Ega sadar betul kalau ada sesuatu yang terjadi pada Ines. Karena sejak pulang dari kondangan bersamanya kemarin, Ines senang sekali melihat dirinya di cermin, berputar-putar, menari-nari kecil, sampai berteriak-teriak kecil. Lebih parahnya lagi, Ines tiba-tiba saja memutar lagu Magadir di ponselnya lalu begitu suara 'Magadiiir' terdengar, Ines akan cekikikan luar biasa.

Permisi-permisi, apakah Ines kerasukan setan di resepsi si Aldo kemarin?

Menggelengkan kepala, Ega berlari menuju kamarnya untuk mengambil ponsel dan mencari tahu sesuatu yang menggelitik pikirannya.

'Arti lagu Magadir'


Takdir.

Wahai hatiku yang sakit, Apa dosaku?

Hidupku terus melangsungkan perjalanan

Aku berharap akan adanya kebahagiaan

Kami berada di atas janji sebuah kesenangan

Akan tetapi kami jauh dan hidup dengan pengharapan

Kesengan menjadi raib

Perasaan harapan hanyalah ilusi


Hah?! Kening Ega semakin mengkerut. Ia menatap arti dari lirik lagu yang tengah ia baca kemudian berganti menatap Ines yang tengah menampilkan senyum yang menurutnya luar biasa geli. Ega tidak salah baca kan? Magadir ini lagu sedih kan? Lalu... KENAPA SI INES MALAH MESEM-MESEM SEPERTI ITU?!

"NES!" teriaknya Reflek.

Ines yang sedang bersantai di ruang tamu terkejut lalu mematikan musiknya dan menatap Ega dengan heran, "Kenapa Kak?" tanyanya.

Ega berjalan dengan cepat. Ia duduk di samping Ines kemudian berkata, "Bukannya kakak yang harusnya tanya kamu. Kamu kenapa?"

Ines kebingungan, "Emangnya aku kenapa."

"Kamu dengerin lagu Magadir yang liriknya sedih tapi sambil mesem-mesem Nes. Kamu sehat?"

Melihat ekspresi wajah kakaknya yang mengkhawatirkan membuat Ines tertawa.

"Nggak sedih kalau Magadirnya diganti jadi Magandi," kekeh Ines.

"Magandi apaan?" tanya Ega.

Ines terkekeh lagi.

Ia mendekat dan berbisik pada Ega, "Kemarin aku ketemu cowok di kondangan Bang Aldo, namanya Maghandi."

"Hubungannya sama Magadir apa?"

"Ya pokoknya lucu aja deh kak. Lucu. Udah, itu aja," kekeh Ines.

Lagi?! Adiknya ini terkekeh? Astaga.

"Nes, emang seseneng itu ketemu dia? orangnya kayak gimana sih?" tanya Ega penasaran.

Ines membenahi posisi duduknya. Siap untuk bercerita panjang lebar, yang mana memang sepanjang itu cerita Ines. Ines ini adalah tipe gadis yang kalau bercerita tidak bisa intinya, orang harus tahu proses dari awal hingga akhirnya, sehingga Ega benar-benar tahu kalau Ines mengobrol dengan Ghandi-ghandi ini sewaktu Ines tiba-tiba mengikuti irama musik di pernikahan si Aldo.

"Yah, kan lucu aja. Pertemuan kita kayak di film-film atau di novel-novel gitu Kak. Nggak diduga. Eh, kalau dia jodoh aku gimana ya?"

Menjitak kepalanya, Ega berkata dengan kesal, "Nggak usah GR duluan, mendahului takdir itu namanya."

Ines mengerucutkan bibirnya, tapi tak menghilangkan rasa bahagia di wajahnya.

"Yah, kalau kamu seyakin dan seseneng itu. Hubungin aja dia."

Sekarang, rona bahagia di wajah Ines memudar, berganti dengan ekspresi murung yang diiringi dengan helaan napasnya yang berat.

"Kemarin waktu Kakak nelpon, aku buru-buru pergi sampe nggak kepikiran buat minta nomernya. Kita belum sempet tukeran nomor HP Kak, " ucapnya dengan lemah.

"ASTAGFIRULLAHALADZIM. BERTAUBAT AKU YA TUHAN SAAT INI JUGA," Geram Ega.

Ia menatap adik kesayangannya dengan tatapan tak menyangka kemudian menggerutu kesal sendirian. Bodoh sih memang.

"Ini tuh ibarat kamu mau nikah tapi kamu nggak tahu suaminya siapa Nes, nes. Astagfirullah. Dipikir Bandung itu sekomplek rumah kita doang apa ya?"


****


Ghandi menyerahkan safety con yang dibawanya untuk di scan oleh kasir.

"Kami tidak menyediakan plastik untuk membungkusnya Mas, untuk dus juga tidak ada. Kebetulan safety con ini dari gudangnya memang begini," kata kasir di depannya.

Ghandi mengangguk. Ia tersenyum dan berkata, "Minta dipakein tali aja ya mbak. Soalnya saya bawa motor nih, agak susah juga kalau nggak diiket tali"

"Baik mas. Kebetulan kami juga tidak mencetak nota Mas, jadi untuk nota akan kami kirimkan ke email mas sendiri. Boleh kami minta emailnya?"

"Hmm oke, mbak," sahutnya.

Belanjaannya selesai. Ghandi membawa safety con miliknya dan masuk ke pelataran super market untuk membeli barang titipan kakak iparnya yang sedang hamil tapi bersikeras untuk tetap tampil cantik—tapi juga tidak mau pergi kemana-mana sehingga malah menitipkan belanjaannya pada Ghandi. Apa pula ini mereknya aneh-aneh saja, Ghandi sampai bingung membacanya seperti apa.

Memang satu-satunya kosmetik yang Ghandi hapal hanyalah kosmetik yang digunakan oleh ibunya. Mereknya Ines.

Ines.

Inesia Larasati.

Oh Ya Tuhan! Ghandi jadi ingat dengan gadis yang kemarin mengobrol dengannya di kondangan. Kenapa juga dia tidak meminta nomornya sih? repot kan dia sekarang.

Omong-omong, untuk obrolan singkat seperti kemarin... Ines menyenangkan juga. Ghandi senang bisa mengobrol dengannya. Yah, mereka nyambung juga. Sayang sungguh sayang kenapa Ghandi lelet sekali sih?!

"Bisa ketemu lagi nggak ya?" keluh Ghandi.


****


"Yaaang."

"Iya sayaang, aku di sini lagi baca koran."

Percakapan itu adalah milik kedua orangtuanya. Lihatlah, meski sudah tidak muda lagi, mereka tetap saja mesra. Saling memanggil pasangannya dengan sebutan sayang. Oh Tuhan, iri kepada orangtua sendiri itu dosa tidak sih?

"Aku barusan masak, keasinan yaang. Nanti beli aja gimana?" ucap Ibunya.

Ayahnya tersenyum, "Iya yang, kita beli aja. Sate taichan yuk! Kamu suka kan, semalem juga bilang pengen Taichan."

Ya Tuhan. Ines juga ingin ada yang mengingat makanan kesukaannya lalu mengajaknya makan bersama. Hiyah. Kapan yaa kira-kira? Dan siapa yaa orangnya?

"Ayok aja, Ines sama Ega kayaknya pengen makan yang lain deh. Nes, kamu pengen makan apa sayang hari ini?" tanya Ibunya.

Ines yang sejak tadi memperhatikan kedua orangtuanya tersenyum, "Ines lagi pengen makan bakmi, nanti Ines ajak kak Ega aja. Mama sama Papa berdua aja makan Taichan nggak apa-apa."

"Gitu? Ya udah kalau gitu nanti kamu sama Ega yaa. Mana sih Eganya nak?"

Ines mengedikkan bahunya, "Tadi abis ngomel-ngomel sama Ines, kak Ega keluar. Nggak tahu kemana."

"Ngomel-ngomel kenapa?" tanya ayahnya.

Ines terkekeh, "Yaa kekonyolan Ines sih Pa, atau kebodohan kali ya?"

"Yey, anak Papa nggak ada yang bodoh dong. Pinter semua. Iya nggak yaang?" tanya Budi pada istrinya—Mayang, memastikan.

"Iya dong, soalnya kan aku yang pinter. Bener nggak?"

Sekarang kedua orangtuanya malah asik berduaan lagi sementara Ines dibiarkan. Yaaah, memang anak adalah bumbu kehidupan, tetap saja pasangan yang paling utama. Lihat saja, suatu saat Ines dan suaminya juga akan bahagia seperti itu. Ines dan suaminya akan melakukan hal yang sama pada anaknya nanti. Alias, Ines akan balas dendam dengan kebahagiaan yang berkali lipat dari orangtuanya sekarang. Tunggu dan lihat saja.


***


"Lo serius bro, gangguin gue yang notabene nya adalah pengantin baru? Lo tahu tata cara bertamu kan? Dan bertamu ke pengantin baru kayaknya tidak bijak bro."

Aldo menggerutu dengan kejam ketika melihat Ega muncul di hadapannya tepat satu hari setelah pernikahannya. Bukankah dari semua orang yang ada di dunia, sahabatmu adalah orang yang paling bisa mengerti dirimu? Setidaknya kan ya. Setidaknya. Lalu... Kenapa pula Ega malah datang ke rumahnya dan meminta sesuatu yang konyol darinya? Sumpahh!

"Maaf banget bro, tapi gue nggak bisa biarin adek gue gila walau cuman sehari," kekeh Ega.

Aldo mendengus, "Lo tiba-tiba nelpon bilang mau ke rumah gue dan gue harus sediain buku tamu yang kemarin gue pake di nikahan gue. Bro, lo mau sensus?" tanya Aldo. Ia menyerahkan buku tamu yang diperlukan Ega kepadanya. Dan pria itu—Ega langsung mengambilnya dan membaca satu per satu namanya. Ck. Bahkan pertanyaan Aldo saja tidak dijawab olehnya. Benar-benar.

"Kok nggak ada ya?" tanya Ega. Ia menatap Aldo penuh tanya.

Aldo mengernyit, "Ya mana gue tahu! Lo cari apaan?"

Ega memiringkan kepalanya untuk berpikir, "Lo kenal nggak, tamu kondangan lo yang namanya Ghandi?"

"Ghandi? Kaga ada, temen gue kan temen lo juga."

"Kalau gitu coba lo tanya Alda, mana tahu dia temennya Alda!" perintah Ega.

Aldo menatap Ega tak menyangka, "Bener-bener emang ye lu tuh. Emangnya kenapa sih? lo ceritain dulu dah, baru gue cari jalan keluarnya."

Kesannya seperti Ega sedang dalam perburuan mencari teroris saja.

"Jadi intinya adek gue ketemu cowok yang namanya Ghandi di nikahan lo. Terus mereka ngobrol asik, tapi nggak sempet tukeran nomor. Biasa kan Ines orangnya panikan, kalau gue suruh buru-buru, dia pasti langsung pergi, lupa sekitar. Masalahnya, adek gue kayak orang gila. Kepengen banget ngobrol lagi deh bro kayaknya. Ya, gue sih kalau gue bisa bantu, ya pasti gue bantuin."

Aldo tak habis pikir pada Ega. Kalau ada penghargaan untuk Kakak terbaik di dunia, Ega tidak perlu dinominasikan dan di voting! Sumpah, dia sudah jadi juara nomor satu dan bertahan selama dua puluh sembilan tahun hidupnya! Pantas saja susah sekali dia mendapat pasangan, bagaimana tidak, pasangannya dinomor sekiankan karena Ines yang nomor satu. Oh Tuhan.

"Bro, dari pada lo cari di buku tamu, mending lo cari di facebook atau di Instagram aja deh bro. Lo ketik namanya, nanti juga keluar di sana hasil pencarian. Nggak makan waktu banyak. Yah, kecuali kalau nama yang dikasihnya nama palsu, baru nggak akan ketemu."

Untuk bisa bertemu dengan Aldo, Ega harus menempuh perjalanan satu jam antara Dago ke Riung Bandung dan sekarang yang Aldo beritahukan adalah hal yang seharusnya bisa ia selesaikan di rumah seraya duduk-duduk santai. Astaga. Pantas saja Ines bodoh, Ega—pendahulunya juga bodoh.


*****


Inesia Larasati.

Benar kan ya, namanya Inesia Larasati?

Ghandi tidak menyangka kalau nama Ines masih saja nyangkut dan menempel dalam benaknya. Ada apa sih? hanya karena obrolan singkat yang diawali basa-basi, Ghandi seterganggu ini? Oh Tuhan.

Pria itu duduk di depan laptopnya. Menatap layar lama seraya berpikir apakah ia harus menekan keyboard enter, atau backspace?

Tapi kalau backspace, bukankah ia harus kembali? Dan bukankah memang terlambat untuk kembali?

"Gagaaannn, lagi apa?" kata Gina—keponakannya yang berumur 6 tahun.

Ghandi mengalihkan perhatiannya. Ia menutup laptopnya dan berjalan ke arah Gina, "Nggak lagi ngapa-ngapain na, Kenapa? Gina mau main?" tanyanya.

Gina menggeleng, "Mau jajan," kekehnya. Membuat Gandi gemas. Pria itu tertawa. Ia meraih tubuh Gina untuk menggendongnya dan berkata, "Ayooo, kita jajan sama Gagan," yang disambut oleh teriakan senang dari Gina.

"Gina udah TK masih aja kamu gendong Gan," ucap Ibunya begitu melihat Gandhi berjalan dengan Gina di pelukannya.

Gandhi menatap ibunya seraya tersenyum, "Seneng aja Bu gendong anak-anak tuh."

"Enak juga ya jadi Ibu, nggak usah bilang pengen gendong cucu, orang kamu aja udah ngerasa pengen gendong anak," ucap Ibunya.

Gandi terkekeh, salah tingkah.


****


"Mama sama Papa udah balik lagi kayaknya sekarang, udah beres makan Taichan siap pulang ke rumah."

Ines menggerutu kesal karena Ega yang dia ajak makan Bakmi lama sekali pulangnya sampai rasa lapar Ines pergi entah kemana, kebosanan menunggu Bakmi yang ia idam-idamkan. Ck. Kemana juga sih kakaknya ini? Katanya mau pergi sebentar, katanya juga masih di jalan, tapi sampai dua jam juga ya dia di jalan?

"Macet Nes, serius. Kamu cek aja di twitter pake hastag Lalinbandung, pasti orang-orang laporin macet. Ada demo Gojek, ada wisuda, ada konvoy Viking, ada acara culinary sampai ada konser juga itu di Katamso. Apa nggak numpuk itu orang-orang di jalan?"

Mengerucutkan bibirnya. Ines memilih untuk diam dan tak berkomentar lagi. Ia menatap kakaknya yang terlihat kelelahan karena terjebak di jalanan begitu lama dan akhirnya berkata, "Kalau gitu, Ines aja yang nyetir. Mana sini kunci mobil kakak," tawarnya.

Ega menatap adiknya dengan senyum lebar, "Ugh, kesayangan kakak emang terbaik ya?" godanya.

Ines menjulurkan lidahnya, meledek Ega kemudian berlalu untuk mengambil tasnya.

Dalam perjalanan, memang benar... macetnya luar biasa! Ines sudah mengambil jalan pintas, tapi rupanya jalan pintas lebih sesak dari jalan raya. Ck. Bandung sudah tak seru lagi sekarang, macetnya tak masuk akal begini.

"Hmm, Nes. Kamu masih penasaran nggak sama siapa tuh yang kemarin ngobrol sama kamu di kondangan?"

Mendengar kejadian itu diungkit oleh kakaknya, mata Ines berbinar. Ia menatap Ega dan berkata, "Kenapa emangnya?"

"Yah enggak sih, cuman... kalau misalnya kamu masih penasaran Nes. Kalau nih ya, kalau. Zaman sekarang kan gampang banget cari orang walau nggak punya nomor telponnya. Kamu tinggal ketik aja namanya di Facebook atau instagram. Nanti pasti ketemu deh Nes," saran Ega.

Ines seperti mendapatkan pencerahan atas permasalahan buntu yang menimpanya seharian ini. Ia menatap Ega lalu tersenyum dengan gembira.

"Hyaaaa! Bener juga ya kak! Ya udah deh kalau gitu."

Ya udah yang dikatakan oleh Ines adalah dia menepikan mobilnya lalu turun dan membuka pintu samping Ega yang membuat kakaknya itu menatapnya penuh tanya.

"Kakak aja yang nyetir ya. Aku mau nyari Gandhi di instagram," kekeh Ines.

Menatap adiknya. Ega menahan rasa geram yang kini mendera dirinya. Sumpah. Tahu bakal begini, lebih baik Ega tunda saja sarannya sampai rumah. Ya Tuhan, memang yaa... penyesalan itu datangnya terlambat.

"Yah, Instagram error, nggak bisa dibuka, force closed terus," keluh Ines kemudian.

Ega menggelengkan kepalanya. Ia sudah berpindah ke kursi pengemudi, sekarang sibuk mengemudikan mobilnya.

"Santai lah Nes, masih banyak waktu. Jangan keliatan ngebetnya," kata Ega lagi.

Benar sih ya. Jangan keliatan ngebetnya.

Tapi, Ines sudah ngebet! Gimana dong?



TBC



JIWA JIWA STALKING SEPERTINYA AKAN MERASUKI TUBUH INES WKWKWKWKWK

Enak banget ya punya kakak, dibantuin cari nama di buku tamu HAHAHAHAHA

Ines nasibnya enak amat nes nes ya ampun.

Eh eh gais, EMAIL GHANDI AKTIF LOH WKWKWKWK Mana tau mau kirim email hhahahahahahaha

WAHAI INES KOSMETIK... APAKAH TIDAK AKAN ENDORSE AKU? NIH GUE PROMOSIIN GRATIS BOS WKWKWKWKWK

Napa ya nama kosmetik kan banyak, bikin sendiri juga bisa. Mesti banget pake yang udah ada.

Tapi si Ines ini emang bagus sih, eye shadownya pigmented parah. Sebagus itu emang (memasuki zona untuk beauty class)

BTW SELAMAT TANGGAL 1 HAI KALYAAAAAAN...

1 april nih gais, semoga bumi kembali normal, semoga negara kita kembali sehat, dan semoga aku kembali dipertemukan dengan seseorang yang tepat HAHAHAHAHAHA

6 Tahun menulis di wattpad, 6 tahun juga mengeluhkan hal yang sama WKWKWKWK

Tapi sekarang udah biasa aja sih aku, malah lagi males sama cowok. Udah dalam tahap ya udahlah sedatengnya aja. Lagian gak tahu juga yang mana yang duluan, cowok dulu apa malaikat izroil dulu WKWKWKWKWK

TAPI USAHA MAH HARUS YE KAN. BERDO'A APALAGI HAHAHAHA

Oke hari ini segini aja deh.

Sampe jumpa esok hari.

Semangat terus untuk kita semua walaupun di rumah Cuma rebahan doang sampe bingung harus melakukan rebahan dengan gerakan apalagi, tapi bismillah ya karena dengan rebahan kita menyelamatkan dunia!

Buat yang masih kerja, nggak bisa libur... jaga kesehatan kalian ya sayang-sayangku. Ingat. Kalau kalian sakit, kasian keluarga kalian sedih. Okey?

Akhir kata bye bye~

AKU SAYANG KALIAAAAN :* 

Continue Reading

You'll Also Like

763K 3.3K 12
Hts dengan om-om? bukan hanya sekedar chatan pada malam hari, namun mereka sampai tinggal bersama tanpa ada hubungan yang jelas. 🔛🔝 my storys by m...
15.6K 1.3K 25
Niki Magenta bekerja di bagian marketing sebuah pertokoan. Karirnya yang menanjak tidak semulus penampilannya. Banyak hal yang harus dia lewati. Term...
5.1K 1K 28
Ben takut jatuh cinta. Ditinggalkan atas sebuah pengkhianatan adalah bukti ketakutannya untuk jatuh cinta. Tapi siapa yang bisa menentukan kita akan...
4.1M 30.6K 34
⚠️LAPAK CERITA 1821+ ⚠️ANAK KECIL JAUH-JAUH SANA! ⚠️NO COPY!