My Cold Prince 2 || (T A M A...

By hananayajy_

2.8M 253K 123K

✒DILARANG MENJIPLAK!! ✨BAGIAN 2 'MY COLD PRINCE' (Sebelum membaca ini, baca dulu MY BOY IS COLD PRINCE & MY C... More

P R O L O G
1. Kerinduan yang terdalam
2. Rasa Bersalah.
3. Waktu
4. Reinkarnasi?
5. All The Moments
6. Ingin bahagia
7. Keinginan Arkan
8. Seperti Arkan
9. London & Lombok (Read Note)
10. London & Lombok 2
PENTING!
11. - What your dream? || Read Note!
12. - Pertanda
13. - Kemungkinan || QnA?
14. - Pembunuh?
15. - Tentang Luka
16. - Kebenaran
17. - Find You
18. - Find You 2
19. - All of my life [READ NOTE]
20. - Wake Up
21. - Bubur
H I M B A U A N
22. - Jangan sakit lagi
24. - Blood and Tears (READ NOTE)
OPEN PO NOVEL MBCP
24. - Maaf
25. - Maaf ... ( READ NOTE )
26. - Surat Terakhir Ken
27. - Keputusan
28. - Thames River
29. - Don't go away
30. - Akhir Cerita Kita
30. - Rencana Maura
31. - Akhir cerita kita
32. - Menghilangnya Maura
33. - Menyerah (READ NOTE)
34. - Titik permasalahan
35. - Pertemuan dari sebuah rencana
36. - Marry me
37. - Trauma lain
38. - Papa untuk Angel
39. - Menjijikan
39 B. - Sebuah foto
40. - Perpisahan (ENDING)
E N D I N G
E P I L O G

23. - About Arkan & Ben || READ NOTE

58.7K 5.8K 1.6K
By hananayajy_

Warning! Typo bertebaran!

Jangan lupa vote dan banjirin komennya

☃☃☃

Ben melepaskan pelukannya setelah di rasa tangisan Maura mereda. Cowok itu mengusap air mata Maura dengan dua ibu jarinya menatap Maura lekat.

"Jangan nyerah"

Maura tersenyum tipis lalu mengangguk. "Thank's, Ben"

Ben mengangguk. Pandangannya tak sengaja melihat sosok Reyhan yang tengah berjalan dari kejauhan menuju kemari. Ben mengalihkan pandangannya menatap Maura saat Reyhan menyadari keberadaannya.

"Gue balik dulu"

"Lho, bukannya tadi mau jenguk adek lo?"

Ben menggeleng singkat. "Lain kali" balasnya kemudian berbalik pergi meninggalkan Maura yang menatap punggung Ben keheranan.

"Ra"

Panggilan dari suara berat di sampingnya membuat Maura terlonjak kaget dan menoleh, mendapati Reyhan yang sudah berdiri di sampingnya menatapnya penuh tanya.

"Lo kenal Ben?" Pertanyaan Reyhan yang membuat Maura mengerutkan keningnya dalam. Maura mengikuti arah pandang Reyhan yang tengah menatap punggung Ben yang semakin menjauh lalu kembali menatap cowok itu.

"Kita satu kampus. Kak Rey kenal Ben?"

"Lumayan, dia ngapain ke sini?"

"Tadi mau jenguk adeknya, tapi gak jadi. Katanya ada urusan mendadak" jelas Maura. "Kak Rey kenal adeknya Ben juga?"

Reyhan tersenyum tipis. "Gue dari bayi juga sama dia, Ra"

"Oh ya?" Reyhan mengangguk.

"Adek yang Ben maksud itu ... Arkan, Ra"

Mata Maura membulat, terkejut dengan apa yang di katakana Reyhan barusan.

"A ... apa?"

"Ben itu kakaknya Arkan dan Arkan itu adeknya Ben, mereka sodara kandung" jelas Reyhan. Maura tercengang dengan fakta ini, pantas saja Ben terlihat mirip dengan Arkan. Jadi, ternyata Ben adalah kakak kandung Arkan.

"Jadi Ben udah tau kalo Arkan adek kandungnya?" Reyhan mengangguk, cowok itu ikut mendudukkan dirinya di samping Maura, menumpu kedua tangannya pada kedua lututnya.

"Dia udah tau itu" jeda Reyhan. "Tapi kalo soal Ken yang donorin matanya buat lo, gue rasa dia belum tau"

Maura mendudukkan dirinya di kursi koridor. Pandangannya menjadi kosong, pikirannya menerawang pada kejadian saat di mana Ben selalu menguatkan dirinya. Menyuruhnya untuk tetap tidak merubah hatinya, perkataan Ben mengandung makna dan Maura baru menyadari hal ini. Di setiap kata-katanya, ternyata Ben sudah tahu jika Arkan adalah adik kandungnya. Ben mengatakan hal-hal itu karena Ben tahu jika Maura kekasih Arkan, dan Ben tau tentang komanya Arkan tetapi cowok itu tidak pernah mengatakan hal yang sebenarnya.

Lalu kenapa Ben merahasiakan hal ini padanya?

Maura menggeleng pelan. "Nggak, Kak. Gue rasa Ben tau hal ini"

☃☃☃

"Arkan!" jerit Maura ketika memasuki ruangan melihat Arkan sudah tersungkur di lantai dengan pecahan kaca gelas di sekitarnya. Maura segera menghampiri Arkan dan membantu cowok itu bangkit dan mendudukkannya di bangkar. Arkan menyandarkan punggungnya di kepala bangkar setelah Maura menaikkan kedua kakinya ke atas bangkar.

"Kenapa bisa jatuh? Kamu mau ke mana?" tanya Maura khawatir, dan semakin khawatir saat melihat telapak tangan Arkan berdarah.

"Gue bosen" jawab Arkan singkat. Maura menatap Arkan dan menghela napas panjangnya.

"Tunggu di sini"

Arkan menahan lengan Maura saat gadis itu akan berbalik keluar ruangan.

"Ke mana?"

"Aku mau minta P3K, tangan kamu berdarah." Maura melepas tangan Arkan lalu mengeluarkan sapu tangan birunya dan dan melilitkannya di telapak tangan Arkan untuk mencegah pendarahan.

"Tunggu di sini dan jangan turun dari brangkar" ucap Maura kemudian melangkah keluar ruangan.

Arkan mengembuskan napas panjangnya lalu menatap sapu tangan Maura lekat. Entah kenapa Arkan merasa aneh pada tubuhnya setiap kali ia melihat Maura.

Beberapa menit kemudian Maura kembali dengan mendorong kursi roda dan kotak P3K. Maura menghampiri Arkan lalu duduk di pinggirannya. Maura meraih tangan Arkan dan mulai mengobati lukanya.

Arkan memperhatikan Maura, lagi-lagi rasa aneh itu datang memenuhi dirinya. Rasanya ia ingin menangis namun Arkan tak paham alasannya, kenapa ia harus menangis saat melihat gadis itu.

Maura selesai mengobati Arkan, gadis itu lalu mendongak menatap Arkan yang juga tengah menatapnya.

"Kenapa?"

"Kenapa lo peduli sama gue?"

Maura tersenyum lembut. "Karena aku kenal kamu, Ar"

"Tapi gue gak!" balasnya ketus.

"Bukan gak kenal Ar, kamu cuma gak ingat" ujar Maura. "Suatu saat nanti kamu bakal ingat semua itu lagi" lanjutnya. Arkan hanya diam mencerna perkataan Maura.

"Oh iya, kamu tadi bilang kalo kamu bosen kan?" Arkan berdeham.

Maura tersenyum. "Mau jalan-jalan?"

-

Maura mendorong kursi roda Arkan menuju taman, di sepanjang koridor Arkan hanya mendengarkan Maura bercerita. Tentang bagaimana dingin dan menyebalkannya Arkan saat dulu, juga Arkan yang sering mentraktirnya makan. Maura menceritakannya apapun tentang dirinya dengan raut binar di wajahnya.

Mereka pun sampai di taman, Maura mendudukkan dirinya di ujung bangku taman yang bersebelahan dengan Arkan yang duduk di kursi roda.

"Untung cuacanya cerah" ujar Maura sembari menatap langit biru cerah, sepertinya langit mendukung penuh suasana hatinya saat ini. Di saat-saat seperti inilah yang Maura rindukan, duduk berdua dengan Arkan sembari membicarakan hal-hal yang lucu, seperti di mana dulu mereka sering bersenda gurau dan berbagi cerita satu sama lain.

Arkan menoleh sejenak menatap Maura lalu beralih memandang air mancur di depannya. Suasana ini serasa tak asing baginya namun Arkan sama sekali tak pernah melakukan hal ini pada siapapun kecuali,

Saat bersama Arsha.

"Arsha" ucap Arkan hingga membuat Maura menoleh ke arahnya. Senyumannya memudar saat Arkan menyebutkan nama Arsha, bukan dirinya.

Maura berusaha tersenyum meskipun hatinya terasa nyeri. Ingatan itu muncul saat dulu ia melihat Arkan tengah memeluk Arsha di taman ini ketika Maura memaksakan diri masuk ke dalam rumah sakit hanya untuk mencari keberadaan Arkan, lalu berakhir dengan kekecewaan.

Maura menarik napasnya dalam-dalam sebelum membuka suaranya. "Ar, kamu tau?"

Arkan menoleh, satu tangan Maura terangkat menyentuh bandul kalung pemberian Arkan yang sampai saat ini ia pakai. "Ini hadiah ulang tahun aku dari kamu dan kamu minta aku untuk gak ngilangin kalung ini apapun yang terjadi"

Arkan memperhatikan bandul kalung yang di pegang Maura. Dahinya mengkerut dalam mencoba mengingatnya, namun ia tak berhasil.

"Argh!"

Lagi-lagi sakit itu datang menyerang kepalanya. Arkan mengerang memegangi kepalanya yang terasa berdenyu hebat. Maura yang berada di sampingnya pun di buat panik karena erangan Arkan begitu keras, Arkan sangat kesakitan dan Maura merasa bersalah karena ia sudah mengungkit masa lalu mereka pada Arkan.

"A-Ar..."

Arkan menepis tangan Maura yang hendak menyentuhnya.

"Ar-"

"Jangan sentuh gue!" tekannya. Arkan kembali menggeram ketika rasa itu semakin pekat seakan kepalanya ingin meledak.

"Ar, maaf ..." lirih Maura dengan nada seraknya. Arkan melihat ke arah Maura yang terlihat menitikkan air matanya sebelum kesadarannya menghilang.

☃☃☃

Saat ini di ruangan sudah ada Reyhan, Bayu, Kevin, Valdo, dan Evan yang menemani Arkan, juga Alex yang tengah memeriksakan kondisi perkembangan Arkan saat ini.

"Gimana, Om?" tanya Reyhan setelah Alex selesai memeriksa Arkan.

Alex tersenyum dan menepuk bahu cowok itu. "Kondisi tubuh Arkan mengalami kemajuan pesat, Arkan sudah bisa melakukan terapi untuk memulihkan ototnya"

Reyhan tersenyum mendengarnya, begitu juga dengan teman-teman yang lainnya yang mendengar kabar baik ini. Kecuali Arkan yang sedari tadi melamun memikirkan ucapan Maura saat di taman tadi.

Kalung pemberiannya saat gadis itu berulang tahun.

"Kalo gitu Om akan atur jadwal untuk Arkan"

"Makasih, Om" Alex mengangguk, pria itu lalu melangkah keluar ruangan.

"Alhamdulillah, semoga lo cepet pulih ya Ar biar bisa main bareng kita lagi" ujar Kevin.

"Bener, gue udah kangen berat ngumpul-ngumpul lagi kayak dulu" sahut Valdo.

"Doain aja buat kebaikan Arkan" kata Reyhan pada teman-temannya. Cowok itu lalu menoleh pada Arkan yang sedari tadi hanya diam.

"Kenapa, Ar?" tanya Reyhan, Arkan pun menoleh ke arahnya lalu menggeleng singkat. Mata tajamnya bergerak liar ke seluruh sudut ruangan mencari sosok Maura, ia baru menyadari ketidak beradaan gadis itu di ruangan ini.

"Mana dia?" tanya Arkan.

"Dia siapa?"

"Cewek itu"

"Maksud lo Maura?" Arkan mengangguk.

"Dia udah pulang" jelas Reyhan, Arkan pun hanya ber-oh ria lalu kembali terdiam.

"Ar, jangan sakitin Maura. Dia udah terlalu banyak menderita selama ini" ujar Reyhan.

"Bener, Ar. Mungkin sekarang ini lo gak inget sama Maura, tapi satu hal yang harus lo tau, Maura cinta banget sama lo dan perasaan dia ke elo itu tulus banget, Ar" Kevin menyahut.

"Bener. Lo juga begitu sama Maura, lo bahkan sampe rela ngorbanin nyawa lo demi nyelametin Maura" jelas Bayu yang langsung di angguki Evan dan yang lainnya.

"Waktu Maura tau lo meninggal, gue liat dia tuh kayak orang yang udah gak punya semangat hidup, Ar. Maura bener-bener tersiksa banget selama tiga tahun ini" ujar Kevin.

"Asli, Ar. Maura itu cewek kuat yang pernah gue kenal. Kalo gue jadi lo noh ya, gue bakal ngerasa bersyukur banget punya Maura di hidup gue" ujar Valdo.

Arkan mendengarkannya, cowok itu memejamkan matanya ketika rasa sakit itu kembali datang menyerang kepalanya namun Arkan sebisa mungkin menahannya karena tak ingin mereka khawatir.

"Pikirin lagi kalo lo mau bersikap kasar ke Maura, jangan sampe nanti Maura pergi lo baru nyesel sama perbuatan lo" ujar Evan mengakhiri obrolan mereka.

☃☃☃

Maura kini duduk di bangku trotoar yang menghadap Thames River. Lalu lalang pejalan kaki di hadapannya tak membuat dirinya merasa terganggu, pandangannya seakan kosong meskipun bayangan pemandangan sungai serta bangunan-bangunan menjulang di depannya itu terlihat olehnya.

Bagaimana caranya ia memulihkan ingatan Arkan jika cowok itu saja selalu kesakitan setiap kali Maura menceritakan kenangan mereka di masa lalu.

Maura ingin Arkan mengingatnya, tetapi Maura juga tak ingin menyakiti Arkan.

Maura menghirup napasnya dalam-dalam lalu mengembuskan napas panjangnya, bersamaan dengan kedatangan Ben dengan membawa dua cup coklat panas di tangannya. Ben mendudukkan dirinya di samping Maura dan memberikan satu cup coklat panas pada gadis itu.

"Thank's, Ben" ucap Maura, Ben pun membalasnya dengan dehaman. Keduanya pun menyeruput coklat panas mereka sembari menikmati pemandangan Thames River. Merasa ada hal penting yang Maura ingin bicarakan padanya, Ben pun menoleh dan membuka suara.

"Kenapa?" tanya Ben. Cowok itu segera kemari setelah mendapat telpon dari Maura yang memintanya untuk bertemu di tempat ini karena ada sesuatu yang ingin dia bicarakan.

Maura menoleh sesaat lalu tersenyum kecil. "Masih inget waktu lo larang gue buat suka sama lo di Lombok?" tanya Maura, Ben berdeham.

"Apa alasan lo larang gue?"

"Gak ada"

"Oh ya? Bukan karena lo tau kalo tentang soal Arkan yang masih hidup dan hubungan gue sama dia?" tanya Maura spontan, membuat Ben pun refleks menoleh ke arahnya.

"Lo-"

"Gue baru sadar hal itu setelah gue tau kalo lo sebenarnya kakak kandung Arkan" potong Maura. "Kenapa lo rahasiain itu dari gue?"

Ben menghela napas panjangnya. "Ra, kemungkinan Arkan hidup itu tipis, gue gak mau ambil resiko dengan kasih tau lo soal Arkan. Lo bakal lebih terluka lagi kalo Arkan-"

"Meninggal maksud lo?" potong Maura lagi menatap Ben dengan kedua matanya yang sudah berkaca-kaca. "Untungnya Arkan bisa bertahan dan bangkit dari komanya"

Maura memejamkan matanya sejenak menekan emosinya.

"Selain itu, apa ada alasan lain?"

Ben menggeleng.

"Yakin? Lo gak benci sedikit pun sama gue gitu setelah tau kalo pendonor mata gue itu Ken?" tanya Maura. Air matanya pun meluncur membasahi kedua pipinya. Perasaannya benar-benar sakit dan Maura sungguh tersiksa dengan posisinya sekarang. Bagaimana ia hidup dengan sepasang mata yang Ken berikan padanya secara cuma-cuma. Sosok laki-laki yang pernah menolongnya saat di Lombok tiga tahun yang lalu.

"Gue tau lo benci sama gue, Ben" lanjut Maura pelan. Dan itu membuat Ben menyorotnya dalam.

Ben pun mengangguk. "Lo bener, gue emang benci sama lo"

☃☃☃

HOHOHO hana is back~

Apa kabar kaleyen?? Pada sehat kan? Iyalah sehat, jangan lah sakit"

Tetap jaga kesehatan yaaa

Betewe endewe baswe, gimana sama partnya?

Bosen?

Sad?

Membingungkan?

Gaje?

Arkanice mana nih? Ayok absen🐧

Maurastar? Masih di sanakah kalian?🐣

Tim Hana mana suaranya wooooooo🐼

NOTE :

Harga novel perkiraan 106.400 yaa (UNTUK PO) dan itu udh dapet ttd, blocknote, dan 3 polaroid A.M

untuk info selengkapnya ttg penerbitan silahkan follow & cek Instagram :

Gloriouspublisher16

Follow juga :
Hananayajy_
Wattpadhn_

Jangan lupa nabung yaa karena bentar lagi bakal terbit😍

Yang belum follow hana di wattpad janga lupa follow untuk info up yaa

hananayajy_

Terima kasih
Sayang kalian banyak"
ILY 11Millions+
❤❤❤

Continue Reading

You'll Also Like

SELAN✔ By keyla

Teen Fiction

616K 4.1K 11
•𝘚𝘵𝘰𝘳𝘺 01 𝘰𝘧 𝘚𝘦𝘢𝘣𝘦𝘳𝘵 𝘍𝘢𝘮𝘪𝘭𝘺• [ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ] [ᴘɪɴᴅᴀʜ ᴋᴇ ᴅʀᴇᴀᴍᴇ] [sᴇʙᴀɢɪᴀɴ ᴘᴀʀᴛ ᴛᴇʟᴀʜ ᴅɪʜᴀᴘᴜs] Bagaimana jadinya jika seorang Alan Lyn...
AWAN By Force_123

Teen Fiction

8.1K 757 16
1) Jika waktu bisa di putar, dan aku bertemu lagi denganmu di masa lalu, maka kuputuskan untuk mencintaimu lagi... 2) Kamu adalah rencana paling tak...
Adam By Boss C

Teen Fiction

1.3M 7.2K 1
Menerima perjodohannya dengan Adam Baron Pranaja, adalah sebuah keputusan paling salah di dalam kehidupan Hawa Aliandra Bramantyo. Dia harus melepask...
19.9M 520K 41
⚠️ Sudah Terbit!!! 🛒 Tersedia di Gramedia dan TBO ~Revenge Hasn't Been Avenged~ SEBAGIAN PART DI HAPUS ⚠️Second book from REGAL (dianjurkan membaca...