Magnetic Love

By Adit_Yoo

14.7K 1.9K 401

Hubungan Hesti dengan Desta seperti dua magnet utara, nggak bisa bersatu. Namun, semua berubah ketika mereka... More

1. Hesti
2. Desta
3. Hesti
4. Desta
5. Hesti
6. Desta
7. Hesti
8. Desta
9. Hesti
10. Desta
11. Hesti
12. Desta
13. Hesti
14. Desta
15. Hesti
17. Hesti
18. Desta
19. Hesti
20. Desta
21. Hesti
22. Desta
23. Hesti
24. Desta
25. Hesti
26. Desta
27. Hesti
28. Desta
29. Hesti
30. Desta
31. Hesti
32. Desta
33. Hesti
34. Desta
35. Hesti

16. Desta

296 57 2
By Adit_Yoo

Aku memperhatikan Hesti sedang mengantri test basket. Aku ingin tahu, apa dia berhasil atau tidak. Selainbitu, aku ingin melihat skill basketnya. Apakah banyak kemajuan atau nggak.

"Ciye nonton calon bini ikut test." Dian duduk di sebelahku. "Sana, samperin. Semangatin dari dekat."

"Semangatin apaan dah. Aku tuh disuruh Tante jagain dia."

"Disuruh Tante apa disuruh Mama Mertua?"

"Yee di bocah." Aku berdecak kesal.

Dan emang benar. Tadi malam, setelah aku mengantar Hesti, Tante berpesan untuk mengawasinya. Aku tuh amanah, beda seperti cowok lainnyang disuruh jagain malah dirusak.

Well... Sebenarnya aku khawatir kalau dia kenapa - napa. Dikit sih, cuma secuil rasa kekhawatiranku untuk Hesti. Kan tempo hari dia sakit.

"Hesti udah makan teratur, kan?" tanyaku.

"Ye kok tanya aku, emang aku emaknya apa?"

"Ya kan kamu beastie nya."

"Beastie beastie..bestie... Tanya Hesti langsung lah. Kenapa, takut? Dasar cowok cemen. Apa butuh aku panggilin?"

"Nggak usah. Dah sono, kamu mau daftar klub Tante Tante tukang Gossip kan?"

"Cih. Tukang gossip. Awas, kalau terlambat nembak Hesti, bakal direbut orang." Dian cengengesan cabut dari lokasiku duduk.

Emang dasar Dian. Terlalu lama dekat dengan Hesti membuat sikapnya yang dulu kalem menjadi urakan.

Aku melihat Alif masuk ke lapangan. Sepertinya dia benar - benar ikut test tum basket putera. Dan dia menghampiri Hesti. Maunya apa sih?

Gawat kalau Hesti cerita tentang masa laluku. Aku mau ke sana, memisah mereka, tapi para gadis datang dan mengajak berkenalan. Sebagai cowok ganteng, aku nggak bisa menolak ajakan mereka. Kalau menolak ntar di cap sombong, malah jadi boomerang.

"Desta!" Sherin melambai dari kejauhan, sedikit berjinjit.

Kebetulan, aku memang butuh tiket buat kabur dari para gadis. Segera aku berpamitan pada para gadis, menghampiri Sherin.

"Ada apa, Kak?"

Sherin menyodorkan pamflet. "Ini, udah aku ambilin. Kata teman - teman satu kelasmu, kamu ingin ikut ekstra Karate, kan?"

Aku mengangguk, membaca pamflet dan surat undangan untuk mengikuti test. "Sebenarnya nggak perlu sampai begini, Kak. Nanti aku sama teman - teman bakal datang ke Dojo, kok."

"Nanti antri." Sherin menarik pergelangan tanganku. "Sekarang aja, aku anterin. Nanti langsung daftar."

Dia bersikeras mengajakku ke Dojo. Tapi, aku harus mengawasi Hesti dan Alif.

Sherin menangkap basah diriku yang sedang mengintip ke belakang.

"Itu para gadis kenapa ngumpul?"

Aku ketawa garing. "Ngajak kenalan."

"Kamu terganggu dengan aksi mereka?"

"Sebenarnya.... dikit sih."

Sherin menghampiri mereka. Aku berusaha mencegah tapi dia nekat. Entah ngomong apa, tapi mereka bubar. Wow, apakah ini yang disebut kekuatan senior?

"Dah beres. Sekarang ayo ikut." Sherin menarik paksa aku supaya mengikutinya menuju Dojo.

Bukan kali pertama aku ditarik cewek. Resiko orang ganteng ya begini. Tapi ayolah, aku sedang nggak mod buat daftar Karate. Bisa saja aku ngotot nolak tawaran Sherin. Masalahnya, aku sungkan kalau menolak ajakan gadis cantik yang punya pengaruh seperti Sherin.

Singkat cerita, aku tiba di Dojo dan langsung daftar, tanpa ada test sama sekali.

"Tuh, enak, kan?" Sherin menyembunyikan kedua tangan di belakang pinggang, mendongak memandamgku sambil senyum. "Kamu berhutang budi loh, ke aku."

"Hutang budi?"

Dia mengangguk kalem. "Tiga kali. Jangan lupa balas, ya." Dia mengedipkan satu mata kepadaku.

Sekarang aku bingung, maksudnya dia apa? "Balas budi bagaimana? Kak, aku nggak suka punya hutang budi."

"Ya makannya balas. Yuk ke kantin. Kamu kan udah ditolong, jadi harus mau nemenin ke kantin."

Aku menghela nafas mengikutinya. Sebenarnya aku senang saja, jalan sama Sherin. Dia cantik dan aromanya segar strawberry. Sayang, aku ada misi lain.

Sesampainya di kantin, Sherin mentraktir makan mie ayam. Kami duduk bersebelahan.

"Desta. Gadis kemarin, siapa namanya, lupa."

"Hesti?"

"Hesti tuh siapamu, sih?"

Aku langsung membisu sejenak. Siapa sangka Sherin berani bertanya secepat ini. Yaaa aku sering menanggapi pertanyaan seperti ini yang ditujukan untuk gadis yang sedang dekat denganku, dari gadis yang menjadikan diriku sebagai crush. Dan jawabanku selalu sama.

"Teman biasa sih."

Bibir ranum Sherin sedikit terangkat satu sisi. "Teman tapi romantis banget."

"Maksudnya?"

"Ya kalian di halte ngapain?"

Aku bingung kenapa harus mau menjawab interogasi macem penjahat ditanyain polisi seperti ini. "Emang aku ngapain sama Hesti, di halte?"

Tuh kan, Sherin bingung. "Ya kalian suap - suapan... itu tandanya kaliam dekat, kan? Ayo ngaku, kalian backstreet ya?"

Walau Sherin senyum ramah, tapi aku yakin hatinya berkata lain. Aku mencium aroma kecemburuan dari tingkahnya.

"Hesti sedang sakit kala itu. Jadi aku suruh makan."

"Ooh. Disuapin gitu?"

"Nggak kok, ngapain nyuapin dia. Amit amit." Aku ketawa berusaha memperhalus jalan perbincangan kami.

"Suapin," pint Sherin.

"Eh? Maksud Kakak?"

"Ya sekarang suapin aku."

"Loh, ya, gimana... uhm aku--"

"Tiga permintaan balas budi, kan. Aku minta suapin, Desta. Gimana. Kamu mau kan?"

Sebenarnya aku nggak butuh pertolongan dari cewek satu ini. Pertama, pertolongan di lahan parkir. Aku nggak butuh tempat parkir. Kedua, pertolongan di atas panggung ketika aku bertengkar dengan si kribo juga nggak perlu. Dan yang terakhir masalah Karate. Semua bisa kujalani sendiri.

Kalau mau hitung - hitungan juga aku udah pernah nolong Sherin. Banyak malah.

"Aaak." Wajah Sherin manis banget ketika meminta sesuatu. Apa lagi matanya yang polos dan bibir berphiltrumnya itu. Hiiih gemesin. Cewek semanis ini kok nggak punya pacar. "Desta...."

"Iya iyaa deh, kali ini aja."

Tiba - tiba dua gadis masuk kantin. "Heh, denger, tuh ada ribut - ribut di lapangan basket!"

Sontak seisi kantin fokus ke dua gadisnyang baru datang. Aku menaruh sendok kembali ke mangkik. Semoga Hesti nggak buat onar.

"Emang ada apa?" tanya seorang cowok. "Apa ada yang nembak?"

Pikiranku langsung tertuju pada Alif. Bah, dia nggak mungkin berani nembak cewek secepat ini. Apalagi nembak gadis bar bar seperti Hesti. Butuh persiapan ekstra.

"Bukan tembak tembakan!" Sahut salah satu gadis yang baru datang. "Itu, yang kemarin settingan ketika MOS, buat masalah gede banget."

Sontak aku bangkit mendoring kursi. "Ada apa dengan Hesti?"

Belum sempat dijawab, gadis itu dan beberapa penghuni kantin beranjak pergi. Mereka berbondong - bondong menuju lapangan.

Gawat. Dengan sikap Hesti yang bar bar, dia pasti dalam masalah sekarang.

"Desta, mau ke mana?" Sherin menarik lenganku turun. "Habisin dulu makanannya. Sudah terlanjur dibelikan, masak nggak dimakan?"

Aku menaruh uang sepuluh ribu ke meja, untuk mengganti uang mie ayam bakso yang Sherin belikan, lalu bergegas pergi menuju lapangan.

Semoga Hesti nggak buat masalah besar di sana.

****
Jangan lupa vote dan follow penulisnya, ya, makasih.

Continue Reading

You'll Also Like

56.9K 2.3K 33
SELESAI Warning!!! Harap bijak untuk memilih bacaan!! - - Apa jadinya, jika seseorang yang telah kamu lupakan selama ini, tiba-tiba datang dan me...
1.4K 1.7K 30
Lilly, seorang wanita yang telah lama berjuang untuk mendapatkan cinta dari Vano, akhirnya mencapai titik di mana ia sudah muak. Namun, ketika Vano...
22.4K 2.7K 44
Elegi dan Tawa. Sebuah cerita klasik. Penuh kesederhanaan dengan warna berbeda-beda yang dibawa oleh setiap karakternya. Berlatar waktu beberapa tahu...
2.8K 306 31
Pernahkah kalian bertanya? •Jika memang agamaku sempurna dan mencakup semua hal, kenapa para ilmuan bukan dari para pemaham kitab suciku? •Jika hanya...