Setelah ditinggalkan oleh Jimin Jiera hanya bisa menahan tangisnya sembari memeluk dirinya sendiri. Takut sekali rasanya setelah Jimin mengatakan itu padanya.
Memangnya apa salah Jiera jika ia merindukan kakaknya? Bukan itu hal yang wajar? Kenapa Jimin bersikap berlebihan seolah-olah ia begitu membenci Taehyung? Bukankah mereka sahabat?
Lalu bukannya tadi Jiera sudah mencoba untuk tidak menceritakannya pada Jimin tapi pria Ryu itulah yang memaksanya cerita.
Sudah hampir 3 minggu Jiera tinggal dengan Jimin dan pria itu selalu berprilaku baik dan berbicara dengan lembut padanya.
Oleh sebab itu saat Jimin berbicara dengan nada dingin membuat Jiera terkejut dan takut sekaligus. Bagaimanapun Jimin bukan keluarganya dan ia tidak tahu bagaimana sifat asli Jimin.
Bisa jadikan yang ia lihat barusan adalah sifat asli Ryu Jimin itu sedangkan ucapannya yang lemah lembut hanyalah topeng belaka?
Sudahlah Jiera tidak tau,gadis itu jadi pusing sendiri jadinya. Lebih baik ia istirahat karena besok ia harus kuliah.
***
Keesokan harinya Jiera melakukan rutinitasnya sebelum pergi kuliah, menyiapkan sarapan untuknya dan Jimin.
Tapi sudah 15 menit ia duduk menunggu Jimin namun pria itu tidak turun-turun dari kamarnya. Gadis memilih memakan sarapannya dan segera pergi kekampus karena dia ada kelas.
Sedangkan Jimin yang ada dikamarnya sejak tadi menunggu Jiera pergi barulah ia menuruni tangga lalu pergi kedapur, ia melirik makanan yang Jiera siapkan lalu bergegas kedapur mengambil roti dan memakannya.
Jimin masih kesal karena lagi-lagi ia teringat pada Minji, adiknya.
Jimin mengacak-acak rambutnya kesal lalu melangkah pergi. "Harusnya aku tidak berbuat baik padanya sejak awal."
"Biar dia merasakan apa yang dirasakan Minji, mereka harus tau akibatnya bermain-main denganku."
🌍
"Jiera-ya."
Jiera yang sedang menyusun kembali bukunya kedalam tas langsung menoleh begitu Naeun memanggilnya.
"Ada apa?"
"Bisakah kau menolongku hari ini saja? Aku mohon." Ujar Naeun dengan wajah memelas.
"Aku akan membantu jika aku bisa, katakan saja kau butuh bantuan apa."
"Ibuku sedang sakit dan aku harus merawatnya dirumah sakit, selain itu aku juga butuh uang jadi aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku jika tidak mau gajiku dipotong." Jelas Naeun. "Aku sangat berharap jika kau bisa menggantikanku bekerja hari ini, kau mau 'kan menolongku?"
Kau berpikir sejenak.Kau merasa kasihan pada Naeun yang harus menjaga Ibunya dirumah sakit tapi disatu sisi kau takut pada Jimin.
"Baiklah aku akan membantumu, shift kerjamu hanya sampai pukul 6 sorekan?"
Naeun mengangguk semangat dan memeluk Jiera. "Terimakasih Jiera-ya kau sungguh sahabatku yang terbaik."
Jiera hanya tersenyum, ia memang cukup dekat dengan Naeun dan ia tidak tega jika harus membiarkan gadis itu kesusahan sendirian.
***
Suasana cafe ramai sekali, bahkan ini sudah pukul 6 lebih tapi Jiera belum juga bisa pulang karena ramainya. Mungkin karena ini hari Sabtu maka mereka memutuskan menghabiskan akhir pekan dicafe yang cukup terkenal tersebut.
"Maaf ya Ji aku jadi merepotkanmu disini." Ujar Jungkook tak enak, seharusnya ini shiftnya namun ia meminta bantuan Jiera karena ia yakin tidak sanggup melayani pengunjung cafe yang begitu banyak.
"Tidak apa, sudah aku akan mengantarkan ini ke meja itu dulu." Jiera pergi meninggalkan Jungkook yang tersenyum menatap gadis itu.
Hingga kini sudah pukul 10 dan cafe sudah tutup. Jungkook dan Jiera segera menufup cafe lalu berjalan berdua.
"Biar aku mengantarmu ya Ji? Ini sudah malam lagipula rumah kita searah."
Jiera menoleh kearah Jungkook. "Tidak perlu, aku akan pulang sendiri saja, rumah kita tidak searah lagi."
"Kau sudah pindah rumah ya? Sepertinya Taehyung hyung punya banyak uang hingga kalian pindah, pasti rumahnya bagus." Ujar Jungkook antusias.
Jiera malah terkekeh dibuatnya."Tidak, sekarang aku tinggal dirumah majikanku. Aku bekerja sebagai pelayan di rumah tempat aku tinggal."
Rasa kaget menyelimuti Jungkook. "Hei kenapa kau tidak bilang padaku? Jadi itu alasanmu berhenti bekerja dicafe?"
Jiera hanya tersenyum lalu menunjuk bus yang lewat. "Itu bus terakhir, ayo"
Jiera dan Jungkook segera menaiki bus itu.
***
"Kemana perginya dia?" Jimin yang sejak tadi sudah pulang dibuat heran karena Jiera sama sekali tidak menunjukkan batang hidungnya, bahkan gadis itu tidak ada disetiap sudut rumah mewah ini.
"Atau jangan-jangan dia kabur?" Jimin berguman sendiri sembari berusaha menghubungi ponsel Jiera. "Aish berani sekali gadis itu!"
Cklek
Jimin menoleh begitu pintu rumah besar itu terbuka. Dapat Jimin lihat Jiera yang tampil acak-acakan.
"Darimana saja kau?" Tanya Jimin dingin.
Jiera yang tadi baru membuka sepatunya langsung menoleh begitu mendengar suara Jimin. Sejak tadi ia tidak melihat Jimin karena ia kira Jimin sudah tidur dikamarnya.
"A-aku, aku pergi ke cafe untuk bekerja tadi."
Jimin berjalan mendekat. "Ke cafe? Bukan kah sudah kukatakan untuk berhenti bekerja? Apa kau tidak bisa mengerti?"
Suara tegas Jimin membuat Jiera merinding karena pria itu jauh berbeda dengan Jimin yang ia kenal beberapa waktu terakhir. Jimin yang selalu menperhatikannya bukan bersikap begini padanya.
"Aku memang sudah tidak bekerja tapi aku membantu temanku tadi, aku menggantikan shiftnya karena ia harus ia menjaga eommanya di rumah sakit." Ujar Jiera jujur namun Jimin tak percaya begitu saja.
"Sampai selarut ini? Kau bahkan lebih mirip jalang yang pulang tengah malam." Jimin menunjuk jam dinding besar dirumahnya. "Sudah pukul sebelas lebih, apakah kau membohongiku dengan mengatasnamakan temanmu?"
Tentu saja Jiera menggeleng karena ia berkata jujur. "T-tidak,aku benar-benar membantu temanku, aku tidak berbohong. Hanya saja-"
"Cukup!" Teriak Jimin. "Sekarang masuk kekamarmu dan ganti pakaianmu."
Jiera hendak bicara namun Jimin pergi meninggalkannya. Ia menghela napas pelan lalu mengikuti perintah Jimin untuk masuk kekamarnya.
Jiera bingung, kenapa Jimin berubah kasar hanya karena Jiera menangisi Taehyung? Sebegitu berpengaruhkah?
Cklek
Begitu Jiera baru saja selesai mandi dan memakai pakaiannya ia mendapati Jimin yang memasuki kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
Jiera tau ini rumah Jimin tapi tetap saja tidak sopan jika masuk kekamar seorang gadis tanpa mengetuk pintukan?
"Apa yang kau lakukan dikamarku?"
Jimin membaringkan tubuhnya dikasur lal yg menatap Jiera. "Mulai sekarang kau akan tidur bersamaku sebagai hukumanmu, jika kau membuat kesalahan lagi maka kau akan mendapat hukuman yang lebih berat lagi."
Jiera membulatkan matanya terkejut. "Kenapa begitu? Aku sudah beri tahu alasannya padamu, kau tidak bisa menghukumku begitu."
"Kenapa kau mengeluh? Sadarlah bahwa kau hanya gadis yang kubeli, aku bisa melakukan apapun yang kumau padamu karena kau sekarang milikku. Kau sudah kubeli."
Jiera diam seribu bahasa saat Jimin mengatakan itu. Kenapa rasanya sakit?
Jiera hanya menatap Jimin nanar lalu tersenyum tipis. Benar kata Jimin, ia hanya wanita yang dibeli dan tidak berhak mengeluh.
Jiera akhirnya berbaring disebelah Jimin dengan posisi mereka yang saling memunggungi satu sama lain.
Dalam diam, Jiera menangis.
Tbc
-Jeedesultory-