Magnetic Love

By Adit_Yoo

14.7K 1.9K 401

Hubungan Hesti dengan Desta seperti dua magnet utara, nggak bisa bersatu. Namun, semua berubah ketika mereka... More

1. Hesti
2. Desta
3. Hesti
4. Desta
5. Hesti
6. Desta
7. Hesti
8. Desta
10. Desta
11. Hesti
12. Desta
13. Hesti
14. Desta
15. Hesti
16. Desta
17. Hesti
18. Desta
19. Hesti
20. Desta
21. Hesti
22. Desta
23. Hesti
24. Desta
25. Hesti
26. Desta
27. Hesti
28. Desta
29. Hesti
30. Desta
31. Hesti
32. Desta
33. Hesti
34. Desta
35. Hesti

9. Hesti

334 60 11
By Adit_Yoo

Gue membentang tangan sambil muter melihat gedung sekolah. Ada empat gedung, semua berlantai tiga. Mirip sekolah di Jepang.

"Bagus banget, mana banyak pohonnya. Seger!"

Dian narik gue. "Udik banget sih. Biasa aja dong, malu dilihat senior."

Sampai lupa kalau banyak senior. Gue perhatiin emang benar kata orang. Nih sekolah sarangnya cowok ganteng dan cewek cantik.

"Hesti Hesti, lihat tuh. Ya ampun ada geng cowok ganteng!" Dian nunjuk empat cowok sipit sedang mengobrol di anak tangga.

"Lihat tuh, orang Jawa tapi ganteng banget."

Sekarang siapa yang udik? Gue jewer telinga Dian hingga dia kembali normal. "Malu woi, dilihat senior."

Ketika gue jewer - jewer sama Dian, nggak sengaja nabrak orang.

Cewek yang gue tabrak bersedekap di bawah dadanya yang seperti melon, sambil telunjuknya muter - muter helai rambut. Gue pusing nyium aroma parfumnya, nyegrak banget macam minyak nyong nyong.

"Heh, kalau jalan pakai mata. You junior ya?"

Gue mengangguk sama Dian.

Senior menyeringai sinis. "Dari penampilan, you berdua dari golongan kaum pekerja, kan? Strata tengah. Sooo, gue saranin, jangan ngimpi bisa dapetin cowok ganteng, ngerti?"

Bacot, batin gue, menunduk sama Dian. Gue sebenarnya pengen nampol mulut nih cewek, ngajarin cara ngomong yang baik dan benar, tapi dia senior. Gawat kalau gue terlalu berani.

Gue baca bordiran nama di dada dia, Dhea... cih, namanya bagus, manusianya luknut.

Beruntung dia dan dua temannya pergi. Gue lega banget. Amit amit berurusan sama badut ancol macem dia.

"Eh, lihat tuh di bawah pohon." Dian nunjuk bangku panjang. "Tuh ada cowok ganteng!"

Loh, Desta? Gue kucek mata, tetap nggak berubah. "Ngapain dia di sini?"

"Ya sekolah lah, masak iya nyuri mangga," celoteh Dian. "Kasihan dia sendirian. Yuk samperin."

Gue menarik mundur Dian. "Ngapain? Dia cowok, kita cewek. Dilihat orang ntar dikira cewek kegatelan nyamperin cowok."

"Hish, dia tuh teman kita."

"Dia cuma Desta, bukan Taehyung."

Dian menjadi Dian, dia bersiap teriak. "Des--"

Gue bekap mulutnya sebelum dia teriak. "Jangan teriak teriak, kampungan. Nggak usah ngurusin cowok munafik lemah macam dia."

"Kalian masih bertengkar? Oh my god, udah tiga tahun lebih loh."

Gue gandeng Dian pergi ke sudut lain lapangan, biar mulutnya nggak ember. Lagian ngapain Desta masuk sini? Mengganggu orang aja. Apa alasan dia ke sini? Pasti mau macarin cewek - cewek cantik. Cih, dasar cowok mesum.

Dian menahan tawa. "Kamu malunya sama Desta?"

"Malu? Sorry yee."

"Yaudah baikan sono."

"Enak aja baikan. Dia yang salah kok."

"Tapi serius, dia tambah ganteng. Lihat aja tuh, banyak cewek ngeliatin dia."

Gue menjawab, "Ya mungkin mereka ngeliat dia aneh aja. Cowok kok sendirian. Biasanya kan cowok selalu sama temen temen sesama cowok. Pasti tuh cowok nggak bener, dimusuhi sama yang lain."

"Yee kamu nih, negatif thinking aja. Begitu begitu dia teman kita loh, Hesti."

"Ya terus alasannya dia masuk sini apa coba?" Gue nyengir dan yakin banget, itu alasannya.

Dian ngomong, "kasihan dia sendiri di sana. Pasti karena nggak ada yang dia kenal. Ayo samperin aja, kasihan loh, nggak ada teman ngobrol."

"Ngapain sih, mending gue ngobrol sama kucing daripada sama Desta."

"Hesti, dari pada Desta disamperin cowok nggak bener, terus dibawa masuk ke dalam geng anak nakal yang isinya bad boy, gimana? Nanti dia jadi anak nakal. Kamu mau punya tetangga anak nakal yang suka minum minuman keras, main cewek, terus jadi bandar judi, atau pakai obat obatan terlarang? Mau?"

Dian imajinasinya terlalu besar. Namun, apa kata dia ada benernya juga. Setelah gue pikir pikir, bahaya juga kalau Desta sampai terjebak pergaulan bebas yang nggak benar. Ntar kompleks perumahaan gue yang nyaman, aman, tentram, jadi kayak kawasan yang isinya gangster, terus saling tembak tembakan. Ntar gue juga yang kena akibatnya, pulang kemalaman dikit dipalak preman.

Plus kasihan Tante, sama Kakaknya Desta kalau tahu anaknya jadi badboy.

Gue samperin Desta dengan alasan manusiawi, alasan kasihan, bukan karena pengen deket dia.

Baru aja gue dan Dian mau ke sana, senior udah berisik.

Senior cowok kribo kurus ngomong pake TOA. Suaranya berdengung. "Ayo kumpul! Perlengkapannya jangan lupa dipakai semua! ayo ayo! Tiga menit nggak kumpul hukuman menanti!"

"Ayo buruan Hes, pakai perlengkapan MOS." Dian buru buru memakai topi kerucut, kalung kardus, sama ikat pinggang tali rafia. Udah macam orang gila aja.

Gue juga mau siap siap, tapi, pas gue mau ngelepas tas... "Lah kok ransel gue nggak ada?"

"Hah? Memang kamu taruh mana? Lagian aneh banget tas ransel kok bisa hilang."

"Tadi gue di bus buka tas, buat ngecek perlengkapan...Mampus....tas gue ketinggalan."

"Buruan Hesti, ntar dihukum!" Dian kabur ke dalam barisan, gue ditinggal. Dasar luknut.

Gue nyerah. Mau pulang. Alasan sakit. Baru juga balik badan, gue malah nabrak si tetek melon.

"Anjing!" Dia teriak lantaran susu dalam tupperware dia tumpah membasahi susu--maksud gue membasahi dadanya. "You lagi you lagi, emang dasar ya anak Dajjal! Lihat, basah semua seragam aku!"

"Udah Dhea, udaah." Gadis lain yang lebih kalem dan cantik menarik mundur si dada melon. "Dia nggak sengaja."

"Nggak sengaja apaan, lihat Sherina, seragam I basah semua!"

"Ntar pakai sweeter punyaku aja, ya."

"Ya mana bisa, dada I gede!"

Cewek baik hati memberi gue kode gerak kepala, supaya pergi masuk barisan, dan nggak perlu disuruh lagi gue kabur sesuai anjurannya sebelum masalah bertambah runyam. Apes banget dah, hari pertama sudah dapat musibah menabrak Patung Joko Dolog.

Gue masuk dalam barisan, berhadap banyak yang nggak bawa perlengkapan MOS. Kan kebiasaan orang Indonesia disuruh bawa perlengkapan malah nggak bawa.

Dugaan gue meleset parah banget. Pas pemeriksaan perlengkapan, cuma gue yang naik ke panggung. Langsung lah gue jadi bahan tontonan publik.

Banyak yang bisik - bisik sambil ngelihatin. Gue juga nggak tahu arti pandangan mereka apa, yang jelas perasaan gue nggak enak.

"Ada lagi yang nggak bawa perlengkapan?" Kata cowok kribo pakai TOA, setelah menunggu sampai jamuran, dia beralih ke gue. "Kamu nih gimana, satupun nggak dibawa perlengkapannya?"

Mampus..... "Kagak Kak, maaf. Tadi ketinggalan di bus kota. Suer."

"Ketinggalan. Alasanmu nggak kreatif banget. Mana cewek lagi. Kamu sengaja ya nyari masalah?"

Aduh, kira - kira gue bakal dihukum apaan ya? Semoga nggak disuruh nyanyi. Gue paling nggak bisa nyanyi. Serius.

Tiba tiba Dhea berdiri di depan gue dengan wajah penuh kemenangan.

Mampus......kayaknya dia mau balas dendam.

****
Jangan lupa vote dan follow penulisnya, ya.

Continue Reading

You'll Also Like

877 103 6
[Complete] Cinta adalah hal yang paling kubenci. Cinta hanya akan membuat seseorang semakin bodoh, seperti gadis nyentrik menyebalkan yang duduk di s...
73.3K 3K 9
"Untuk kamu yang hanya bisa mengagumi sahabatmu dalam diam. Percayalah, kamu nggak sendiri." ___ Alika ditembak Gavin! Cowok itu menyanyikan lagu rom...
1.4K 1.7K 30
Lilly, seorang wanita yang telah lama berjuang untuk mendapatkan cinta dari Vano, akhirnya mencapai titik di mana ia sudah muak. Namun, ketika Vano...
1.3K 232 11
[𝐂𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞𝐝] [𝐒𝗼𝐧𝐠 𝐌𝐢𝐧𝐠𝐢] ❝Aku sekarang menyadari, semua ini hanyalah sebuah kebohongan manis darimu.❞ [𝐒𝐡𝗼𝐫𝐭 𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐍𝐮...