Break! (Terimakasih Tuhan, di...

By nyxxsegitiga

6.3K 293 8

Sampai akhirnya lelaki itu datang kembali ke dalam kehidupannya masih dengan perasaan yang sama dan untuk ses... More

Prolog
1 - Flashback: Video call
2 - Flashback: Futsal
3 - Pedekate: Teringat
4 - Pedekate: Ganti perban
5 - Pedekate: Rumah Gilang
6 - Pedekate: Tengsin
7 - Pedekate: Pergi?
8 - Pedekate: Penangkaran kuda
9 - He's come back
Aralyn Leonie
10 - Jodi Dafandra
11 - Gilang pulang~
12 - Do-fun
13 - Pantai
14 - Luluh
15 - Friendzone
16 - Sulit
17 - Meski sakit
18 - Diduain:')
19 - Bertemu kembali
20 - Kesempatan terakhir
21 - Putus?
22 - Klub
23 - Mabuk
24 - Dibentak
25 - Jadian, kah?
26 - Ke-gep?
27 - Sorry
28 - Di duain sama mantan
29 - Kehilangan
30 - Rindu
31 - Berbeda
33 - Ulangtahun Ibu Jody
34 - Dilema
35 - Permintaan Terakhir

32 - Perih

163 3 1
By nyxxsegitiga

teruntuk: kleannn

haloooooo

long time no c

ngasret sekasliii asliihhhhhh

💦

💦

"Gimana rasanya jadi pilot, kapt?"

Gilang menoleh kesamping kanannya pada seseorang yang sudah menjemputnya di bandara Sydney. "Seru. Banget." Jawabnya dengan senyumnya yang merekah.

Pemuda yang sedang menyupir itu ikut tersenyum mendengarnya. "Gimana gak seru kalo dikelilingin pramugari yang cantik-cantik." Ledeknya dengan candaan.

"Apaansih lu, Bang. Kaya gatau adiknya aja kaya gimana ke perempuan." Gilang menyahuti candaan Abang satu-satunya ini.

Tadi Gilang dijemput di Bandar Udara Sydney oleh Bang Ghanni dengan seragam pilot yang masih ia pakai sampai sekarang.

"Bercanda kali gue, Lang." Jawab Bang Ghanni. "Jangan-jangan, lu hemong lagi belum punya pacar."

"Ah, gila lu Bang lama-lama! Gak beres nih."

Kemudian mereka berdua tertawa didalam mobil.

"Kak Nadine dirumah?" tanya Gilang mengalihkan topik pembicaraan mereka.

Bang Ghanni mengangguk pelan. "Dia udah gak gue bolehin pergi kemana-mana dulu, maksudnya gak gue bolehin jalan jauh."

Gilang mengerti maksud dari ucapan Abangnya. Karena Kak Nadine sedang hamil sekarang.

"Sebenernya gue nyuruh lu buat mampir kesini karena ada sesuatu yang mau gue omongin, Lang."

Dan Gilang merasa kalau suasananya sekarang berubah menjadi lebih serius dari yang tadi.

"Yaaa—ngomong aja sekarang."

"Nanti aja dirumah gue. Sekalian lu ketemu sama Nadine." Bang Ghanni.

Gilang tidak menyahuti lagi, karena saat ia membuka lock handphone nya, belum ada kabar juga dari Alin. Padahal Gilang sudah mengabari kalau Gilang sudah sampai di Aussie tadi. Tidak seperti biasanya. Karena biasanya, Alin selalu membalas cepat chat dari Gilang. Tapi ini hanya ceklis satu.

"Nungguin kabar?" ledek Bang Ghanni yang sedaritadi melirik ke handphone Gilang.

"Engga, Bang, apaansih." Gilang masih terlhat malu-malu rupanya didepan Abangnya.

"Kenalin dong ke gue, Ke Mama, Ke Papa juga. Bawa kerumah. Siapa tau cocok." Bang Ghanni masih terus saja mengoceh.

"Doain aja ya, Bang, semoga bisa kaya lu sama Ka Nadine."

"Nikah maksudnya?" Bang Ghanni langsung to the point.

Gilang hanya tertawa.

ooOOoo

"Besok aku temenin kamu berobat ya."

"Masa kamu Cuma liatin aku makan. Nih, kamu harus makan juga ya."

"Aku kan sayang sama kamu ya karna kamu yg kaya gini, Di. Gimana ya jelasinnya. Pokoknya kamu mau kaya gimana juga bentuknya, aku tetep sayang. Gitu aja."

"Kamu tuh kenapasi balesnya lama banget? Kamu gatau kan kalo aku lagi pms?"

"Aku capek lama-lama nasihatin kamu terus."

"Nanti aku mau pake gaun warna pink atau engga ungu pas kita nikah."

"Jodii ih jorok kentutnya bau."

"Iya Di, aku sayang kok sama kamu."

Dannnn berbagai macam kenangan manis mulai bertubi-tubi menimpuki ingatan Jodi saat ia harus menarik bibir tipis Alin sambil terus memejamkan kedua matanya. Kedua tangannya juga refleks menarik tubuh mungil Alin untuk merekatkan pelukannya yang tadi sempat ada space. Rasa rindu yang tadinya Jodi pikir hanya rasa rindu yang tidak dapat terbalaskan tapi sekarang semuanya telah terbalaskan.

"Kamu sayang gak sama aku?"

"Jangan tinggalin aku ya, Lin."

"Aku sayang sama kamu."

"Jangan pernah bosen ya sama aku."

"Maaf kalo aku Cuma bisa nyusahin kamu."

"Cuma ini kado yang bisa aku kasih. Happy birthday ya Alinkuh."

"Makasih ya kamu udah jadi cewek yang paling sabar buat semuanya."

"Miss you Alinkuh."​

"Kamu cantik banget sih, Lin."

"Nanti kamu mau punya anak berapa, Lin?"

Begitupun dengan Alin. Semuanya masih terekam dengan sangat jelas di memori otaknya. Dengan rasa rindu yang ia simpan begitu rapihnya, tapi sekarang semuanya harus terbongkar saat ia juga membalas ciuman Jodi tanpa ada rasa muna sedikitpun.

Memang Alin tidak muna untuk saat ini, kalau Alin juga sangat merindukannya.

"Kan sekarang udah ada yang ngerawat kalo aku kenapa-napa."

"Kamu gausah takut ya. Aku bakal terus selalu ada kok buat kamu."

"Gue sayang sama lu, Lin."

"Gue takut. Takut kalo kita lost contact lagi kaya dulu."

Alin langsung membuka kedua matanya saat bayang-bayang Gilang datang menghancurkan semua rasa rindunya untuk Jodi. sekaligus, harus menyadarkan Alin untuk semuanya. Tidak sepantasnya Alin menerima ciuman dari Jodi padahal sudah sangat jelas kalau Alin sudah berstatus sebagai kekasihnya Gilang.

Ya Tuhan,

Ciuman mereka langsung terlepas dan itu harus Alin yang melepaskannya pelan-pelan.

Kedua mata Jodi menatap pekat wajah mantan kekasihnya yang sedikit menunduk dihadapannya. Jodi tahu, pasti Alin merasa sangat menyesal sekarang. Tapi dengan lembut, ibu jari Jodi menghapus pelan bibir tipis Alin yang sedikit basah.

Alin dapat menatap mata itu. Kedua mata yang menggambarkan sangat jelas, kalau Jodi masih menyayanginya.

"Aku tau, kamu masih sayang sama aku."

Alin diam.

"Gausah bohongin perasaan kamu, Lin."

Dada Alin tercekat mendengar suara lembut Jodi yang sedikit berbisik.

"Tinggalin Gilang, balik sama aku. Sebelum semuanya belum terlalu jauh."

Darah Alin berdesir dengan sangat hebat. Rasanya jantungnya seperti sedang diremukkan hari ini.

"Tiga tahun itu bukan waktu yang sebentar, Lin."

Airmata seperti siap membendung dikedua pelupuk mata Alin.

"Aku-"

Suara gerbang rumah Jodi terdengar.

"Kak Odi!"

Syukurlah, Dinda sudah datang.

Alin mengambil nafasnya sebentar. Kemudian berjalan perlahan kearah pintu, meninggalkan Jodi ditembok sana yang hanya berdiri menatap punggung belakang Alin yang tertutup dengan rambut panjangnya.

Dengan memejamkan kedua matanya, Jodi juga mengambil nafasnya dalam-dalam untuk melegakan dadanya yang tadi sempat terasa sesak.

Sangat menyesakkan.

"Kak, bentar lagi Ibu pulang. Tadi udah aku telfon." Kata Dinda yang langsung masuk kedalam rumahnya dengan langkah terburu-buru sambil memegang sebuah kantong plastik putih bening yang berisikan kue didalam kotak itu.

"Itu beli kuenya dimana?" Jodi mulai membuka suara.

"Kepo banget sih lu." Sahut Dinda lalu meletakkan kotak kue nya diatas meja bulat yang sudah disiapkan oleh Jodi dan Alin tadi.

Semua dekornya memang sudah siap.

"Kak, tolong ambilin piring plastiknya deh di dapur." Kata Dinda pada Jodi.

Dengan wajah yang terpasang sedikit masam, Jodi berbalik untuk pergi ke dapur.

13 missed call.

Dari Gilang, ke nomer pribadinya Alin.

Perasaan Alin mendadak jadi takut saat ia mengecek ponselnya yang sedaritadi hanya ia taro didalam tas kecilnya.

"Ngh, Din, aku ke belakang sebentar ya." Kata Alin yang langsung berbalik untuk pergi masuk ke dalam kamar mandi dengan membawa ponselnya.

"Nih," kata Jodi sambil memberikan piring plastik kecil yang sudah Dinda beli khusus untuk potongan kue nanti. "Bentar ya." Jodi langsung berbalik untuk pergi ke arah kamar mandi juga.

Tadi di dapur Jodi sempat melihat Alin yang langsung masuk ke dalam kamar mandinya dengan wajah tak enak.

Jodi tahu apa yang sedang ada dipikiran Alin.

Gilang.

Siapa lagi?

Tangan Alin mulai gemetar saat ia melihat banyak sekali chat masuk dari Gilang, juga beberapa panggilan tak terjawab dan beberapa video call yang tak terjawab. Pasti Gilang akan sangat marah padanya kalau ia tahu Alin sedang berada dirumah Jodi sekarang.

Dengan rasa gusar yang sangat dalam, Alin terus menunggu telfonnya untuk diangkat oleh Gilang.

"Kenapa?"

Ada rasa sedikit lega saat Gilang langsung mengangkat telfonnya walaupun dengan nada tak biasa. Alin tahu, pasti Gilang sedang menahan kesal disana.

"Lang, maaf ya, tadi handphone nya lowbet terus-"

"Iya gapapa, aku ngerti kok kamu sibuk." Gilang langsung memotong ucapan Alin.

Alin langsung diam.

"Lain kali, kalo emang kamu mau pergi kemana pun, kamu bilang ke aku. Biar aku gak mikir yang macem-macem ke kamu." Ucap Gilang, sedikit mengeluarkan uneg-unegnya.

Airmata Alin menetes. Jadi Gilang mengira, kalau Alin sedang pergi keluar. Karena Alin sudah tidak magang lagi dirumah sakit.

Kalau saja Gilang tahu, kalau Alin sedang berbohong.

Alin merasa sangat jahat sekali pada Gilang.

"Have fun ya kamu sama temen-temen kamu, aku gamau-"

"Lang..."

Gilang langsung diam saat mendengar suara Alin yang begitu lirih.

Karena Alin sedang menangis sekarang.

Menangis karena sudah melakukan kesalahan yang sangat fatal.

"Aku kangen. Kamu pulang ya besok." Ucap Alin lirih. Airmatanya jatuh lagi dari pelupuk mata kirinya.

Sungguh, rasa salah itu sangat menyesakkan dada Alin sekarang.

Jodi yang sedang menguping dari luar pintu kamar mandi rumahnya langsung terdiam. Seperti ada jarum kecil yang menusuk-nusuk dadanya.

Padahal tadi mereka sempat berciuman, tapi sekarang Alin masih berani bilang 'kangen' pada Gilang. Sangat tidak masuk akal.

Jodi sama sekali tidak mengerti dengan jalan pikiran Alin.

"Kamu kenapasih kok tiba-tiba ngomong kaya gini?"​

"Ga-papa. Aku Cuma lagi kangen aja. Emang salah ya?"

"Gak salah sih, Cuma tumben banget tiba-tiba kamu-"

"Kamu kapan pulang?" Alin langsung memotong ucapan Gilang.

Dan Gilang langsung mengalihkan telfon mereka ke video call.

"Kamu lagi dimana?" Gilang betanya balik.

"Aku lagi dikamar mandi." Jawab Alin dengan senyum kecilnya.

"Kamar mandi kampus?"

"Kamar mandi mall." Dusta Alin dengan senyumnya yang ia buat se-menggemaskan mungkn agar Gilang percaya padanya. "Tadi hp aku mati terus aku gabawa powerbank, jadinya aku beli powerbank dulu."

Gilang menggeleng pelan. "Kamu abis nangis?" Gilang langsung menebak. Karena ketahuan sekali dari mata Alin yang sedikit menyipit.

"Ah-engga."

"Bohong."

"Makanya kamu jangan lama-lama." Rengek Alin sekali lagi seperti anak kecil yang tidak ingin ditinggal oleh Mama nya.

Gilang tersenyum senang dari sana. Terlihat sangat manis sekali pilot muda itu. "Aku kan baru sampe Lin di Sydney. Nanti ya tunggu dua hari lagi, nanti aku pulang."

"Kenapa engga besok ajasi?"

"Kok kamu jadi nawar? Harusnya kan aku empat hari disini, itu udah aku percepat loh, Lin."

"Aku udah biasa kemana-mana ditemenin sama kamu. Sekarang kamu izin pergi lama banget. Rasanya jadi gaenak."

Gilang tertawa kecil melihat tingkah Alin yang jadi sangat manja seperti ini.

"Nanti kita pergi ya kalo aku udah sampe Jakarta."

"Janji?"

"Iya sayangku." Gilang membalas dengan seuntai senyuman kecil.

Seperti ada belati yang menusuk-nusuk jantung Jodi sekarang, saat ia mendengar jawaban dari Gilang.

"Yaudah, nanti kamu kabarin ya kalo udah dibandara, nanti aku jemput kesana sama Mama."

Gilang mengangguk pelan disana. "Udah dulu ya, aku mau makan. Iloveyou."

"Iloveyoutoo."

Video call nya berakhir.

Dan perasaan Alin benar-benar sangat lega sekarang.

"Kak, Ibu udah dateng." Ucap Dinda dari luar pintu kamar mandi sambil mengetuk pelan pintunya.

ooOOoo

yahhhduhhh parah bgt inisiiii

klo Gilangtau gmnaa yaaaaa?
buat gue aja deh Lin si Gilang drpd mubazir kwkw

Continue Reading

You'll Also Like

6.3M 324K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
72.8K 2.3K 41
Tommy tidak bisa menolak bahkan ketika Eve menariknya ke kamar. Perlahan Eve membuka kancing kemeja Tommy, bahkan nyaris membuka celananya. Tommy t...
4.8M 176K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
2.9K 241 20
"Ini suaraku, mana suaramu?" Aku tidak pandai berbicara, lebih suka menulis daripada mengeluarkan suara. Menulis beban tentangmu yang tidak bisa ku...