AKSARA BUMI (REVISI)

By abitofputri

5.8K 1.4K 2.7K

Untuk Peri cantik dari pada Tuan Bintang, 'Semesta sangat menyayangimu'. Aku menyayangimu, Key. Itu sumpahku... More

Prolog
Bagian 1- Hai Key!
Bagian 2 - Key, aku Bintang
Bagian 3- cahaya untuk Key
Bagian 4 - Hujan Malam
Bagian 5 - Rembulan
Bagian 6 - Soto
Bagian 7 - Berteman
Bagian 8 - Aku yang Ingin Pulang
Bagian 9 - Tangisan Semesta
Bagian 10 - Taman Bermain
Bagian 11- Terbangkan Harapan
Bagian 12 - Janjiku
Bagian 13- Selimut Hitam
Bagian 14- Salam Pisah
Bagian 15- Tempat Kebahagiaan
Bagian 16- Aku Menyayangimu
Bagian 17- Ujung rasa
Bagian 18- Kedai Es krim
Bagian 19- Ilusi
Bagian 20- ambang hati
Bagian 21- Semesta adalah Tuhan
Bagian 22- Namanya Petualang
Bagian 24- Jangan Hilang
Bagian 25-Awal pengorbanan
Rumah yang benar-benar tak Berpuan
Bagian 26 - Separuh utuh
Bagian 27 - menjemput senyum
Bagian 28 - Peri Cantik
Bagian 29 - Key!
Bab 30- Semesta untuk Keytasha

Bagian 23- Sebuah Pondasi

121 40 66
By abitofputri

Yang katanya hati itu mirip sekali dengan sebuah bangunan; rumah. Dimana manusia bisa tinggal dan mengisi sesuatu didalamnya. Namun hati tetaplah hati, entah itu sebuah organ atau perasaan manusia yang tak pernah terlihat namun selalu menjadi bagian dari diri seorang. Bukannya kalau bangunan harus memiliki pondasi? Lalu pondasi apa yang dimiliki oleh sebuah hati?

"Kamu tahu Bintang? Rumah adalah tempat ternyaman bagi tuan yang akan selalu pulang?"

"Hmmm seperti kamu Key, Tempat aku selalu berpulang."

"Tapi, sebuah rumah dan yang namanya rumah pasti selalu punya pondasi kan? Mungkin kalau aku ini sebuah rumah, aku adalah rumah yang paling mengenaskan. Seperti bangunan yang belum rampung dibangun oleh pemiliknya dan tak layak untuk dihuni. Aku tak berpondasi. Bahkan tak mungkin dapat berdiri."

"Maka jadikan aku sebagai pondasi kamu, Key. Maka itu kita akan menyatu menjadi sebuah bangunan yang kokohkan? Key rumah dan aku pondasinya."

Key bungkam dan Bintang mencoba untuk diam. Hidup Key memang sudah terlalu kelam. Sudah terlalu susah untuk dimasuki karena terus dikhianati oleh semesta. Hatinya penuh dengan kekecewaan atas hidup yang tak pernah adil padanya. Tapi Bintang tak ingin itu terus berangsur, ia ingin Key secerah namanya. Kebencian Key pada semesta hanya akan membuat gadis itu semakin merasa tak diinginkan, membuat hidupnya sendiri dan merasa berjalan pada lembah hitam padahal semesta selalu ingin menujukkan jalan yang indah untukknya.

"Semua itu bukannya kamu sendiri yang mendedikasi, Key?" Key masih tak bersuara. Bintang melirik secangkir kopi yang ada di meja. Obrolan mereka membuat kopi semakin dingin, seperti waktu yang memeluk suasana ini menjadi canggung.

"Kamu sendiri yang tidak pernah mengikhlaskan hatimu untuk dihuni." Bintang menyesap kopinya, rasanya bahkan sudah sangat hambar, tidak ada lagi kepahitan atau rasa manis didalam. Bintang sudah tak mampu merasakan apa-apa. Padahal ia membawa Key ke kedai ini supaya dapat bercengkerama manis hingga sepahit apa kopi yang ia pesan tetaplah terasa manis karena obrolan manisnya dengan Keytasha. Namun sekali lagi, Bintang bukan dewa yang rencana dan harapannya akan selalu berjalan semestinya. Bintang manusia biasa, yang hanya berusaha untuk membuat Key bahagia, sekali lagi hanya untuk membuat Keytasha bahagia.

Entah sejak kapan Bintang menjadi egois seperti ini? Dari dulu ia memang akan mencintai Key dengan tulus walaupun tak dibalas sesuai apa yang telah ia beri pada Key. Bintang menjatuhkan hatinya dan ia siap mendapat resiko jika hati itu akan patah ataupun lebur. Namun tidak terus-terusan begini, jika ternyata memang Key lah yang selama ini menolak, tak mengizinkan hatinya untuk ditempati. Bukan hanya untuknya saja tapi untuk semua orang.

"Kamu akan tahu alasannya Bintang!"
"Apa alasannya, Key? Akan kudengarkan."
"Kamu pasti akan tahu, tapi tidak untuk sekarang." Key bangkit, Bintang sempat melihat samar air mata Key yang sudah menetes sebelum gadis itu benar-benar membalikkan badannya dan pergi dari tempat itu.

"Astaga apa yang aku lakukan!" Bintang bangkit berlari hingga hampir menabrak seorang barista yang sedang membawa nampan. Untung saja secangkir kopi panas diatasnya tidak tumpah, Bintang hanya bisa menangkupkan tangannya dan berkata maaf.

"Hati-hati, Mas." Ucap Barita tersebut yang kemudian pergi.

Bintang keluar dari kedai, namun Key sudah tidak ada. Bintang tidak tahu sebesar apa efek dari perkataannya tadi untuk Keytasha. Tapi yang Bintang tahu, Key terluka. Gadis yang selalu ingin ia jaga senyumnya terluka karena dirinya. Gadis yang rapuh itu, sudah Bintang patahkan karena omongannya yang tak bisa ia jaga. Bintang memang bodoh, dirinya memang brengsek.

"Maafin aku Key, maaf, maaf Keytasha."

🍁🍁🍁

"Cel, Keytasha mana?"
"Gak masuk, Ntang."

Semenjak kejadian di kedai kopi, Bintang tidak lagi bertemu dengan Keytasha. Sudah mencoba untuk kerumah gadis itu, namun hasilnya nihil. Rumah Key bahkan terlihat tidak berpenghuni. Disekolah Key tidak ada, padahal setiap pagi Bintang selalu menunggu didepan kelas Key, siapa tahu saat Bintang bertanya pada teman-teman Key, mereka bohong, cuma alibi mereka untuk tidak mempertemukannya dengan Keytasha. Namun sama saja, Bintang tidak melihat gadis bermata teduh itu berangkat memasuki kelas.

Ini sudah hari keempat Key tidak masuk sekolah. Apa gadis itu benar-benar niat ingin menghindari Bintang hingga tak masuk sekolah juga?

"Sebenarnya, Key itu kemana sih. Udah empat hari loh dia gak masuk." Tanya Vina kepada temannya saat mereka sedang makan di kantin.

"Dia juga gak ngabarin, kita. Whatshaap dia enggak aktif juga empat hari ini." Sahut Risma.

"Tu anak emang seneng banget bikin kita khawatir, kita dianggap temen gak sih sama, Key?!" Sahut Celvi emosi, pasalnya mereka sudah berteman dua tahun, namun Key tetap belum bisa terbuka dengan mereka. Padahal mereka beneran tulus dengannya, mereka tidak ingin melihat Key selalu sendirian. Namun gadis itu seolah tak menganggap pertemanan mereka itu penting. Selalu menyimpan semua sendirian, selalu diam, membuat Celvi lama-lama geram.

"Mungkin, Key punya masalah yang sangat rahasia kan, Cel? Jadi dia belum bisa cerita sama kita." Jelas Risma, sebenarnya dia juga merasa seperti Celvi, namun dia tidak ingin berburuk sangka saja, siapa tahu Key memang punya masalah yang emang gak bisa dia ceritakan.

"Tapi selama ini dia kaya gitu loh! Gak pernah terbuka sama kita! Padahal kita beneran peduli sama dia!" Sahut Celvi

Vina menghela nafas gusar, melihat Celvi yang kelihatan sangat emosi. "Gue sebenarnya juga ngerasa dianggap gak dianggap sama Key, tapi udahlah gue gak mau berburuk sangka aja sama dia, emang sejak pertama gue lihat dia, melihat mata Key, dia itu rapuh banget, banyak banget beban dimata dia, banyak banget yang dia pendem sendirian, dia itu gak baik-baik aja menurut gue, dia butuh kita namun dia juga gak bisa nunjukin kalau dia emang butuh kita."

Risma mengangguk, setuju dengan perkataan Vina, Risma juga menyadarinya sejak pertama kali dia meminta Key untuk duduk sebangku dengannya, saat pertama kali ia berkenalan dengan Key, saat tahu jika Key memang suka menyendiri.

"Tapi kita udah berusaha nunjukin kalau kita peduli kan sama dia? Kita udah berusaha gak ninggalin dia dan buat dia percaya kalau kita emang temen dia, kita sayang sama dia, kenapa Key susah buat percaya sama kita sampai enggan buat cerita?!"

"Percaya sama orang itu susah Cel, apalagi kalau dia yang terus dikhianati, kata percaya bahkan sudah tidak ada artinya lagi buat mereka." Ucap Vina.

"Gue cuma peduli sama dia, Vin."
"Iya gue tahu, kita semua peduli sama dia, Cel."
Celvi mulai terisak, dia hanya ingin Key juga menganggap mereka teman, bukan hanya sekedar teman, tapi sahabat, itu saja. Celvi mau Key terbuka sama mereka, cerita semua keluh kesahnya.

Vina dan Risma mulai mendekat, merangkul Celvi dan mencoba menenangkannya.

"Guru-guru dikelas juga, gak pada nanya kan Key kemana? Padahal dia gak masuk empat hari." Ucap Risma

"Iya, mereka selalu melompati nama Key saat absen, tidak curiga atau bingung kenapa Key gak masuk." Ucap Vina

"Mungkin gak mereka tahu sebenarnya Key kemana?" Sahut Risma.

Dan saat itu juga, Bintang yang mendengar semuanya melangkah pergi meninggalkan kantin.

🍁🍁🍁

Bintang menelusuri koridor setiap kelas, mata tajamnya lurus menatap kedepan. Ia berhenti pada sebuah ruangan. Melihat apakah ada seorang yang akan mengganggunya atau tidak. Ketika semua dirasa aman, Bintang langsung masuk kedalam ruangan tersebut.

Jarinya menelusuri setiap dokumen dan surat-surat penting yang ada di meja. Mata tajamnya juga sekali-kali mengawasi keadaan sekitar.

"Ahh, gak ada apa-apa soal Key." Bintang mengacak rambutnya frustasi, ia kembali merapikan dokumen dan kertas yang sudah dia acak-acak diatas meja guru piket. Kemudian ia kembali melangkah keluar sebelum ketahuan.

"Bintang!" Bintang berhenti, menengok kearah sumber suara yang memanggil namanya. Matanya menyipit melihat seorang laki-laki melambaikan tangan menghampirinya.

"Hmmm?"
"Lo lihat Key gak? Kok gue jarang banget lihat dia minggu ini." Ucapnya.
"Ngapain lo nyari Key?"
"Gak kenapa-kenapasih, cuma mau ngobrol aja."
"Gue gak tau dia kemana, dan gue lagi nyari dia dimana." Ucapnya kemudian melangkah pergi.

Adam yang bertanya pada Bintang mengernyitkan dahinya bingung. Kenapa dengan Bintang, tidak biasanya laki-laki itu bersikap dingin. Bintang yang dikenalnya adalah laki-laki yang hangat dan enak diajak berbicara, sikapnya selalu friendly. Lalu kenapa dengan diri Bintang sekarang?

"Pms kali tu anak." Ucapnya kemudian ikut pergi.

Bintang membasuh mukanya ditoilet, hasilnya sama saja. Pikirannya tetap tak bisa dingin jika menyangkut soal Keytasha. Ia melangkah keluar, pergi ke tempat belakang perpus ; tempat favoritnya dengan Key ketika sedang bersantai.

"Kamu dimana Key? Kenapa menghilang? Kenapa semesta juga turut membantumu menghilang dariku?!" Teriaknya. Tak peduli jika ada murid yang mendengar dan mengatakan dia gila. Toh nyatanya memang dia sudah gila! Dia gila karena cintanya dengan Keytasha. Dia gila karena Keytashanya marah dan menghilang darinya.

"Jangan hukum aku kaya gini, Key."
"Kamu tahu aku gak akan bisa jalanin hukuman kamu yang kaya gini!"
"Lebih baik kamu marahin aku sepuasnya, tampar aku sepuasnya, Key. Jangan menghilang kaya gini!" Bintang menghantamkan tangannya pada pohon besar yang tak berdosa itu. Tak peduli tangannya yang memar dan berdarah. Rasa sakitnya masih tak sebanding dengan sakit hatinya yang merindukan Keytashanya.

"Bintang!"

See u love❤️

Continue Reading

You'll Also Like

107K 2.2K 8
slow up ‼️
151K 13.3K 100
bertahan walau sekujur tubuh penuh luka. senyum ku, selalu ku persembahkan untuknya. untuk dia yang berjuang untuk diri ku tanpa memperdulikan sebera...
414K 6.7K 17
suka suka saya.
144K 10.7K 26
"kita akan berkeliling wisata nanti saat hesa sudah besar dan papa yang akan menjadi bos di perusahaan agar bisa meliburkan diri mengajak hesa dan ma...