ZARA HELINA | C | ARS •8•

Par nisaamuttalib

816K 56.4K 3.7K

[ 8th Book in ARS ] BOOK 2 : GADIS BUDAK SETAN . Sinopsis di dalam . START : 15/06/2020 END : - 13/02/2021 Plus

ZARA HELINA | SINOPSIS
ZARA HELINA | PROLOG
ZH - 01
ZH - 02
ZH - 03
ZH - 04
ZH - 06
ZH - 07
ZH - 08
ZH - 09
ZH - 10
ZH - 11
ZH - 12
ZH - 13
ZH - 14
ZH - 15
ZH - 16
ZH - 17
ZH - 18
ZH - 19
ZH - 20
ZH - 21
ZH - 22
ZH - 23
ZH - 24
ZH - 25
ZH - 26
ZH - 27
ZH - 28
ZH - 29
ZH - 30
ZH - 31
ZH - 32
ZH - 33
ZH - 34
ZH - 35
ZH - 36
ZH - 37
ZH - 38
ZH - 39
ZH - 40
ZH - 41
ZH - 42
ZH - 43
ZH - 44
ZH - 45
ZH - 46
ZH - 47
ZH - 48
ZH - 49
ZH - 50
ZH - 51
ZH - 52
ZH - 53
ZH - 54
ZH - 55
ZH - 56
ZH - 57
ZH - 58
ZH - 59
ZH - 60
ZH - 61
ZH - 62
ZH - 63
ZH - 64
ZH - 65
ZH - 66
ZH - 67
ZH - 68
ZH - 69
ZH - 70

ZH - 05

16K 992 41
Par nisaamuttalib

" ATUK ! " jeritan demi jeritan Firash Aryan terima apabila kaki dia menjejak lantai marmar itu . Berkerut dahi dia apabila terasa sesak dengan pelukan dari tiga manusia itu .

Helina , Kiesha dan Aina tidak melepaskan pelukan mereka pada Firash Aryan . Sayang sangat atuk dorang tu . Farish Aryan senyum , nak menegah tak sampai hati . Nanti ada yang tarik muncung sedepa . Boleh dia buat koleksi .

" Amboi anak dara , kamu bertiga peluk atuk tu macam tak nak lepas . Kesian atuk tak boleh nak nafas sebabkan korang bertiga ni haa " tegur Aira Kirana .

Mengeleng kepala melihat kelakuan tiga gadis itu . Dia duduk di sebelah suaminya setelah meletakkan dulang berisi minuman petang mereka . Firhad Aqasha senyum je . Sudah maklum dengan tiga bunga itu .

Pantang jupa si atuk , nak berkepit je . Macam kecik-kecik dulu semua berebut nak dekat si atuk . Pantang leka , ada je gelagat nakal tiga bunga itu mengenakan si atuk . Nakalnya , hmm- Firhad Aqasha dan kembarnya boleh kalah .

" Biarlah ma , orang lama tau tak jumpa atuk sejak duk asrama ni . Orang nak ulang alik ma tak balik , biarlah orang nak kepit dengan atuk sampai malam pun " jawab Kiesha .

Paling muda , paling nakal dan paling pandai menjawab . Ada je mulut bertih dia nak menjawab dan setiap patah yang orang balas dibalas serangan mulut dia tanpa henti .

Aira Kirana menjengil mata . Ini anak- kuat betul menjawab ! " Alaa ma , jengil-jengil camtu ingat orang takut ke ? Muka comel ada hati nak jengil kat orang . Hmph ! " Kiesha tarik muka .

Meledak tawa Helina dan Aina dengan gelagat Kiesha . Umur baru 17 tahun , tapi bab menjawab nombor satu . Pantang dipersalahkan , mulalah mulut peguam dia nak menjawab . Menegak kesalahan .

" Deena ... " meleret Firash Aryan meneguk .

Dia duduk di atas sofa berangkai tiga itu . Menghadap anak sulung dan menantunya . Yang tengah dan bongsu pula tak ada , keluar ke pasar mencari barang untuk makan malam mereka malam nanti .

" Maaf atuk " Kiesha terus tertunduk .

Aira mencebik . Dengan bapa mentua dia tahu pula anak bongsu dia memohon maaf . Sedar kesalahan . Tapi dengan dia- haram jadah si Kiesha nak minta maaf . Makin kuat pula budak tu cot-cet tak henti .

" Macam mana ? Persiapan malam ni dah sedia ke belum ? " soal Firash Aryan pada anak sulungnya .

Firhad Aqasha berdehem . Segera iPad ditangan diletakkan atas meja . Maklumlah , papa dia walaupun dah tua tetapi tenaga masih kuat . Tetapi Firash Aryan kini sudah cuci tangan , tak buat lagi kerja dulu-dulu dia . Insaf . Banyakkan beramal sekarang . Mendekatkan diri pada Allah s.w.t.

" Dah pa . Jangan risau , angah dan Amri pergi beli . Lagipun malam ni menantu-menantu papa akan masak . Papa tinggal request je , nanti malam dah ada depan mata papa " .

Firash Aryan senyum . " Papa teringin nak makan nasi dagang , tapi tu lah kalau ada arwah mama kamu ... lagi dia suka . Papa pun gembira " suaranya bertukar lirih .

Firhad tertunduk . Ya , Iman Aulia telah pergi meninggalkan mereka buat selama-lamanya . Malah , mamanya pergi dengan tenang .

" Doakan arwah mama tenang kat sana pa ... " .

Firash Aryan angguk . Dia mendongak , memandang gambar besar keluarga mereka . Foto Iman yang tersenyum manis di sisinya . Gambar raya tiga tahun lepas . Di mana mereka semua berpakaian sedondon . Itu pun Iman yang mengarahkan mereka mengambil gambar sekeluarga . Sebagai kenangan .

Tidak tahu pula , itu adalah memori terakhir dia dan isterinya . Iman meninggal dalam solat . Betapa luluh hatinya apabila menjumpai isteri mati dalam keadaan sujud . Dia tahu- sudah tiba masa isterinya menghadap Ilahi .

" Atuk janganlah sedih . Kami kan ada . Kami penawar hati atuk tau , kalau atuk sedih kitorang pun sedih tau " Aina bersuara sayu .

Firash Aryan tersenyum . Alahai cucu , pandai betul memujuk hati tuanya . Firash mengusap kepala Aina yang tersarung tudung hitam itu .

" Haah atuk , jangan lah camni . Tak sempat membawang dah berair mata ni haa " sahut Helina .

Kali ini semua orang gelak . Helina ... Helina ... ada saja akal dia nak buat orang gelak . Muka je serius , sebijik pula dengan Zara Medina . Hanya anak mata saja mengikut warna Farhan Adham .

Coklat cair . Yang lain , semua copy paste si ibu . Firash Aryan suka apabila mereka berkumpul di rumah beramai-ramai . Tidaklah dia sunyi . Sejak Iman meninggalkan dia , Firash automatik tinggal bersama anak sulungnya . Lagi pun sejak akhir-akhir ini kesihatan dia tidak membaik .

Batuk-batuk tidak henti . Maklumlah sudah tua , namun tenaga dia masih gagah lagi . Masih boleh melawan , tetapi tidak sehebat sewaktu dia muda dulu-dulu . Itu pun cepat pancit !

♤♤♤

" Am ! " tegur Hael sewaktu mata dia memandang kelibat si abang melintas di ruang tamu . Ingin menuju ke tingkat atas . Terhenti langkah lelaki itu .

" Am , sini meh makan sekali " ajak Nur Aqira pada anak sulungnya .

Maklumlah , jarang sekali dia melihat muka anak sulung dia itu . Susah betul nak jengah melawat dia dan suami . Lebih rela duduk di rumahnya sendiri . Malah , jarang pula si anak nak buat panggilan .

Itu pun dia sendiri yang rendahkan ego , menelefon si anak bertanya khabar . Itu pun dibalas dingin saja .

Qayyum melepaskan keluhan , kalau mami dia saja dia tak kisah , ni tak semua kaum kerabat dia memandang dia . Susah lah wajah dia belum dibersihkan lagi . Dia berjalan menunduk tanpa menurunkan hud .

" Mi , Am nak naik atas jap . Nak mandi ... nak rehat " dia beralasan . Sengaja ingin melarikan diri .

Nur Aqira jadi pelik . Segera dia bangun mendekati si anak , apabila tangan dia naik menyentuh wajah Qayyum dia menjerit kecil . Mengejutkan seisi meja makan .

" Ya Allah , Am ! Apa dah jadi dengan muka awak ni haa ? " Nur Aqira sudah risau . Raut wajah dia jelas terpancar kerisauan .

Qayyum meringis sakit apabila si mami tanpa sengaja menyentuh luka di tepi bibirnya . Qayyum memandang yang lain , waktu dia memandang itulah mata dia beradu dengan seseorang .

Helina ! Gadisnya .

" Meh ikut mami , kita rawat luka awak tu . Macam teruk sangat . Awak gaduh dengan sape haa ? " bebel Nur Aqira .

Bukan dia tidak kenal perangai samseng anak sulung dia itu . Sejak sekolah menengah lagi , Qayyum suka menimbulkan kekecohan . Ada saja nama dia naik di bilik disiplin . Nur Aqira pula cukup bulan dipanggil oleh pengetua disebabkan si sulung itu .

" Erm mami tak payah risaulah , tahu lah Am rawat luka Am ni " tegah Qayyum . Dia tidak mahu mami dia terkejut pula dengan luka dan lebam pada badan dia .

Rusuk kiri dia pula masih sakit lagi . Dia mahu mandi , baring dan terus tidur . Esok barulah dia ke klinik milik anak buahnya . Nak pergi hospital ? Banyak pula soal jawab . Dia cukup bencikan soal jawab .

" Hai , awak selalu buat mami risau lah Am " keluh si mami .

Qayyum senyum nipis . " Mami jangan risau , Am tahu jaga diri Am ... lagipun selama ni Am hidup sendiri kan " ujarnya mendatar .

Sejak dia di tingkatan satu , dirinya sudah diajar berdikari . Dihantar ke sekolah berasraman , bercampur dengan pelbagai ragam budak sekolah membuatkan dia tahu mana baik mana buruk .

" Ara boleh tolong Am ? " soal Nur Aqira .

Memandang anak buahnya , kerana dia tahu seorang Qayyum Idham akan tunduk pada seorang Zara Helina . Tetapi dia anggap mereka berdua seperti abang dan adik walaupun masa kecil-kecil dulu Qayyum suka sangat buli Helina .

" Baik maksu " . Helina akur , nasib baik dia sudah selesai makan . Pinggan di bawa ke sinki , dicuci hingga bersih .

Tangan yang basah dilap pada kain yang kering . Helina menapak perlahan ke tingkat atas . Menuju ke lorong kiri , mendekati ke pintu bilik yang terbuka sedikit itu .

Dahi dia berkerut melihat tiada kelibat di dalam bilik itu , baru saja dia ingin melangkah keluar bunyi barang jatuh membuatkan dia segera berlari anak ke bilik air . Terkedu dia melihat Qayyum yang terduduk di atas lantai bilik air .

Malah beberapa alat mandian jatuh di atas lantai . Dia tidak sedar sebaik saja dia melangkah masuk , pintu bilik Qayyum akan tertutup sendiri . Itu sebab Qayyum buka sedikit , tidak ingin menutup pintu biliknya .

Tengah dia membuka baju , tanpa sedar dia tertekan punat merah pada alat kawalan itu , menyebabkan pintu biliknya tertutup rapat . Tidak ada sesiapa boleh masuk melainkan dia sahaja .

" Abang okay tak ni ? " soal Helina panik .

Membantu Qayyum berdiri . Memapah lelaki itu ke katil . Sudahlah badan Qayyum tinggi , tegap berbeza dengan dirinya yang kecil dan kurus itu . Bila-bila masa saja mereka boleh jatuh .

" Duduk sini jap , Ara nak ambil kit " pesan Helina tegas .

Qayyum dia saja . Dia ketap gigi apabila rasa sakit itu menyengat kembali . Seakan merobek tulang dia dari dalam .

" Fuck ! Leonard ! " makinya dengan suara tertahan .

Helina kembali bersama kit ditangan dia . Badan Qayyum disentuh perlahan , mata dia fokus melihat kesan lebam , calar pada tubuh lelaki . Dia cukup kenal kesan itu . Pasti bergaduh .

Wajah Qayyum dicuci terlebih dahulu , menghilangkan kesan darah kering pada wajah kacak itu . Setelah mencuci semua luka itu , botol antiseptik dicapai olehnya . Dituang sedikit ke atas kapas .

Rahang keras Qayyum dipegang dengan jari runcingnya . Mata Helina tidak lari dari wajah kacak itu . Fokus . Sesekali dia mengerut dahi apabila melihat sedikit calar di pipi kanan lelaki itu .

Qayyum dalam diam memerhati wajah cantik itu . Inilah bidadarinya . Bakal permaisuri hati dia . Bakal ibu untuk anak-anak dia . Keluarga mungkin mereka menganggap mereka seperti abang-adik tetapi tidak bagi dia . Dia menganggap lebih dari itu .

Dia mula merancang sesuatu . Nak menundukkan seorang Helina bukan senang . Kena ada strategi .

" Dah siap " .

Qayyum tersedar . Dia memandang Helina yang senyum depan dia . Kapas mempunyai kesan darah dikumpul lalu dimasukkan ke tong sampah bersebelahan meja lampu itu .

" Abang gaduh dengan sape pulak ni ? " soalnya ingin tahu .

Qayyum terdiam . Tidak tenang dia direnung sebegitu . Segera wajah dikalihkan . " Erm- drunked man " tuturnya sepatah .

Helina angguk .

" Ara keluar dulu . Kalau nak apa-apa panggil je , kit ni Ara letak sini tau . Abang rehatlah dulu , nanti mami hantar makanan untuk abang " .

Qayyum memandang saja pemergian Helina . Mujurlah dia sempat punat hijau pada alat kawalan itu . Tepi bibirnya disentuh , plaster coklat itu diusap perlahan .

" My Bambolina ... " .



Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

23K 2.1K 25
Orang kata, perempuan yang masuk bidang ketenteraan adalah manusia paling gila dan berani mati. Dianggap bersifat lemah dan semestinya tingkah laku f...
903K 36.8K 101
Pertemuan yang tidak disengajakan antara Damian dan Kaisara telah merubah hidup mereka berdua. "Do i look like a murderer to you?" Soal Damian. "To...
47.9K 4.7K 25
Qaleef Akhtar x Aireen Qaisara To be honest, cikbunga tak fikir lagi sinopsis dia. Tunggu separuh cerita baru cikbunga up sinopsis dia okay! Sekarang...
576K 22K 53
"Yang disangka racun rupanya hanya la sekadar penawar" "Selamat datang, adik tiriku." - Tuanku Daeen Mateen Nakal, bebal, miang. Itu yang dapat Bunga...