Alastair Owns Me

By nisaafatm

5.7M 550K 164K

[SUDAH TERBIT DI COCONUTBOOKS, PART TIDAK DIHAPUS] Kebodohan terbesarku adalah membantu dirinya untuk mendapa... More

PROLOG
'AOM ; 1'
'AOM ; 2'
'AOM ; 3'
'AOM ; 4'
'AOM ; 5'
'AOM ; 6'
'AOM ; 7'
'AOM; 8'
'AOM; 9'
'AOM; 10'
'AOM; 11'
'AOM; 12'
'AOM; 13'
'AOM; 14'
'AOM; 15'
'AOM; 16'
'AOM; 18'
'AOM; 19'
'AOM; 20'
'AOM; 21'
'AOM; 22'
'AOM; 23'
'AOM; 24'
'AOM; 25'
'AOM; 26'
'AOM; 27'
'AOM; 28'
'AOM; 29'
'AOM; 30'
'AOM; 31'
'AOM; 32'
'AOM; 33'
'AOM; 34'
'AOM; 35'
'AOM; 36'
QNA with Alastair
'AOM; 37'
'AOM; 38'
EPILOG
New Story
QNA!
OPEN RP
VOTE COVER & SPOILER!
FINAL COVER & INFO TERBIT!
BONUS PO!
HARGA NOVEL AOM PRE ORDER!
PO KE-2?!
ROAD TO PO BATCH 2
BONUS & HARGA!!!
BESOK PO KE-2!

'AOM; 17'

92.1K 11K 2.6K
By nisaafatm

ALASTAIR ditolak.

Pertama kali mengetahui itu aku merasa lega. Terdengar egois memang tetapi aku tidak bisa membohongi perasaanku.

Setelah mengetahui semuanya, aku merasa bersalah. Sangat, sangat bersalah apabila aku merasa bahagia setelah mengetahui Alastair ditolak. Tolong jangan menghakiminya apalagi Ayra.

Bayangkan saja orang yang kamu taksir hampir tiga tahun lamanya namun sekalinya mengungkapkan perasaan malah ditolak. Aku benar-benar tidak bisa berkata-kata setelah mengetahui itu. Ternyata, di balik aku yang menyukainya, Alastair sudah lebih dulu mengidamkan orang lain.

Ayra yang memberitahukanku.

Semuanya.

Saat aku tidak sengaja bertemu dirinya di ruang inap Ibuku.

Kala itu, saat aku datang. Aku bertemu Ayra di sana sedang menemani Ibuku. Kaget? Tentu saja, begitu pun dengan dia. Saat kutanya ke mana Gilang pergi ia menjawab dengan nada khasnya yang kelewat lembut kalau Gilang sedang membeli sesuatu di luar.

"Lo dan Gilang?"

"Iya." Aku mengernyit dengan jawabannya.

"Kalian berdua pacaran?"

Dia terlihat tersenyum. "Iya."

Spontan aku kaget mengetahuinya. Jadi, bagaimana dengan Alastair? "Alastair?"

Demi Tuhan. Aku memang iri dengan apa yang dimiliki Ayra namun aku tidak pernah sekali pun berpikir kalau dia itu cewek jahat.

Kulihat Ayra masih mempertahankan senyumnya. "Cakra ... dia baik. Baik banget malah, tapi gue ngerasa kalau kita gak cocok."

Sekali lagi kukatakan bahwa aku tidak mengerti perasaan dan jalan pikiran orang lain. Untuk ukuran diriku yang haus akan cowok ganteng dan yah melihat bagaimana berpengaruhnya Alastair di sekolah. Apa ada alasan untuk menolaknya? Tetapi kembali lagi, bahwa setiap hati punya nyaman yang berbeda.

Kekehanku keluar begitu saja. "Dari segi apa? Jangan bilang lo diancam Gilang buat nerima dia."

Ayra langsung menggerakan kedua tangannya tanda bahwa ia tidak setuju dengan pernyataanku. "Nggak sama sekali."

"Percaya sama gue, Cakra gak semanis yang lo kira."

"Dan Gilang gak sebaik yang lo pikir."

Ayra menangkup kedua pipiku. "Gue tau lo gak begitu deket sama Gilang. Dia kasar. gue benerkan?" Aku mengangguk cepat yang membuatnya tersenyum. "Gue kenal dia dari gue SMP, deket banget dan dia gak pernah main tangan sama gue."

"Ra, gue bukannya gak setuju lo sama Gilang. Tapi, gue ... gak mau lo ikutan jadi korban. Hari ini lo bisa bilang gitu gak tau kedepannya kayak gimana."

"Terkadang lo harus jadi penyebab dia berubah."

Kuhembuskan napasku kasar dengan dia yang melepaskan tangkupannya. "Gue gak setuju lo bilang Alastair dingin."

Kali ini Ayra yang terkekeh. Anggun sekali. Wajar sih kalau Gilang dan Alastair jungkir balik memperebutkannya. "Kenapa gitu?"

"Dia baik sama gue."

"Gue minta maaf harus ngomong ini, tapi gue kayaknya harus bilang biar kedepannya lo gak salah paham lagi."

"Kenapa emang?"

"Dia pernah ceritain lo ke gue, yang gue balas kalau dia gak boleh ketus dingin atau pun segala macam yang bikin lo gak nyaman." Dia menatapku. "Gue kira dia gak ngelakuin apa yang gue bilang ternyata dia bener-bener lakuin."

Mendengar jawaban Ayra benar-benar membuatku paham bahwa Alastair tidak main-main dengan perasaannya sampai-sampai ia rela keluar dari zona nyamannya.

"Kalau sama Cakra, gue kayak gak bisa berekspresi. Karena dari sononya gue orang yang pasif jadi agak susah buat nyatu sama dia yang dingin." Aku jadi tiba-tiba mengingat saat bertemu Alastair di depan mading kala itu. Iya, saat aku tidak sengaja menginjak kakinya. Dia benar-benar terlihat dingin memang. Tidak salah lagi.

"Ra, Alastair suka sama lo gak main-main buktinya dia rela keluar dari zona nyaman hanya karena lo ngomong gitu."

"Iya, dia emang gak main-main buktinya dia setia suka sama gue dari kelas sepuluh. Tapi kembali lagi kan, lo gak bisa maksain hati orang."

"Jangan buat lo nyesel sendiri, Ra."

"Emang lo mau gue terima Alastair lo itu?."

"Eh apaan sih?!"

"Gue udah tau kali dari Gilang."

"Katanya lo harus jadi penyebab dia berubah?"

Aku tidak tahu kalau Ayra ini sebaik apa karena dilihat dari senyumnya saja, menenangkan sekali. "Dan gue bukan orang yang tepat buat dia berubah."

"Gue apalagi."

Dia terkekeh manis. "Semangat!"

"MARKONA! BAYAR UTANG LU NYING!"

Aku tertawa saat Reindra dengan nada kesalnya menagih utang Mario yang sudah menunggak 2 minggu.

Pukul setengah empat sore di koridor sekolah aku berjalan bersama ketiga sahabatku juga pacar mereka. Tanpa Alastair dan Dipo.

Ghea yang dirangkul bebas oleh Mario terlihat melepaskan rangkulan cowok itu. "Bayar utang kamu! Jangan taunya minjem aja."

"Iya, Yang. Besok janji gue bayar."

"Paling besok lo pura-pura lupa lagi." Billy menyambar yang membuat Cani mencubit pelan lengannya.

Tidakkah para pasangan-pasangan ini terlihat bahagia?

"Awas aja besok lo gak bayar, Mar. Gue buatin spanduk di tengah lapangan terus gue tulis tagihan gue di sana."

"Bilangin ke Cakra aja kali, paling besok tuh anak yang bayarin." Perkataan Billy membuatku spontan menoleh yang membuatnya menoleh padaku, juga. "Apa lo? Kaget? Lo tau kan bos lo itu orang kaya? Utang Mario mah kecil buat dia."

"Ya gak gitu juga keles," jawabku.

"Gila lo Bill, kalau lo laporin yang ada gue diturunin dari jabatan secara tidak terhormat, gembel!"

"Makanya dibayar!" Jessica angkat bicara yang membuat Mario menyentil dahinya.

"Bacottt."

Jujur, aku bahagia melihat mereka. Rasanya seperti mendapat keluarga baru. Walaupun Jessica itu pacar Reindra akan tetapi Mario tidak akan segan-segan menjahili atau pun menentang apa yang dikatakan Jessica begitu pun dengan yang lain. Bahkan kurasa Ghea sudah biasa melihat pacarnya itu menjahili dan menggoda sahabat-sahabatnya.

Terkadang kalau aku hendak pulang bersama Ghea dan Mario, cowok itu akan merangkul Ghea di sisi kanannya kemudian merangkulku di sisi kirinya tanpa rasa bersalah sedikit pun pada pacarnya. Ya, aku lebih dari tahu kalau Mario itu sudah menganggap aku, Jessica dan Cani adalah adik-adiknya.

Mario suka sekali berujar saat kami sedang di mobil bertiga. "Gue gak bakal pretelin cowok yang deketin lo kecuali sahabat gue."

Entah apa yang memotivasinya mengatakan itu. Mungkin saja karena sahabat-sahabatnya sudah ia ketahui seluk beluknya luar dalam jadi ia bisa menjaminnya.

"Lo yakin nih gak bareng kita pulangnya?" Pertanyaan Jessica kuangguki dengan cepat. Jadi, di antara aku dan ketiga sahabatku itu yang paling muda itu Cani, kemudian Ghea, disusul aku kemudian terakhir Jessica.

"Iya. Lo gak liat apa gue gak bawa tas?"

"Terus lo mau kemana nyet?"

"Mau beli makanan di luar titipan anak dance." jawabku santai. "Udah sana hus!"

"Pulang langsung pulang yah Than." Aku tersenyum sembari mengangguk mendengar perkataan Cani.

"Bentar-bentar, gue telepon orang dulu." Mario menghentikan kami, kemudian ia telihat serius menelpon dengan seseorang dari kejauhan lima meter dari kami. Tidak cukup lima menit cowok itu kembali.

"Bimo sama Erza anak dance juga, kan?"

Pertanyaan Mario membuatku mengangguk. "Kenapa emang?" Bimo dan Erza itu teman ekskulku yang berada di tingkatan yang sama.

"Tuh 2 yang bakal pantau lo selama di sekolah hari ini."

"Woy! Hey! Apaan sih!" Kesalku saat Mario dan yang lainnya mulai mendekati mobil mereka masing-masing.

"Bimo sama Erza itu anak buahnya Cakra. Masalah?"

"Ya gak gitu juga! Woy!" Mario tidak menghiraukanku dan lebih memilih melambaikan tangan saja sembari ia memasuki mobil.

Gila! Mereka memang gila!

Klakson mereka beriringan berbunyi saat meninggalkanku di pelantaran parkiran tanda bahwa mereka akan pergi. Kulambaikan tanganku tak lupa meneriakkan kata 'hati-hati'.

Kulangkahkan tungkaiku menuju rumah makan di luar halaman sekolah. Namun di gerbang aku melihat seseorang yang akhir-akhir ini memenuhi pikiranku, Ayra.

Ternyata cewek itu sedang menunggu sesuatu di depan gerbang. "Nungguin siapa?"

"Tuh." Dia menunjuk dengan dagunya sebuah mobil merah yang baru saja sampai di depan kami. Senyum Ayra mengembang kala si pengendara turun dari mobil.

"Cepetan pulang!" Baru saja selangkah keluar ia sudah dengan kasarnya menyuruhku pulang. Ayra menegurnya agar tidak seperti itu padaku.

"Gak mau barengan Than? Lo mau pulang juga, kan?"

"Gak usah, dia biasanya pulang naik angkot kok." Aku mendengus mendengar perkataan Gilang.

"Ah, iya, Ra. Soalnya gue ada latihan dulu." Dia mengangguk. Kemudian berpamitan untuk pulang lebih dulu.

"Hati-hati," ujarku seraya melambaikan tangan.

"Saya baru tau kalau kamu emang seegois itu." Aku spontan menoleh ke belakang.

Alastair.

Aku berlari ke arahnya dengan perasaan campur aduk. Kemudian, berusaha untuk menahannya. "Al! Al, lo ng-" Alastair tidak ingin mendengarkan penjelasanku.

Aku benar-benar merasa bersalah.

Yakin seratus persen kalau Alastair pasti mengira aku terlalu egois.

"Al, pliss, gue-"

"Gue apa?" Cowok berjaket hitam ini berhenti dari pergerakan mengeluarkan motornya dari kukungan motor-motor lain.

Rasanya lidahku kelu apalagi melihat kedua bola matanya yang tajam. "Gue-"

"Gue terlalu egois? Iya?"

"Al! Pliss." Tanpa mau mendengarkanku lagi. Alastair melajukan motornya meninggalkanku dengan penuh rasa bersalah.






TBC.
Hayoloh yang kesel sama Ayra kemaren?!

Besok, tahun depan! Happy New Year gengs!

nisaafatm

Continue Reading

You'll Also Like

126 74 37
"Maafkan aku, tapi aku...Aku tak bisa menyimpan rasaku," sekilas Gabriel tampak begitu gugup, karena Shaquilla menatapnya dengan mata berkaca-kaca...
2.6M 149K 41
DILARANG PLAGIAT, IDE ITU MAHAL!!! "gue transmigrasi karena jatuh dari tangga!!?" Nora Karalyn , Gadis SMA yang memiliki sifat yang berubah ubah, kad...
2.5M 293K 34
GERALDMARSYA by PoppiPertiwi | Gerald Tangkas Negara. Semua orang mengenalnya dengan perawakan murid laki-laki bertubuh besar dengan gelar Ketua Geng...
Adam By Boss C

Teen Fiction

1.3M 7.2K 1
Menerima perjodohannya dengan Adam Baron Pranaja, adalah sebuah keputusan paling salah di dalam kehidupan Hawa Aliandra Bramantyo. Dia harus melepask...