Our Baby [ Ryujin ❣ Hyunjin ❣...

By NurulAdha3

20K 1.6K 235

Beberapa part pada setiap cerita saya di-private, silahkan follow sebelum membaca😊 He is our big baby Jiny... More

Jiny
Hyunjin
Yeji
Ryujin
Jiny
Ryujin
Hyunjin
We've Married [rate M 18+]
Ryujin
Jiny
Jiny?
Yeji

Jiny

1.6K 101 8
By NurulAdha3

🍭🎂🍨🎂🍨🎂🍨🎂🍨🎂🍨🎂🍨🍭

🍭🍨🎂Baby Jiny🎂🍨🍭

Hyunjin terkejut karena tidak sengaja kembali bertemu dengan Jiny saat ia melintasi pinggir sungai Han. Anak itu tampak ingin menyeburkan diri di sungai Han. Sontak Hyunjin berlari ke arahnya dan menarik tangannya kuat sampai tubuh Jiny menimpa Hyunjin. Hampir saja mereka masuk bersama ke dalam sungai Han yang dingin karena sekarang adalah musim gugur.

"Ya!!! Apa kau gila"

Jiny yang masih tidak mengerti tiba-tiba terlonjak kaget mendengar bentakan orang di depannya. Jiny takut melihat wajah orang itu, tubuhnya bergetar karena raut wajah Hyunjin yang mengintimidasinya.

Sementara Hyunjin mulai menyadari raut wajah orang di hadapannya mulai berubah sedih, matanya berkaca-kaca, dan ia menunduk tidak berani menatap Hyunjin. Ia yakin anak ini yang menolongnya dua bulan lalu dari kejaran orang. Tetapi tampaknya Jiny kelihatan lebih kurus dan lesu.

Tidak bisa disebut yang menolongnya karena Hyunjin lah yang saat itu datang untuk menolong Jiny.

Hyunjin tidak menyangka setelah ia melihat lebih teliti di balik tutup hoodie yang dipakai anak itu, ternyata kepala anak itu botak tanpa sehelai rambut pun. Wajahnya pucat, tubuhnya sangat kurus, tampak dari lehernya yang kecil dan ia beraroma kurang sedap.

"Maaf" ucap Hyunjin ragu.

Jiny menoleh dan menatap Hyunjin yang duduk di sampingnya. Ia tidak mengingat Hyunjin sedikitpun. Tetapi mendengar suara Hyunjin yang lembut padanya membuat rasa takutnya berkurang.

"Maaf, aku tidak sengaja membentakmu"

"Iya" ucapnya pelan.

Ia akan bersikap ramah dengan orang baru yang mengajaknya berbicara dengan lembut walaupun masih sedikit terkejut.

Jiny menatap wajah Hyunjin dengan matanya yang polos dan berbinar.

Entah mengapa Hyunjin merasa senang melihatnya.

"Kamu masih mengingatku?"

"Siapa, Jiny tidak tahu" jawabnya dengan suara imutnya.

"Aku..." "Ah sudahlah tidak penting" "Mengapa kamu sendiri di sini? Kamu ga takut"

Jiny menggeleng polos. Matanya tiba-tiba tampak berkaca-kaca.

"Jiny harus berani" "Siapa nama kamu, bagaimana Jiny memanggilnya?"

"Hyunjin, namaku Hyunjin"

Jiny mengangguk pelan. "Hyunjin"

Hyunjin terus memperhatikan anak yang waktu itu ia lihat sangat berbeda dari yang sekarang ia lihat. Waktu itu anak ini tampak chubby dan perutnya buncit.

"Hyunjin boleh Jiny bertanya lagi?"

"Ya" jawab Hyunjin ragu.

"Apakah Jiny boleh mandi di sana?" tangannya menunjuk sungai Han yang ada di depan mereka.

"Mandi? Itu bukan tempat untuk mandi" suara Hyunjin mengeras mengatakannya. "Jadi kamu ingin menyebur ke dalam sungai itu untuk mandi, agh aku bisa gila dengan pemikiranmu itu"

Jiny tampak bingung dengan segala perkataan Hyunjin yang tidak dimengertinya.

"Tapi Chan hyung mengatakan Jiny harus mandi di sana biar tidak bau lagi"

"Chan hyung, siapa orang gila yang menyuruhmu mandi di sana?" raut wajah Hyunjin tampak kesal setelah mendengar perkataan Jiny.

"Hyunjin, apakah Jiny bau?"

"Ya, kamu emang sedikit bau, kenapa?"

Jiny menunduk, bibirnya mengerut dan airmatanya menetes.

Hyunjin semakin panik melihatnya, karena ia tahu anak ini akan sulit diam jika sudah menangis.

"Jiny bau, Jiny harus mandi di sana agar tidak bau"

"Ya! Kamu ga perlu mandi di sana. Mandi di rumah jangan di sana!"

Jiny menangis semakin keras padahal Hyunjin tidak membentaknya.

Hyunjin merasa sangat kasihan melihat Jiny menangis di depannya. Ia pun langsung memeluknya.

"Tenanglah, aku tidak marah"

Jiny memeluknya erat sekali, dengan tubuhnya yang gemetar. Hyunjin ikut merasa hatinya bergetar karena tangisan Jiny.

"Ya! Kamu kenapa? Aku ikut sedih" ucap Hyunjin frustasi.

"Jiny.. hiks" Jiny menangis sesenggukan.

"Jiny diantar ke sini agar mandi di sana. Bukankah Jiny akan pergi setelah mandi di sana?"

Ia mengerti, siapa orang jahat itu

Hyunjin mengusap punggung kurus Jiny yang masih menangis. Ia sadar sekarang mengapa anak ini menangis. Keluarganya tidak mengharapkannya lagi.

"Kamu tidak boleh mandi di sana, kamu ke rumahku saja"

Tangisan Jiny sedikit mereda. Ia pun menatap wajah Hyunjin dengan matanya yang berkaca-kaca.

"Jiny mau ke rumah Hyunjin"

Hyunjin tampak berpikir kembali, karena Hyunjin tidak hidup sendiri lagi, Yeji tinggal bersamanya sekarang. Tetapi ia sangat kasihan melihat Jiny sehingga ia hanya mengangguk.

Jiny tersenyum padanya.

Saat di perjalanan ke rumahnya, Jiny terus memegang tangan Hyunjin. Dan itu membuatnya sedikit malu pada orang-orang yang melihat mereka sepanjang jalan.

"Jiny, sebaiknya kamu tidak terlalu menempeliku"

"Jiny takut"

"Ah baiklah" "Omong-omong kenapa kepalamu botak"

"Kepala Jiny?"

"Iya, itu namanya botak?"

"Jiny tidak tahu, mereka...uhm..gunting....rambut Jiny ga ada lagi" jawabnya polos.

Hyunjin merasa curiga.

"Bukan karena kamu sakit atau alasan lain, tubuhmu juga kurus"

"Jiny tidak mengerti"

"Aishh siapa orang-orang tanpa rasa kemanusiaan itu?" Rasanya Hyunjin ingin mengumpat tetapi ia tidak mau mengumpat di depan Jiny.

"Uhmm" Jiny tampak bingung.

Hyunjin yang salah jika bertanya pada Jiny, ia tidak akan mengerti pertanyaan rumit seperti itu. Bagi Hyunjin tidak rumit tetapi rumit bagi Jiny.

"Tidak apa-apa jika kamu tidak mengerti"

Hyunjin membawa Jiny ke rumahnya dan Yeji. Ya sekarang rumah itu milik berdua sejak Yeji mengandung anak Hyunjin.

"Kenapa? Rumahku sangat kecil ya"

"Hyunjin sendiri, apa tidak takut?"

"Nggak, aku tidak sendiri, aku punya istri"

"Istri apa?"

"Ah tidak, kamu tidak akan mengerti"

Jiny hanya mengangguk imut.

Setelah satu menit berlalu.

"Jiny mau jadi istri Hyunjin" ucapnya.

Hyunjin sontak tertawa terbahak. Lalu ia mengusap kepala Jiny yang tertutup hoodie lembut.

"Kamu polos sekali"

Jiny tersenyum mendengar tawa Hyunjin. Ia menganggap itu pujian karena Hyunjin tersenyum saat mengatakannya dan mengelus hoodienya.

"Ya udah, duduk di sini"

Hyunjin menyuruhnya duduk di satu-satunya sofa di rumahnya.

"Kamu mau minum apa? Soda, bir, soju, jus semua ada di sini" "Astaga aku lupa, apa kamu minum susu?"

"Jiny minum apa saja"

"Oh baiklah, kamu mengerti keadaanku"

Hyunjin pun mengambilkan segelas air putih untuk Jiny dan memberikannya. Saat ia kembali dari dapur ia sangat terkejut melihat Jiny yang telah membuka tutup hoodienya. Sebagian kulit kepala anak itu biru dan lebam, seperti lingkaran biru besar di belakang kepala dan di puncak kepalanya. Beberapa sisi kanan dan kiri ada yang masih terlihat merah seperti lebam baru dan beberapa lagi membiru dan terlihat sangat menyakitkan.

"ASTAGA! KENAPA KEPALAMU???"

Jiny terkejut mendengar suara keras Hyunjin.

Jiny lalu memegang kepalanya pelan.

"Sakit" ucapnya sangat pelan. Raut wajah Jiny terlihat takut dan jarinya mulai bergetar.

Hyunjin yang melihatnya langsung memegang tangan Jiny dan menggenggamnya.

"Tidak, tidak perlu takut"

Jiny menunduk dan airmatanya menetes.

Kali ini Hyunjin diam melihat Jiny menangis, jujur ia juga ingin menangis melihat anak ini. Ia merasa sangat sedih melihatnya walaupun Jiny adalah orang asing.

Hyunjin menyentuh pelan kepala itu dan hatinya merasa perih. Lebam itu sepertinya disebabkan oleh benda tumpul. Hyunjin yakin Jiny mengalami kekerasan fisik yang sangat berlebihan dan kejam.

Hyunjin memberikan minum yang dibawanya untuk Jiny. Lalu membantu Jiny menuangkan air ke mulutnya dengan pelan.

"Kenapa?" Hyunjin terkejut.

Jiny hanya diam.

Hyunjin tahu bahwa Jiny masih ketakutan untuk mengatakannya.

"Hyunjin terimakasih"

Hyunjin mengangguk. Masih sambil memperhatikan Jiny.

"Mengapa wajahmu sangat mirip denganku?" tanya Hyunjin mengalihkan pembicaraan agar Jiny merasa nyaman kembali.

"Hyunjin bilang apa?"

"Tidak, oh ya kamu sudah makan? Aku punya roti jika kamu mau"

"Jiny mau" ucapnya. Hyunjin pun memberikan sebungkus roti sobek yang ia katakan pada Jiny. Jiny pun memakannya seperti orang kelaparan, ia juga menawarkan roti itu pada Hyunjin. Tetapi Hyunjin tidak mau.

"Kamu tidak mau? Semuanya untuk Jiny?"

"Iya, habiskan saja, di lemari dan di kulkas masih ada makanan, kamu bisa memakannya"

Jiny tidak menanggapi Hyunjin hanya sibuk makan dengan belepotan, sampai coklat menempel di wajahnya.

"Pelan-pelan, wajahmu jadi belepotan"

Jiny hanya tersenyum menatap Hyunjin.

"Rotinya enak sekali"

"Kamu orang kaya tapi seperti ini, seperti orang kelaparan"

Tampaknya Jiny tidak mendengar perkataan Hyunjin, ia terlalu fokus memakan roti-roti itu.

"Aigoo kiyopta" Hyunjin mengusap-usap kepala Jiny. Ia merasa mempunyai adik yang imut.

Hyunjin kemudian tersadar.

Barusan aku ngapain?

Setelah makan roti, Jiny terlihat mengantuk, Hyunjin mengerti anak ini pasti sangat kelelahan dan sakit. Ia tidak tega membiarkan Jiny tertidur di karpet putihnya, sehingga ia menggendong Jiny yang ternyata sangat ringan ke kamarnya yang jarang digunakannya lagi. Karena ia dan Yeji biasanya tidur di ruang utama.

Melihat wajah polos dan kecil itu, Hyunjin kembali merasa iba. Untuk ukuran orang dewasa seperti Hyunjin, wajah Jiny masih sangat putih, mulus, tanpa kerutan dan jerawat.

Bagaimana orang tega menyakiti seseorang seimut dan sepolos ini.

Aku harus menolongnya karena ia tidak mungkin mampu menyelamatkan dirinya sendiri dengan keterbatasannya.

Aku juga akan mencari tahu siapa anak ini sebenarnya, dan mengapa ia sangat mirip denganku

***

Continue Reading

You'll Also Like

308K 3.5K 79
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
416K 33.7K 65
"ketika perjalanan berlayar mencari perhentian yang tepat telah menemukan dermaga tempatnya berlabuh💫"
56.1K 6.9K 31
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
90.1K 11K 35
'benci bisa jadi cinta loh, cantik' 'apaan, diem lu' 'aduh, malu malu ih si geulis' 'gue laki ya, jangan main cantik-cantik lu' 'tapi lu emang cantik...