Querencia

By mafiakangkung

287K 32.6K 23.3K

[š™Šš™£ š™‚š™¤š™žš™£š™œ] #š’šžšŖš®šžš„ šØšŸ š’šžš¦šžš¬š­šžš« šŸ– š˜˜š˜¶š˜¦š˜³š˜¦š˜Æš˜¤š˜Ŗš˜¢ (š˜Æ.) š˜¢ š˜±š˜­š˜¢š˜¤š˜¦ š˜§š˜³š˜°š˜® š˜øš˜©... More

Mukadimah - Casts
Q01. Masuk Angin?
Q02. Semanis Sirup Kurma
Q03. Bekas Luka
Q04. Menjadi Raden Yang Baru
Q05. Gak Sesederhana Itu, Ananda!
Q06. Di Ujung Derita
Q07. Kado Terindah
Q08. Ananda & Raden Menuju Bahagia
Q09. Long "Dipingit" Relationship
Q10. Get Ready with Pengantin Baru
Q11. Panggil Mereka Ayah & Bunda Meong
Q12. Susu Murni Nasional
Q13. Bye-bye Raden Byutipul
Q14. Welcome Baby Girl
Q15. How to Fight Raden Wonwoo
Q16. Ketika Dominan Didominasi
Q17. Raden Miyu Maurasena
Q18. Officially Hot Daddy
Q19. Ayah dan Bunda, Mengapa Aku Berbeda?
Q20. Kapan Kerja Lagi?
Q21. Teror Paket Online
Q22. Teori Kebahagiaan Miyu
Q23. Nyicil Target Hidup
Q24. Happy Anniversary
Q25. Home...Home...Home...
Q26. Halo, Gigi Susu!
Q27. Ada Apa Denganmu?
Q28. Call Me Manjalita
Q29. Move Like Jaeger!
Q30. Manusia Pentol Korek Api
Q31. Bye, S2. Welcome New Member!
Q32. Kudeta Mbakyu Miyu
Q34. Beruang Ngamuk
Q35. Beruang Ngamuk [v.02]
Q36. Rindu Dibayar Nyicil
Q37. Bentuk Cinta
Q38. Anak Pertama
Q39. Resolusi Baru
Q40. Jalan Jaegerku
Q41. Cinta Salah Alamat

Q33. Little Ananda

5.9K 575 552
By mafiakangkung

Miyu cayang, tau nggak bedanya kamu sama kuburan?

=============

Rintik hujan yang mengguyur bumi sepertinya tak hanya menebar basah, namun juga menyiram hari mendung yang hakikatnya dijalani penuh semangat malah dipenuhi kemageran level dewa.

Begitu yang dirasakan oleh penghuni kediaman di Ciputat Raya yang sedang bersantai ria. Tubuh yang lelah rebah di kasur saling berpelukan mesra. Oknum yang berkulit cokelat manis misalnya, sengaja membiarkan tubuh bongsornya bersandar di tumpukan bantal sementara di sisi kiri tangan berototnya dipeluk posesif oleh sang pujaan hati yang berubah menjadi sangat manja.

Siapa lagi jika bukan Buna Meong kita tercinta—Raden Wonwoo yang sedang hamil anak kedua.

Memasuki kehamilan bulan ke-5, drama tak kunjung reda. Malah rasanya makin bergantung pada Mingyu yang mau gak mau lebih banyak kerja di rumah aja. Antisipasi jika Raden tercinta mendadak merajuk ingin tidur sambil dipeluk atau dipijit. Karena for your information guys, hamil itu nggak semudah keliatannya.

Perubahan mood sudah pasti akan selalu ada, tapi kehamilan si adek baby kali ini membuat Mingyu yang udah mengantongi tips dan trik dari pengalaman Miyu dulu mendadak jadi newbie. Mingyu ikutan panik kalo Wonwoo udah mual-mual dan sampe muntah saat makanan yang dulunya jadi favorit zaman kuliah disebut. Padahal baru namanya aja loh yang disebut, belum ke aromanya. Tapi Buna Meong udah menderita duluan dengan memuntahkan makanan yang bahkan diisinya pun harus melibatkan asas penuh paksaan.

Ya gimana nggak, bayangin aja kalo Mingyu gak ada inisiatif nyuapin mungkin Wonwoo gak akan dapat asupan setiap harinya. Kebalikan dengan Mingyu yang nafsu makan berlipat ganda bahkan sering menghayal makan sesuatu yang ekstrem. Kerjaan Mingyu di waktu luang pasti bereksperimen membuat resep baru di dapur dan mengabadikannya sebagai konten mukbang.

Wajar kalo pipinya semakin terlihat gembul, sebab si calon bapak anak dua bener-bener menikmati masa ngidam. Padahal kalo boleh jujur, Mingyu gak tega melihat Wonwoo sekarang yang lebih kurus dari saat kehamilan Miyu menderita karena sama sekali gak bisa menikmati makanan. Sementara di dalam perutnya ada buah cinta mereka yang harus mendapat asupan nutrisi agar dapat tumbuh dan berkembang.

Maka, di tengah keheningan kamar dan fokus mengecek konten yang baru diunggah, Mingyu tak henti-hentinya mengelus jemari Wonwoo yang sedang digenggam. Begitu pun Wonwoo yang belum mengantuk, menatap laptop serta membalas elusan Mingyu yang menenangkan setelah satu jam tadi bolak-balik WC karena memuntahkan makanan.

Setidaknya dalam satu jam terakhir Wonwoo merasa lebih mendingan. Baik itu sentuhan, aroma tubuh, dan kehadiran Mingyu yang dibutuhkannya selalu berhasil menyembuhkan.

“Emang enak keju mozarela dicampur cakwe, Nda? Kok Raden cobain kemarin kayak nelen karet ya? Aneh rasanya—ugh.”

Tuh kan, hampir mau muntah lagi ketika Wonwoo mengingat eksperimen Mingyu yang makin sotoy dalam dunia kuliner. Kayaknya Chef Arnold bakalan ngamuk kalo tau ada perpaduan resep makanan super nyeleneh dan ngawur ala Hot Daddy yang mewakili masa ngidam Wonwoo.

Sama sekali gak masuk akal. Mana sekarang Wonwoo nyicip kuah bakso aja langsung berubah pias. Bener-bener nggak ngerti lagi harus makan apa selain nyemilin buah yang asam dan makanan pedas. Untuk mengonsumsi olahan sayur dan daging aja harus menunggu mood jika memang Wonwoo udah bener-bener kelaparan.

“Nah loh mual lagi,” Mingyu memijat tengkuk dan mengelus puncak kepala Wonwoo yang kini menyembunyikan wajahnya di bantal. “Padahal Ananda udah bilang mending bobok aja, kasian ih Raden sama adek beibinya.”

Wonwoo mencebik dengan mata berkaca-kaca. Hendak menangis lagi. “Gak ngantuk, Nda. Raden mau nemenin Ananda emang gak boleh ya?”

“Boleh sayang, boleh bingits. Tapi pas liat makanan aja Raden udah mual. Mana tadi malem pasti begadang kan gara-gara Miyu gak mau bobok?”

“Biarin ah, orang masih seger disuruh bobok. Ananda lanjutin aja edit-editnya, kalo misal Raden mual lagi kan bisa ganti fokus ke modelnya yang lagi makan, hihi.”

“Dasar istriku! Padahal ada yang lebih nyata bentuk fisiknya di depan mata, kenapa kudu liatin yang di layar?”

“Gak papa dong, Raden juga pengin tau seganteng apa Ananda yang fansnya sekarang di mana-mana kalo di depan kamera.”

“Hiiiih, gemes deh aku sama kamu. Cium juga nih—atau mau Ananda perkosa lagi?”

“Jangan duluuuuu. Sembarangan deh Ananda mau perkosa-perkosa, adeknya Miyu aja belum lahir masa mau dihamilin lagi.”

“Hehehe, abis Raden kebiasaan kalo lagi hamil langsung amnesia. Padahal dulu yang minta pengin adek beibi sampe ngedip-ngedip centil setiap malam siapa coba? Untung Ananda sayang, untung juga bikinnya enak.”

“Bicik ah Ananda!” cubitan di pipi dari Wonwoo yang tersipu. “Nggak usah ungkit masa lalu deh, toh yang paling penting adek beibinya sekarang udah ada di sini. Raden beneran nggak sabar deh nunggu 4 bulan lagi, kira-kira adek lebih mirip Raden atau Ananda lagi ya?”

“Kalo kayak Ayah Nda lagi gimana? Nanti ada 3 Ananda di rumah kita, sayang.”

Dan Mingyu terkekeh jahil saat Wonwoo mengerutkan kening hendak protes. Gak terima jika iya adek baby akan mengikuti jejak Mbayu yang wajahnya sangat Ananda Mingyu sekali. Kurang apa lagi coba pengorbanan Wonwoo yang udah lewatin drama ngidam, hamil, dan melahirkan selama 9 bulan? Tapi saat bayi yang dinanti-nanti say hi pada dunia, lagi-lagi secara fisik merupakan cetakan Mingyu persis tanpa satu unsur pun dibuang.

Rasanya mau marah aja! Tapi karena Wonwoo sedang hamil dan hari-harinya diliputi hormon yang ada isak tangis datang sedetik kemudian.

“Loh, kok Buna nangis sih? Ananda salah bicara ya?”

“Ananda nggak ngerti rasanya jadi Ibu mengandung tapi baby malah mirip Ayahnya!”

“Ya masa mirip anak tetangga? Kan yang hamilin Ayahnya. Kasus yang sama terjadi pada Ananda. Karena yang Ananda hamilin Raden ya anak kita mirip Ananda dong? Iya, kan? Apakah ada yang salah dengan pemilihan kata-kata yang Ananda gunakan?”

“Nggak tau ah! Raden kesel sama Ananda! Raden mau marah aja!”

“Iiiiih, Buna jangan marah,” Mingyu panik langsung ikut rebah dan memeluk Wonwoo yang tidur memunggunginya. “Tenang ya, sayang. Ananda udah punya insting kalo adek bakalan mirip Raden. Aduh mana udah embul banget si adek di perut Buna, ngadep Ayah dong..., mau di sun nih udah kangen banget.”

Dan nggak begitu sulit membuat Wonwoo yang merajuk berubah luluh. Dengan kalimat selembut beludu dan sentuhan halus di tangan Wonwoo agar mengarah pada Mingyu, pasangan berbahagia yang segera menyambut anggota baru di keluarga kecil mereka saling rebah dengan berhadapan. Tangan besar Mingyu mengelus wajah cantik Wonwoo lalu turun ke perut di mana adik dari Raden Miyu Maurasena sedang terlelap dalam buaian.

“Bener adek mirip Raden?” cicit si Bunda Meong merasa gak percaya diri. “Nggak seluruh wajah mirip juga nggak apa-apa kok, yang penting ada Radennya, hiks.”

“Miyu juga ada wajah Buna Yaden kok. Apalagi kulitnya yang putih bersih khas Bintaro featuring Solo, juara deh anak gadis kita. Siapa dulu dong racikannya Raden dan Ananda. Kualitas juara.”

“Huhu, Raden sayang Ananda sama Miyu. Walau kata orang Miyu cuma ikut bobok selama 9 bulan di perut Raden, tapi Raden teteup Ibunya. Raden yang lahirin Miyu.”

“Iya sayang, iya. Yang bilang bukan Ibunya emang siapa? Udah ya, jangan insecure. Kalo nanti adek beibi nggak mirip Raden, kita bisa bikin lagi. Yang banyaaaaak.”

“Bikin mulu! Giliran Raden gak bisa makan aja, Ananda mana ngerasain!”

“Maaf sayang, nanti Ananda suapin lagi ya. Nanti Ananda pijat lagi kakinya. Nanti kalo mual lagi Ananda pukpuk punggungnya.”

Anggukan kepala Wonwoo berhasil memantik senyum Mingyu yang menatapnya penuh cinta. Emang sekarang tugas Mingyu jadi bertambah, selain mencari nafkah, mengasuh Miyu seharian, ada juga menjaga Wonwoo yang makin manja sehingga mengharuskan sosoknya absen di beberapa agenda, terutama meeting dengan staff yang mengurus bisnis bobanya.

Untung aja ada Rowoon yang bisa menggantikan tugas sementara, sehingga Mingyu bisa habiskan waktu lebih banyak dengan keluarga tercinta.

Sembari berpelukan, Mingyu sama sekali gak berhenti mengecup wajah Wonwoo dan mengelus perut yang kini menyembul gemas. Sampe gak sadar jika Wonwoo yang sesungguhnya kelelahan langsung terlelap begitu kehangatan juga kelembutan dari elusan tangan Mingyu di punggungnya.

Hampir aja Mingyu melupakan eksistensi makhluk menggemaskan yang sejak sejam tadi kehilangan suaranya. Ya, siapa lagi kalo bukan anak gadis ciliknya—Raden Miyu Maurasena yang ternyata juga terlelap sejak hujan sedang deras-derasnya mengguyur wilayah Ciputat.

Sejak kehamilan Wonwoo menginjak usia 4 bulan lebih menuju bulan ke-5 yang mana eksistensi anak kedua semakin ketara, Mingyu putuskan untuk memisahkan Miyu agar tidur di kamar sendiri. Biasanya Wonwoo akan menemani Miyu bermain di kamarnya, namun lebih banyak Mingyu karena sang istri mudah lelah dan tidur duluan.

Saat ini saja, di sore hari yang tumben dingin. Setelah menemani Miyu hingga terlelap, Mingyu habiskan waktu di kamarnya bersama Wonwoo. Berpelukan dan bermesraan tanpa perasaan was-was. Biasanya Mingyu akan mencuri kecup bibir Wonwoo, tapi kali itu Ananda bungsu hanya bisa terpesona dalam pesona sang istri.

Walau terlihat raut lelah dan sedikit tirus, tapi kecantikan masihlah menguar. Mingyu penasaran jenis kelamin anak keduanya, sebab entah kenapa bawaannya Wonwoo kelihatan soft, terutama gurat wajah menjadi manis bak gula yang legit. Saking gemasnya, Mingyu gak mau Wonwoo terus kecapean dan menderita seperti sekarang. Tapi bagaimanapun juga yang namanya kehamilan selalu berbeda-beda, yang terpenting Mingyu udah komitmen untuk menjaga asupan nutrisi Wonwoo dan anak keduanya.

Maka, di tengah sunyi yang hanya terdengar bunyi rintik hujan dan jam dinding, Mingyu merendahkan tubuh agar wajahnya sejajar dengan perut buncit Wonwoo. Sengaja menyibaknya dan kembali mengecup buah hati Yang Mingyu sayangi.

“Halo adek,” bisik Mingyu hati-hati agar gak mengganggu tidur Wonwoo. “Lagi bobok ya? Sama nih, Buna juga lagi bobok. Kasian kecapean Buna mual terus, mana sama Ayah suapin dikit banget tadi. Adek sayang kan sama Buna? Kalo gitu bantu Buna ya biar nggak muntah terus, nanti Ayah bikinin makanan enak deh buat kalian, janji. Tapi adek juga janji yah, di dalam perut Buna nggak boleh nakal. Sehat terus anak Ayah, 4 bulan lagi kita ketemu ya. I love you.”

Dan kecupan panjang Mingyu berikan sembari memanjatkan do'a untuk Wonwoo agar bisa hadapi masa kehamilan ini dengan suka cita. Mingyu percaya, bulan depan atau jika bisa minggu depan Wonwoo akan bisa kembali sedia kala. Yakni berhasil melewati masa mabuk kehamilan yang cukup panjang.

Dan tanpa sadar, sebuah langkah kaki mungil terdengar samar-samar. Mingyu tersenyum lebar melihat duplikatnya berjalan seraya mengucek mata ke arah kasur.

“Unaaaaaaa,” panggil Miyu namun langsung disusul Mingyu yang gemas dan mencium pipi putih yang memerah akibat bekas bantal.

“Buna lagi bobok, Mbakyu jangan teriak ya. Pelan-pelan aja bicara sama Ayahnya.”

“Iyu mo bubuk ket Una, Yayah.”

“Tapi janji nggak akan bangunin Una?”

“Ngaaaaa,” balasnya menggemaskan. Alhasil, Mingyu pun gak tega membiarkan bocah berusia 2 tahun lebih beberapa bulan itu untuk rebah di samping Wonwoo.

“Pinter ya anak gadisnya Ayah bangun tidur nggak nangis.”

“Unaaaaa bubuk tantik,” cerocos Miyu masih menatap Wonwoo yang terlelap damai. “Iyu mau cuuuun pipi Unaaaa, boyeh?”

“Boleh, tapi kiss Ayah dulu!”

“Mamau! Yayah nakay!”

“Ih, nakal kenapa? Ayah kan baiiiiik, Mbakyuuuu.”

“Yayah bitin ade beibiiiii, Iyu ngaaaaa cukaaaaa.”

Waduh, siapa yang ngajarin coba!

Dari mana ini bocah tau kalo gara-gara Mingyu menggagahi Wonwoo dan mengeluarkan benihnya di dalam bisa menghadirkan bayi?

“Mbakyu harus tau, kalo nggak ada Ayah, kamu nggak akan ada di kasur ini loh. Betapa pentingnya eksistensi Ayah Ananda yang ganteng ini dalam hidup kamu.”

“Ungggg?” Miyu nggak mengerti menggelengkan kepala ke kiri, lalu memilih skip pernyataan Mingyu dan rebah di samping Wonwoo persis.

“Unaaaaaa, Iyu cayang Unaaaaa.”

Lalu kecupan menghujani wajah Wonwoo, dari yang pelan-pelan hingga beringas. Mingyu auto panik, langsung menarik tubuh gembul anak gadisnya. Beruntung gak ada teriakan sehingga Wonwoo masih terbuai dalam mimpi.

“Mbayuuuu, kan Ayah tadi bilang pelan-pelan. Nanti Buna kita tercinta bangun looooh.”

“Ma'ap Yayah,” cengirannya menampilkan gigi susu yang menggemaskan. Tentu aja, Mingyu gak tahan dengan konten super uwu yang tersaji di depan mata, langsung menciumi pipi hingga leher yang tertutupi double chin dengan aroma minyak telon khas balita.

“Anaknya siapa sih ini gundud bingitssss, dagunya juga, pipinya juga lucuuuuk. Mana makin berat aja Mbayu, makin gembwot ajah kamu.”

“Yayah, geyiiiiii, hihi.”

“Tanggung jawab ya! Ayah gemes nih! Ayah mau gigit buntelan bernama Raden Miyu.”

“Janaaaaaan, Iyu ngaaa mau digigit. Atiiiit.”

“Terus maunya apa? Mau Ayah cium sampe pipinya merah?”

Miyu menggeleng dan tertawa kegelian saat Mingyu masih berusaha mengecup area sensitifnya. Astaga, pemandangan ini benar-benar menyejukkan hati siapa aja, karena pasalnya Miyu yang biasa nempel dengan Wonwoo, pelan-pelan mau berdamai dengan Mingyu.

Memang, kunci utama agar anak selalu mau bersama adalah kita habiskan waktu lebih banyak dengan mereka. Agar bonding terjaga dan yang paling penting, Miyu sekarang lebih dekat dengan Ayah dan Buna jika dibandingkan penghuni GSM lainnya.

“Yayah, main titok!!! Iyu mau yoget. Ayooooo.”

“Huh? Tiktokan lagi? Emang Mbayu nggak bosen?”

“Ngaaaa, Iyu mau titok yoget papa mu'a.”

Astaga, udah kacau nih Mingyu bakalan bener-bener keranjingan tiktok karena sekarang cara ngasuh yang paling efektif adalah main aplikasi yang mendadak viral itu.

Tapi plis, masa iya Mingyu kudu joget Papa Muda?

Yang bener aja dong, Mbakyuuuu.

Mingyu belum siap dihujat aunty online semua.

•••

Pagi harinya, setelah semalam berhasil membuat banyak video tiktok bersama Mingyu, Miyu terbangun dengan kondisi ceria menyapa Wonwoo yang sedang menyiapkan sarapan.

Gantian ceritanya. Karena Mingyu yang habis begadang masih bobok tampan, sehingga sebagai istri yang pengertian, Wonwoo ingin melayani dengan memasak makanan sehat ala Ytube.

Tapi aktivitasnya harus terdistraksi wajah putri cantiknya yang masih kenakan baju tidur berantakan lengkap dengan rambut acak-acakkan. Siapapun akan jatuh cinta ketika melihat senyum Raden cilik itu apalagi suara gemasnya saat memanggil Wonwoo.

“Unaaaaaa, agiiiiii.”

“Pagi Mbayu cantik, aduh pinter banget sih bangun sendiri. Ayah masih bobok ya?”

Miyu mengangguk lalu memeluk kaki Wonwoo seraya tertawa bahagia seperti baru menang lotere saja.

“Kita sarapan ya, tapi Buna siapin dulu buat Ayah, Mbayu mam biskuit, mau?”

“Mauuuuuu 'ua!”

“Satu dulu, sayang. Nanti Buna kasih lagi kalo udah habis.”

Tapi Miyu menggeleng dan memencak pinggang tanda protes. “Ua ickuitna Unaaaaaa. Iyu mau kacih ade beibi.”

Aduh pinternya.

Saat mengatakan kalimat itu, Miyu langsung lari ke tempat main yang ada di dekat ruang tamu. Pasalnya dia udah hapal di mana Mingyu akan menyimpan mainan, kebetulan boneka pemberian sang Ayah memang selalu dibawa ke mana aja dan langsung diambil untuk memarken pada Wonwoo betapa dia mencintai sang adik dalam wujud boneka.

“Aaaah, adek beibi juga lapar toh? Oke deh, Buna kasih dua biskuitnya tapi minta sun dulu wajah Buna boleh nggak?”

“Boyeeeeh ingitttt Una, cini cini Iyu cun Una tantik.”

Melambung hati Wonwoo saat digombali bocah berusia dua tahun yang makin centil itu. Dengan sedikit tertatih, Wonwoo merendahkan tubuh dan mendapat hujanan kasih sayang berupa ciuman selamat pagi dari Miyu. Tiba-tiba aja terasa gerakan halus di perutnya, barangkali si adek baby ingin menyapa dan mendapat ciuman penuh cinta dari Mbakyunya.

“Mbayu, kata adek di dalam perut mau kiss juga. Boleh?”

Miyu menatap ragu, sebetulnya kalo dibilang apakah udah berdamai dengan kondisi perut Wonwoo yang semakin membesar, Miyu masih sering kebingungan harus bagaimana menghadapinya. Sementara adek baby yang dia tau hanya boneka pemberian Mingyu, namun dua orang tua muda itu tak pernah berhenti menyerah mengenalkan calon anggota baru.

Sehingga dengan sedikit rasa penasaran yang diliputi ragu, Miyu mendekati Wonwoo yang sedang mengelus perutnya. Lalu tangan mungilnya menggapai dan mengelus permukaan perut yang menyembul itu. Wonwoo hampir menahan jeritan karena sepertinya Miyu mulai bisa menerima kehadiran adiknya.

“Ade beibi ada ua, Iyu cayang ade beibiiiii.”

“Makasih Mbayu, Buna juga sayang banget sama anak cantik ini. Sini pipi gembulnya Buna kiss dulu.”

Sembari tertawa, Miyu pun memberikan dua pipi putih tembamnya untuk dikecup Wonwoo. Sungguh menggemaskan pagi hari di kediaman rumah Raden-Ananda di Ciputat, bahkan saking manisnya, semut yang ngantri gula pun sibuk menatap kemesraan hubungan romantis Ibu dan anak.

“Unaaaa, Iyu mau kacih mam ade beibi duyuuuu. Bye bye.”

“Mainnya jangan jauh-jauh ya, nanti Buna suapin Mbayu kalo udah selesai.”

Miyu langsung berlari dan duduk di area bermain yang dimaksud tadi. Saking sayangnya pada boneka yang diberi nama Adek Beibi, Miyu seolah-olah jadi orang tua karena gak mau berhenti menggendong dan mengecupnya. Bahkan Miyu memasangkan aksesoris berupa kain gendong sehingga kelihatan sekali perannya sebagai Mama.

Gemas banget dong ah!

Anaknya Pak Ananda sekarang udah dewasa 😭

“Ade beibiiiii tayangna Iyuuuu.”

“Kalo Ayah, kesayangan Mbayu juga nggak?”

“Hiiii yayah! Iyu aget!”

Mingyu nyengir. “Selamat pagi kesayangan Ayah, kiss dulu dong biar ena, hehe.”

“Emuaaaaaaah, yayah ambiyin ickuit agi. Ade beibi yapay.”

“Ah, yang bener? Bukan Mbayu yang kelaparan?”

“Ngaaaaaa yayah.”

Padahal Mingyu bisa melihat remah biskuit di sekitar pipi gembul juga bibir Miyu. Karena gemas, Mingyu pun langsung mengambilkan namun matanya berbinar saat melihat sang istri sibuk memasak. Rasanya seperti melihat bidadari turun dari surga. Penampakan Wonwoo yang cantik saat mengandung memang kelemahan paling fatal bagi seorang Ananda.

“Kekasih hatiku, belahan jiwaku, dan Ibu dari anak-anakku. Heran deh Ananda, kenapa cantik banget Raden pagi ini? Mana udah rapi, mau ke mana sayang?”

Mingyu langsung bermanja-manja dengan memeluk Wonwoo yang sedang merebus edamame untuk Miyu. Berniat mengabaikan namun gagal karena suaminya gak mau diam dengan menggelitik tubuh sampe kegelian. Alhasil setelah mematikan kompor, Wonwoo langsung menghadap Mingyu yang kini menghujaninya dengan ciuman.

“Ndaaaaa, jangan dulu cium-cium. Udah cuci muka belum?”

“Udah atuh. Udah cuci muka, udah sikat gigi, tapi ciuman selamat paginya beluman nih.”

“Manjanya!” Wonwoo mengecup bibir Mingyu. “Raden mau masak buat sarapan, pelukannya nanti lagi ya?”

“Huuuuh, nggak mau.”

“Ayolah, Raden bisa telat nih.”

“Emang istriku yang cantik mau ke mana?”

“Mau ke Dokter Yoona Nda, katanya mau tau jenis kelamin adek?”

Mingyu kaget. “Loh, kok Raden nggak ngajakin Ananda? Mana baru bangun, belum mandi, Miyu juga masih main. Aduh gimana ini.”

“Tenang, Ananda, tenang. Raden sama Mbakyu Egi kok, sekalian mau ke rumah Bintaro ada perlu. Jadi, Ananda mau kan sama Miyu dulu?”

“Ih, tapi pengin liat adek, Radeeeeen.”

“Nanti kalo check up lagi sama Ananda ya, sekarang biar Raden sendirian aja.”

Mingyu manyun, gak suka dengan rencana Wonwoo. “Masa yang tau duluan adek cewek apa cowoknya orang lain sih? Harus Ananda dulu ih pokoknya!”

“Iya, nanti Ananda dulu kok yang tau. Raden juga nggak akan tanya sama Dokter Yoona, biar nanti hasilnya kita rahasiakan terus dibukanya pas di rumah. Gimana?”

Tatapan memelas Mingyu membuat Wonwoo gemas. “Kenapa buru-buru sih, sayang? Kenapa nggak ngajakin Ananda? Mau marah aja ah.”

“Maaf, Nda. Abis Raden juga dadakan nanya Dokter Yoona karena ada yang mau dikonsultasiin, jadi sekalian cek jenis kelamin ade deh. Nggak papa ya? Nanti Raden nggak curang kok ngintip hasilnya, kita buka sama-sama. Yaaaaaa?”

Akhirnya, Mingyu pun menyerah dan menuruti permintaan Wonwoo. Meski sedikit kesal karena gak bisa ada menemani, tapi mengingat kondisi Miyu yang masih harus terus dikenalkan dengan adiknya memang butuh kerjasama semua pihak.

Wonwoo cuma gak mau kejadian sebulan lalu saat cek kandungan, Miyu kembali tantrum dan cemburu. Sehingga sudah tugas Mingyu untuk membantu. Toh, selagi Miyu makin lengket dengan sang Ayah, bukankah lebih baik pergunakan kesempatan sebaik-baiknya?

Ditatap lekat wajah Wonwoo yang kembali sibuk menyiapkan makanan. Wajah cantik yang mana mata rubahnya kenakan kacamata selalu menjadi kelemahan. Apalagi kalo melihat Wonwoo fokus pada sesuatu hal, pasti wajah kalem itu terlihat begitu seksi di mata mesum Mingyu.

“Ya udah, hati-hati ya Raden. Nanti kabarin aja, urusan Miyu biar Papa muda ini yang handle semuanya.”

Mingyu mengecup kening Wonwoo dan pelukan mesra yang dilanjutkan kegiatan sarapan menjadi rutinitas pagi di kediaman harmonis keluarga meong. Setelah semua pekerjaan rumah selesai, Wonwoo yang dijemput Mbakyu Egi pamit meninggalkan Miyu yang tumben tanpa drama serta air mata merelakan Buna Yaden pergi.

Giliran tugas Mingyu yang langsung memandikan Miyu. Kini Ayah dan anak itu sedang berada di kamar, lebih tepatnya setelah mengoles segala jenis skincare untuk anak gadisnya, Mingyu kebingungan hendak memakaikan Miyu pakaian apa. Saking banyak model dan jenisnya, rasanya Mingyu pengin si gembol mencoba semua.

“Mbayu sini deh,” panggilnya dan Miyu dengan langkah tertaih duduk di atas paha Mingyu. Semerbak harum bayi memenuhi indera penciumnya. “Kita kan mau jalan-jalan di komplek nih, Mbayu ada rikues outfit yang mau dipake nggak buat hari ini? Coba pilih, biar Ayah dandanin.”

“Um?”

Jujur ya, karena Miyu masih kecil sehingga dia gak pernah memusingkan jenis dan model pakaian. Emang cuma Mingyu doang yang dari sang anak usia 6 bulan udah punya kebiasaan mengoleksi pakaian lucu dan mendandaninya. Saking multitalenta seorang Pak Ananda, kadang dia juga yang membantu mewarnai kuku mungil Miyu.

“Yang ini aja kali ya? Coba sini Ayah pakein dulu.”

Dan Miyu langsung memegang kepalanya yang menggunakan hoodie. Merasa aneh karena di Ciputat yang sangat gerah harus pake baju tebal, maka Mingyu yang gak puas dan gak tega takut Miyu kepanasan memilih baju model lain yang lebih bersahabat.

“Oke deh, udah cantik nih Miyunya Ayah pake baju merah putih kayak bendera negara +62. Kalo gitu Ayah siap-siap dulu ya, baru nanti kita jalan-jalan.”

“Ouuuuuu, Iyu mau main cama mamac Ipuy.”

Dan Mingyu pun buru-buru mengganti baju dengan warna merah agar bisa couple-an. Sambil membawa kamera, niatnya hari itu cuma mendokumentasikan kelucuan sang putri. Tapi gak bisa dimungkiri, Mingyu juga sesekali ngeksis mengeluarkan skillnya yang mantan MC pada zaman kuliah dulu dengan ngevlog dadakan.

Maka, sepanjang perjalanan, kaki Miyu yang kenakan sepatu super gemas mencoba berlari di tengah genggaman tangan Mingyu. Tentu menjadi bahan perhatian orang-orang yang gak segaja papasan.

Yha, siapa sih yang gak tau Hot Daddy calon anak dua penghuni komplek yang dekat dengan kostan mahasiswa ini? Siapapun, mau itu gadis remaja, emak-emak, bahkan lansia saat melihat cowok ganteng sedang mengasuh anak pasti akan ngiler dadakan. Berharap bisa merasakan nasib yang sama, tapi sayangnya kalian bukan Raden Wonwoo sehingga mohon maaf, mending gigit jari aja di pojokan ruangan sana.

“Miyu udah hapal belum yang semalam Ayah ajarin? Satu...”

“Ua, Ga, Pat, Ma...., nam, lan.”

“Eiiii, tujuh sama delapannya ketinggalan, sayang.”

“...juh, apan, lan, cepu....yuh.”

“Ih pinter banget sihhhhh, Ayah jadi pengin kasih hadiah.”

“Ha'iah apa?”

“Apa yah? Mbayu mau apa? Sini bisikin sama Ayah.”

Miyu tampak berpikir. Lalu tertawa jahil dengan mata berbinar.

“Mau nyenyen Unaaaaa, boyeh?”

“Loh loh loh, katanya Miyu mau jadi Mbayu? Kok masih nenen sih?”

Miyu merajuk. Gak suka kalo sang Ayah udah geleng-geleng kepala. “Ihhhh Iyu mau nyen, yayah. Iyu mau nyeeeen.”

“Dengerin Ayah deh, kata Dokter Yoona kalo udah mau jadi kakak nggak boleh nenen, sayang. Kan sekarang udah pinter bobok sendiri, masa masih nen? Nggak malu sama adek beibi?”

“Ngaaaaa!!! Iyu mau nyenyen, Iyu nga mau ade beibiiiii.”

“Mbayu kok gitu? Sedih nih Ayah—mau liat Ayah Nda nangis ya?”

Miyu menggeleng. Lalu mendekat ke arah Mingyu dan menggelayut manja di leher seraya menelusupkan tangan mungilnya ke dalam kaos milik sang Ayah.

“Yayah nyenyen, Iyu mau nyenyen, hiks.”

“Mbayuuuuu, Ayah nggak punya nenen aduhhhh. Jangan menelusup-menelusup gitu, malu tau diliatin Kakak mahasiswa yang lewat.”

Dan Miyu masih merajuk, menyebut kata paling berharga dalam hidupnya sebelum adek baby menyerang karena tidak ada perjanjian sapih secara lisan terlantar dari sang Buna. Maksudnya, Miyu belum siap jika harus lepas dari hal yang paling dia cinta saat akan tertidur atau rewel. Namun, kondisi sudah berbeda sekarang, ASI Wonwoo mendadak kering yang mana mau gak mau Miyu harus melepas ritual paling dia cinta untuk selama-lamanya.

“Hei, Mbayu, sini deh ayah punya tebak-tebakan. Mau dengerin nggak?”

“Ngaaaaaa mau.”

“Oke deh, tebak ya,” paksa Mingyu pura-pura gak menyadari wajah Miyu yang semerah dress yang digunakannya. “Halow saudari Miyu? Apakah fokus kamu masih di sini? Hei, Miyu cayang, tau nggak bedanya kamu sama kuburan?”

“Yaaaah, nyenyen. Mamau ubuyan, mauna neeeen.”

“Apah? Nggak tau? Baiklah, kalo Adinda Miyu menyerah, Ayah akan kasih tau perbedaannya. Kalo kuburan itu sarang hantu..., kalo Mbakyu..., saranghaeyoooo. Aciyat ciyaaaat keren banget gak sih Ayah Ananda yang paling ganteng se-Ciputat Raya bikin tebakannya? Om Andre Tauladan sama Om Denny Bajigur aja lewat. We're the real champion, Miyu. Real champion!

Sayang seribu sayang, bukannya merasakan euforia Mingyu, bocah berusia 2 tahun itu malah menangis dan berjalan nelangsa. Sembari memanggil nama Wonwoo dan kata nenen dengan lucunya.

“Mbayu kok nangis? Ya ampun sayang, maaf ya Ayah nggak maksud jahilin Miyu.”

“Iyu mau puyaaaaang, mau nyenyen Unaaaa, huwaaaaa.”

“Iya sayang, ayo pulang yok. Kita tidur siang aja deh, kayaknya Mbayu kebanyakan goyang DJ Aisyah sama latihan ekspresi bagaikan langit di tiktok makanya jadi cranky. Aduh kasian, capek jalan ya? Sini Ayah gendong.”

Benar aja, setelah Mingyu menggendong Miyu yang langsung nemplok ala koala di tubuh tegapnya, dengkur halus terdengar sedetik kemudian. Betapa luarbiasa jadi Ayah rumah tangga di usia muda, terutama menghadapi drama Miyu yang belum berdamai sepenuhnya dengan kehadiran anak kedua.

Tapi Mingyu dan Wonwoo gak menyerah gitu aja. Bagaimanapun, masa pemberontakan anak pertama mereka pasti akan berlalu. Walau entah kapan, apakah sebulan, dua bulan, bahkan saat Wonwoo lahiran, yang terpenting di sini Mingyu ingin buktikan jika dia adalah kepala rumah tangga yang bertanggung jawab dan mencintai keluarga kecilnya.

Tanpa disadari, waktu beranjak malam. Miyu yang sempat tantrum kembali membaik setelah tidur siang dan kini sedang berada dalam pelukan Wonwoo di ranjang. Sedangkan Mingyu yang baru selesai mandi tersenyum manis melihat dua kesayangannya yang entah sedang menertawakan apa.

“Lagi nonton apa sih Mbayu sama Buna kok kayaknya seru gitu? Ikutan dong.”

“Neiiiii, nda oyeeeeh.”

“Kenapa nggak boleh? Miyu masih dendam sama Ayah gara-gara yang tadi?”

“Emang kenapa, Nda?” Wonwoo penasaran. “Selama Buna nggak ada, tadi Mbayu ngapain aja sama Ayah?”

“Eh, Buna, sorakin Mbayu yuk. Masa tadi waktu jalan-jalan nangis pengin nenen Buna. Padahal kan udah besar, malu nanti sama Dokter Yoona.”

“Loh, Miyu nangis beneran? Katanya janji sama Buna mau jadi good girl, kok masih nenen?”

“Biayin, Iyu mauna nen Una aja. Yayah nakay, Iyu cebey cama Yayah.”

Lucu sekali si sulung cantik yang ngadu langsung memeluk Wonwoo dan menelusupkan tangan mungilnya ke dalam kaos. Kebiasaan jika akan tidur memang harus menyentuh sumber yang berhasul membuatnya gembul. Toh Wonwoo pun gak masalah karena saat ini ada hal lain yang lebih seru.

Mingyu aja sampe heran dengan perubahan mood Wonwoo. Sehari bisa terkapar tanpa daya, sehari berikutnya malah berbunga-bunga lengkap dengan senyum manis tiada tara. Entah apa yang didapatkan dari rumah Bintaro, tapi sejak pulang Wonwoo sama sekali gak mau berhenti nonton sesuatu di hapenya.

Mingyu yang curiga, lantas meringsek untuk memeluk Miyu yang hendak tidur dan Wonwoo sedetik kemudian.

“Raden, nonton apa sih? Emang udah gak mual-mual lagi?”

“Nggak dong, Raden kan udah sembuh sejak lihat dedek gemes.”

“Dedek gemes? Siapa? Nemu di mana?”

“Ananda berisik ah, sini aja kalo mau nonton. Boboknya jangan di situ, kasian Miyu, sini samping kiri Raden.”

“Jangan ngada-ngada deh bilang dedek gemes segala. Raden gak tau Ananda kalo ngamuk seserem apa?”

“Tau! Ananda kalo lagi marah tanduknya langsung nyala kayak lightstick boyband Korea!”

“Nah itu tau, jadi tolong kerjasamanya kepada saudara Raden agar menjaga hati apalagi sampe ambyar sama dedek gemes. Mana coba Ananda mau liat, paling juga dia gak ada okenya dibanding Ananda yang gak perlu obat kuat di ranjang bisa gempur Raden semaleman.”

Wonwoo yang gemas dengan cerocosan Mingyu sengaja membungkam dalam ciuman.

“Cerewetnya suamiku! Nih liat dedek gemesnya, yang satu blasteran dan satu lagi lokal. Raden baper dong nonton series BL Thailand, gemes banget Ndaaaa.”

“Hung?”

Mingyu mendadak konslet saat melihat layar hape di mana Wonwoo kembali cekikian menonton series yang diduga sebagai asal muasal dedek gemes yang dimaksudnya. Mingyu gak mengerti di mana letak serunya, apalagi di sana dua pemeran utamanya yang merupakan cowok tampak biasa aja.

Mingyu masih merasa gantengan dia ke mana-mana.

“Ganteng nggak, Nda? Masa so sweet banget sih calon pacarnya dinyanyin terus. Ananda kapan bikin konten bikin cover lagu buat Raden? Kan lucu kalo main gitar, pasti Raden langsung ambyar.”

“Loh, tanpa gitar Ananda udah bikin Raden ambyar kok. Malah berkali-kali, lagian Ananda udah lupa kunci dasar, mending yang lain deh. Sesuatu yang lebih dewasa kan bisa.”

“Dewasa mulu pikiran Ananda. Lupa ya kalo sekarang Raden kondisinya gimana?”

“Kondisinya? Oke kok, Buna Meongku lagi berbadan dua, hehe.”

“Ya udah kalo udah tau, diem. Jangan mikir yang dewasa mulu, biar urusan itu di waktu yang tepat!”

Aciyaaaaat, sungguh nggak ngerti Kangkung tuh dengan obrolan orang dewasa, yang jelas perdebatan mereka gak mengubah fakta jika Wonwoo beneran jatuh cinta sama salah satu tokohnya. Berasa pubertas kedua, Mingyu yang gak suka melihat senyum manis itu tertuju untuk orang lain langsung memikirkan strategi.

Wajahnya yang bertekuk masam menempel di bahu Wonwoo, menatap agak syirik pada layar hape, dan tiba-tiba kedua mata langsung membeliak ketika mengingat sesuatu hal yang gak diduga.

“Hasil USG Raden mana? Gimana tadi adek beibi sehat kan? Aduh, Ananda penasaran banget kira-kira babynya cewek lagi atau cowok ya?”

“Oh iya! Raden lupa belum kasih tau. Maaf Nda, tadi amplopnya ada di tas, tolong ambilin.”

Berhasil kan!

Mingyu menyeringai saat Wonwoo udah melupakan series Thailand dan mengganti fokus dengan menunggu kedatangan sang suami. Saking serunya sampe terbuai dalam keindahan, bahkan bisa aja Wonwoo lupa lagi hamil dan lupa udah nikah gara-gara jatuh cinta pada sesuatu nun jauh di mata dan terlalu halu untuk menjadi nyata.

“Ayo kita tebak-tebakan, kalo jawaban Raden menang nanti Ananda kasih hadiah.”

“Apa coba hadiahnya?”

“Apa ajah, bilang semua pada suamimu tercinta karena Ananda akan jadi jinie oh jinie untuk Raden.”

Wonwoo makin gak sabar, saking excitednya sampe menggigit kuku karena akhirnya jenis kelamin anak kedua akan diumumkan ke dunia. Sebelum menebak, Wonwoo mengelus perutnya dan berdo'a.

“Nda, Raden masih pengin baby boy. Kalo misal adek beibi iya..., cowok, nanti yang kasih nama Raden ya? Boleh nggak?”

“Boleh aja sayang, emang mau kasih nama siapa?”

Seketika nama tokoh series yang ditontonnya muncul di kepala. “Sarawat ajah! Nanti biar mukanya adek beibi kayak Sarawat yang ganteng, bule, pinter main bola, sama main gitar. Aduh, pangerannya Raden pasti nanti jadi idola.”

Mingyu manyun. “Sarawat? Bule? Mana bisa atuh sayang, yang hamilin Raden kan asli buatan Tegal - Ciputat, gimana mau dapet unsur bulenya? Udah deh Raden mending stop nonton series begitu, jangan bikin Ananda cemburu.”

“Ya nggak bule juga yang penting ganteng, Nda. Nih kayak gini mukanya, Raden pengin adek beibi secakep dia.”

Kalian tau gak sih gimana perasaan Mingyu saat melihat foto cowok bule yang disebut-sebut sebagai Sarawat? Hancur tau gak! Berasa mau lempar hape Wonwoo aja—tapi nggak deh, kasian Miyu udah bobok. Ananda Mingyu anti keributan karena dia tau itu cuma bawaan hormon Meong Hamil aja. Zaman hamil Miyu dulu bahkan Wonwoo bisa dibilang ekstrem, kalo sekarang mah..., kecil. Nggak sebanding.

“Pokoknya, Sarawat siapapun elo, oke gue akui lo ganteng, tapi tetep ya cuma Ananda Mingyu yang boleh hamilin Raden. Jadi nanti kalo iya anak gue beneran baby boy, mohon maaf sekali..., wajah lo gak bisa nimbrung, karena bakalan gue yang nurunin genetik ganteng dan gagahnya.”

“Ananda kok gitu sih ngomongnya?”

“Udah ya, Raden, mending juga dibuka nih hasilnya. Raden yakin mau kunci jawaban baby boy? Nggak berubah pikiran? Siapa tau gitu kan ternyata Miyu punya adek cewek.”

“Sebetulnya mau cewek atau cowok Raden ikhlas kok, toh Ayahnya Ananda Mingyu, hehe.”

“Aaaaaw, gitu dong puji suaminya. Nanti kesenengan si Sarawat disebut-sebut terus. Btw, Ananda pilih cewek ya?”

“Silakan, Nda. Pokoknya Raden masih pengin baby boy.”

Dan Mingyu nggak membuang waktu lebih lama langsung menyobek amplop pada saat itu juga. Ketika di luar negeri proses gender revealing dengan cara unik yaitu pake balon atau memakan kue yang di dalamnya ada warna sesuai warna jenis kelamin bayinya, mereka cukup dengan selembar kertas beserta hasil USG.

Mingyu selalu takjub setiap melihat foto yang mendokumentasikan bayi mereka. Walau belum bisa menebak mirip siapa, namun sepertinya dengan melihat kertas yang tertulis satu kata sudah menjawab kebahagiaan Mingyu yang langsung memeluk Wonwoo.

“Radenku..., akhirnya kita punya baby boy.”

“Eh beneran?”

Wonwoo menatap gak percaya saat kata "boy" yang ditulis dokter Yoona memenuhi ruang pandangnya. Ternyata Kangkung begitu baik mau mengabulkan keinginan pasangan bucin ini memiliki anak cewek dan cowok. Dan betapa bahagia Miyu yang resmi menjadi satu-satunya perempuan di keluarga meong Ciputat Raya.

“Halo baby boy, ya ampun akhirnya. Makasih Tuhan atas karuniaMu, pokoknya sehat terus ya kesayangan Ayah, nanti kalo kamu udah lahir, Ayah beliin sepatu bola. Kalo perlu beliin gitar juga biar Sarawat siapapun itu yang udah bikin Buna ambyar bisa terlupakan.”

“Ndaaaaa, hiks,” Wonwoo menangis sesenggukan dan meringsek dalam pelukan yang langsung dikecup Mingyu penuh sayang. “Akhirnya, Raden punya baby boy juga. Raden bahagia banget, Nda. Ini bukan mimpi kan? Raden nggak halusinasi kan?”

“Nggak sayang, ini nyata. Akhirnya beibi boy yang Raden mau datang di keluarga kita. Raden harus sehat terus ya. Ayok dilawan mualnya, jangan skip makan biar 4 bulan yang akan datang baby boynya bisa sesehat dan selucu Mbakyu waktu lahir dulu.”

“I-iya, huhu. Raden gak bisa berkata-kata lagi, hari ini Raden bahagia. Akhirnya nambah satu lagi little Ananda.”

“Jadi, mau dikasih nama Ananda siapa, hm?”

Wonwoo menyunggingkan senyum di tengah isak penuh bahagia.

“Ananda Mieru, jagoan Ananda Mingyu dan Raden Wonwoo.”

•••

Hai, apakah masih ada penghuni di lapak ini?

5396 words untuk kambek setelah sekian lama dan terakhir kalinya update tanggal 14/12/19. Empat bulan yang lalu bayangkan, bahkan udah hampir tahun lalu lapak ini terakhir aktif hingga berdebu.

Maafkan nena ya Mbakyu, tidak ada maksud amnesia kok, cuma membangun mood penuh konten uwu susah juga ternyata. Tapi berkat mentemen yang masih bertanya, akhirnya semangat itu timbul lagi dan kangen pada Ananda sekeluarga tersalurkan juga 😭

Miyu be like : "Iyu anen cama oty onyen, ma'ap ya lama nda menyapa. Tapi Iyu cayang cemuana. Janan yupa voment. Emwaaaaah.”

Tuh gais, yuk mari yang kangen Miyu dan orang tua alaynya, mana suaranya? 😎

Happy reading ya~

Ah bonus foto masih anget dari oven wkwk

Maaf kalo banyak typo (segera diperbaiki kok secepat kilat dan guntur menyambar wkwk)

Calangek 💜💚

- Tiger Kung 🐯 -

Continue Reading

You'll Also Like

149K 15.2K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
1.4M 81.1K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi šŸ”žšŸ”ž Homophobic? Nagajusey...
49.8K 4.6K 45
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
47K 4K 84
#taekook #GS #enkook "Huwaaaa,,,Sean ingin daddy mommy. Kenapa Sean tidak punya daddy??" Hampir setiap hari Jeon dibuat pusing oleh sang putra yang...