My Cold Prince 2 || (T A M A...

By hananayajy_

2.8M 253K 123K

✒DILARANG MENJIPLAK!! ✨BAGIAN 2 'MY COLD PRINCE' (Sebelum membaca ini, baca dulu MY BOY IS COLD PRINCE & MY C... More

P R O L O G
1. Kerinduan yang terdalam
2. Rasa Bersalah.
3. Waktu
4. Reinkarnasi?
5. All The Moments
6. Ingin bahagia
7. Keinginan Arkan
8. Seperti Arkan
10. London & Lombok 2
PENTING!
11. - What your dream? || Read Note!
12. - Pertanda
13. - Kemungkinan || QnA?
14. - Pembunuh?
15. - Tentang Luka
16. - Kebenaran
17. - Find You
18. - Find You 2
19. - All of my life [READ NOTE]
20. - Wake Up
21. - Bubur
H I M B A U A N
22. - Jangan sakit lagi
23. - About Arkan & Ben || READ NOTE
24. - Blood and Tears (READ NOTE)
OPEN PO NOVEL MBCP
24. - Maaf
25. - Maaf ... ( READ NOTE )
26. - Surat Terakhir Ken
27. - Keputusan
28. - Thames River
29. - Don't go away
30. - Akhir Cerita Kita
30. - Rencana Maura
31. - Akhir cerita kita
32. - Menghilangnya Maura
33. - Menyerah (READ NOTE)
34. - Titik permasalahan
35. - Pertemuan dari sebuah rencana
36. - Marry me
37. - Trauma lain
38. - Papa untuk Angel
39. - Menjijikan
39 B. - Sebuah foto
40. - Perpisahan (ENDING)
E N D I N G
E P I L O G

9. London & Lombok (Read Note)

61.6K 4.8K 692
By hananayajy_

Warning! Typo bertebaran!
Jangan lupa like, comment and share ya sayangque😘

Terima kasih❤

☃☃☃

Adara melangkah pelan sembari menatap sebuah tiket di tangannya. Tiket penerbangan ke Lombok yang di jadwalkan besok. Adara mendapatkannya pagi ini dari bawahannya Alvarel. Lalu setelah itu tak lama Alvarel mengirimnya pesan untuk memberitahukan jika pria itu akan menyusul setelah pekerjaannya selesai dan memintanya untuk menjaga Maura selama Alvarel tak ada.

Lombok? Seingatnya Maura pernah bercerita jika gadis itu punya kenangan dengan Arkan di Lombok.

Adara jadi tak yakin. Apalagi butuh waktu dua hari untuk ke sana mengingat kondisi Maura yang belum stabil.

"Adara"

Adara menoleh, Belva berlari kecil menghampirinya dengan sebuah amplop di tangannya.

"Dapet juga gak?" tanya Belva sembari menunjukkan amplop tiket pesawat di tangannya.

Adara mengangguk tak semangat. Sebaliknya, Belva terlihat antusias.

"Holiday in Indonesia yuhuuu!!" serunya senang. Sedangkan Adara menatapnya malas.

Belva berhenti ketika melihat Adara tak bersemangat. "Kenapa lo? Kok gak seneng gitu?"

"Emang"

"Duh, harusnya lo tuh seneng, bersyukur punya tunangan kayak kak Al. Udah ganteng, cool, baik, pinter, kaya, royal pula! Duh idaman banget"

Adara berdecak mendengarnya. "Lo ngomong gitu karena gak tau aslinya!"

"Emang aslinya gimana?"

"Pengen banget tau!"

"Iyalah"

"Kepo lo kutil kuning!"

"Emang kutil warnanya kuning?" tanya Belva.

"Ya mana gue tau! Gue gak pernah kutilan!

"Ya terus kenapa lo bawa-bawa kutil? Kan kasian kutilnya di gibahin padahal dia gak ngapa-ngapain"

Adara berdecak kesal. "Bego lo Bel! Kesel gue!"

Belva mengerucutkan bibirnya. Apa ada yang salah dengan ucapannya? Gadis itu pun menghela napasnya.

"Kasian banget si kutil"

"Gak usah ngomongin kutil, Bel!"

"Lah lo duluan yang bahas"

"Ya lo jangan di perpanjang lah!"

"Salah lo lah, ngapain coba bawa-bawa kutil padahal gak tau bentuknya kayak gimana?!"

"Lo tanya aja sana sama Joe! Mungkin sejenis!"

Joe yang baru saja datang pun menatap mereka bingung.

"Apaan lo nyebut-nyebut gue!"

Belva melangkah mendekati Joe. "Jojo, emangnya lo sejenis sama kutil?" tanya Belva polos.

Mata Joe membelalak. Cowok itu berdecak.

"Sembarangan lo kalo ngomong! Kayak tau kutil aja!"

"Justru gue gak tau mangkanya gue nanya ke lo, Adara bilang lo sejenis sama kutil"

Joe menatap Adara sejenak lalu mendengus kesal.

"Gue ya gue kutil ya kutil jangan samain gue sama kutil dong!" protes Joe pada Adara. Adara mengendikkan bahunya tak peduli.

"Kalo gitu kasih tau ke gue kutil itu kayak gimana" desak Belva.

"Lo tanya aja sama monyet!"

"Lah, kan monyetnya udah berdiri di depan gue" ceplos Belva kemudian berbalik pergi, menghindar dari amukan Joe yang sebentar lagi akan meledak.

"Sialan lo, Bel! Woi..!! Jangan lari lo!"

Tak jauh dari sana, Ben berdiri memperhatikan mereka. Tangan kanannya bergerak mengambil ponsel dari saku celananya, membuka galeri. Ben membuka salah satu foto di sana. Terlihat foto dirinya dan seorang cowok yang menggendong gadis kecil di sampingnya. Mereka tersenyum ke arah kamera.

Ben menghela napasnya. "Gue pasti nemuin dia" ujarnya sembari mengusap layar ponselnya.

"Ben"

Ben langsung mematikan layar ponselnya saat mendengar suara lembut seseorang menyapanya. Ben menoleh, menatap Maura yang kini melangkah menghampirinya dengan senyuman yang terbit di wajahnya. Ben nampak kebingungan sejenak melihat Maura. Gadis itu hari ini terlihat berbeda di bandingkan waktu pertama kali melihatnya. Yang Ben lihat wajah Maura saat itu penuh kesedihan, hampa dan penyesalan.

"Good morning" sapa Maura saat sudah berdiri di hadapannya.

Ben merespon dengan dehaman lalu berbalik berniat pergi, tetapi Maura menahan lengannya. Ben menoleh menatap Maura.

"Gue mau ngasih ini" Maura menyerahkan sebuah amplop putih pada Ben. Ben mengambilnya.

"Ikut ya, Ben" ucap Maura kemudian berlalu pergi menghampiri teman-temannya.

☃☃☃

Qiana menatap Reyhan yang tengah memasukkan pakaiannya ke dalam koper. Besok Reyhan akan pergi ke London untuk menangani masalah ini. Mereka tak tahu kapan masalah ini akan selesai dan kembali seperti semula. Reyhan mencoba untuk menyelesaikannya.

Qiana menghela napas lalu beralih menatap Clara yang baru saja memasuki kamar Reyhan.

"Rey, ini selimutnya udah mom cuci, nanti jangan lupa pakein ya" ujar Clara sembari memberikan selimut putih pada Reyhan. Reyhan mengambilnya. Menatap selimut putih itu sejenak kemudian menghela napas panjang.

Clara yang melihatnya pun hanya bisa tersenyum kecut. "Besok sebelum berangkat ke bandara ke rumah Ken dulu ya buat pamitan" kata Clara. Reyhan mengangguk.

"Kalo udah sampai sana jangan lupa temuin adiknya ya, Rey" pesan Clara sembari mengelus bahu anaknya lembut dan penuh sayang. Merasa berat karena Reyhan akan meninggalkannya besok, Clara akan semakin merasa kesepian.

Qiana masih memperhatikan interaksi antar ibu dan anak itu sampai akhirnya nada dering dari ponselnya berbunyi. Panggilan dari Rafa.

Qiana lalu pamit keluar untuk mengangkat telfon.

"Halo, Raf"

"Kamu di mana, Qi?"

"Di rumah"

"Bang Rey jadi pergi besok?"

"Iya, itu dia lagi packing, kenapa?"

"Maura mau ke Lombok besok" kata Rafa dari seberang sana.

"Ngapain Maura ke Lombok?" tanya Qiana dengan kerutan di keningnya.

"Peresmian hotel punya bang Al. Maura di ajak ke sana"

Qiana terdiam sejenak. "Raf, apa gapapa kalo Maura ke sana? Kamu tau kan kalo Maura punya kenangan di sana? Aku khawatir Maura bakal makin sedih nantinya"

"Aku tau, Qi. Justru itu kita harus ikut ke sana, Maura butuh kita"

Qiana kembali terdiam.

"Qi"

"Ya?"

"Kamu denger kan?"

"Iya. Jadi kita bakal ke Lombok?"

"Iya, Qi. Biar aku yang pesan tiket ke sana"

"Oke kalau gitu"

Panggilan pun berakhir. Qiana termenung sejenak. Qiana lalu berbalik memperhatikan Reyhan dan Clara yang masih sibuk berbincang di dalam kamar. Qiana menyadarinya, semenjak kepergian Maura, Rafa selalu membicarakan Maura. Cowok itu sangat mengkhawatirkan keadaan Maura sampai-sampai dia lupa dengan apa yang di hadapannya.

"Kamu sadar gak sih, Raf? Gak cuma Maura aja yang merasa kehilangan, tapi kami juga..."

Ya. Bukan hanya Maura saja yang sangat kehilangan Arkan. Rafa seolah melupakan hal itu.

☃☃☃

Valdo baru saja keluar dari ruangan setelah kelasnya selesai. Cowok itu harus menuntaskan masalahnya dengan Resha. Ia harus meluruskan maslah ini sendiri, ia tak ingin menyeret Calista ke dalam masalahnya karena menurutnya gadis itu memang tak bersalah.

Berulang kali Valdo mendial nomer Resha namun gadis itu tak mengangkat telfonnya. Dia bahkan tak masuk kampus hari ini. Valdo kebingungan, harus kemana ia mencari Resha? Gadis itu bahkan tak pulang ke rumahnya dari semalam.

"Dell" panggil Valdo ketika ia melihat keberadaan Della di koridor kampus. Valdo segera berlari menghampiri Della saat gadis itu menghentikan langkahnya, menatapnya dengan kedua alis terangkat.

"Liat Resha gak?"

Della mengerutkan keningnya sejenak kemudian menggeleng.

Valdo menghela napas. "Kabar dari dia gitu?" tanyanya lagi.

Della menggeleng. "Nggak, Kenapa? Lo berantem sama dia?"

Melihat Valdo menghela napas panjang Della pun membenarkan dugaannya.

"Semalem dia liat gue pelukan sama Tata"

Kedua mata Della membulat terkejut. Valdo langsung menyela sebelum Della melemparkan omelan padanya.

"Dengerin dulu! Semalem gue liat Tata nangis di pinggir jalan, pas gue tanya kenapa Tata bilang dia abis putus sama bang Rey" jelas Valdo.

"Terus lo ngapain meluk-meluk Tata segala?! Modus lo!" protes Della.

"Gue meluk dia biar tangisannya berhenti doang, Dell. Gak lebih sumpah!"

"Terus Resha liat kalian?" tanya Della. Valdo pun mengangguk.

"Dia langsung pergi gitu aja tanpa mau denger penjelasan gue dulu. Gue juga udah susulin dia tapi gue kehilangan jejaknya. Sumpah Dell, gue khawatir sama keadaan dia, dia gak pulang semalam"

"Ya lo telfon dia lah"

"Udah, tapi gak di angkat" kata Valdo putus asa. "Bantuin gue dong, Dell" Valdo memohon.

"Oke gue bantuin. Gue coba telfon Reshanya" Valdo mengangguk. Della pun mengeluarkan ponsel dari tasnya dan mendial nomer Resha.

"Halo, Sha. Lo kenapa? Kok gak masuk kampus?" tanya Della setelah Resha mengangkat telfonnya.

"...."

"Apartement? Lo ngapain tinggal di sana kalo punya rumah?"

"...."

"Sha, lo nangis? Sini! Bilang sama gue siapa yang bikin lo nangis, biar gue gunting lehernya!" tanya Della sembari menatap Valdo tajam. Valdo pun menelan salivanya gugup. Suerr... Della kalo marah ternyata seram juga, Batin Valdo.

"...."

"Yauda gue ke sana ya? Kirimin alamatnya ke gue, nanti gue ke sana"

"...."

"Iya. udah ya Sha, jangan nangis lagi" bujuk Della. Della pun mematikan sambungannya lalu menatap Valdo sebal.

"Makasih lo ke gue karena udah bantuin lo!"

"Iya, Dell. Makasih"

"Makasih aja gak cukup! Sini ATM lo!"

Valdo mendengus sebal. "Gak ikhlas lo bantuin gue!" protesnya, namun Valdo tetap memberikan kartu ATM-nya pada Della. Della pun merebutnya setelah mengirim alamat Resha ke Valdo.

"Tau balas budi dong" kata Della kemudian berlalu pergi dari hadapan Valdo yang sudah menahan kesal.

"Awas aja, sebagai gantinya gue porotin duit cowok lo" gerutunya.

☃☃☃

Valdo menatap bangunan tinggi di depannya. Ia sudah sampai di alamat yang di kirimkan Della padanya, alamat apartement Resha. Ada sedikit rasa lega di hatinya karena sudah mengetahui keberadaan Resha saat ini dan Valdo berharap gadis itu baik-baik saja. Ia khawatir jika Resha akan melakukan sesuatu hal yang bodoh karena ia tahu dengan masalah keluarga Resha.

Valdo jadi merasa bersalah karena ia malah menambah kesedihan gadis itu, bukan malah ada di sampingnya dan menghiburnya.

Cowok itu tersenyum ketika pandangannya menangkap sosok Resha yang baru saja keluar dari apartementnya.

"Resha" panggil Valdo.

Resha menghentikan langkahnya ketika ia melihat keberadaan Valdo. Resha melangkah mundur dan berbalik hendak kembali masuk ke dalam apartementnya lagi namun Valdo lebih dulu menahannya.

"Sha"

"Lepas! Lo ngapain di sini?!"

"Aku cuma mau jelasin semuanya, Sha. Kamu cuma salah paham"

Resha menyentak tangannya hingga cekalan Valdo terlepas. Gadis itu pun langsung berlari masuk ke dalam apartement dan menguncinya.

"Sha, buka pintunya, Sha"

"Pergi, Do! Gue gak mau ketemu lo!"

"Sha, kasih aku kesempatan buat jelasin semuanya"

"Percuma! Gue udah muak sama lo! Gue muak sama kalian semua!"

Valdo mengetuk pintunya lemas. "Sha, kamu cuma salah paham"

"Salah paham? Jelas-jelas gue liat sendiri lo meluk Calista semalem. Lo pikir gue buta?!" bentak Resha dari balik pintu.

Valdo mengusap wajahnya kasar. "Sha, aku meluk Tata cuma nenangin dia doang, dia abis putus sama bang Rey dan aku gak mungkin biarin dia terus nangis di jalan gitu aja kan?"

Tak ada respon dari Resha. Valdo kembali mencoba membujuk gadis itu agar keluar.

"Sha, jangan gini. Kita bisa bicarain ini baik-baik kan?"

"Nggak ada yang perlu di bicarain, Do. Mending kamu pergi" balas Resha dengan suara seraknya.

"Aku gak akan pergi sebelum kamu dengerin penjelasan aku, Sha. Aku gak akan pergi di saat kamu lagi butuh tempat buat luapin kesedihan kamu" ujar Valdo. " Jadi aku mohon kamu keluar ya, aku khawatir sama kamu, Sha" sambungnya. Namun tak ada respon apapun dari Resha di dalam sana.

Tak lama pintu pun terbuka, menampilkan Resha yang berdiri dengan air mata yang mengalir di pipinya. Tangisan Resha pun pecah detik itu juga. Valdo mendekat, merengkuh tubuh mungil gadis itu. Mengusap punggungnya pelan, membiarkan gadis itu menangis di dadanya sembari memukulnya.

"Aku minta maaf" ucap Valdo.

"Hiks,,, kamu jahat tau gak?!" racau Resha di sela tangisannya.

"Maaf" Meski Valdo tak bersalah sekalipun, sebagai laki-laki ia akan tetap meminta maaf. Karena sepatutnya, perempuan hanya ingin di mengerti.

Resha tak menanggapinya, gadis itu melingkarkan kedua tangannya di leher Valdo saat di rasa tubuhnya melayang. Valdo menggendong Resha masuk ke dalam apartement, meletakkan gadis itu ke atas sofa. Cowok itu hendak bangkit berniat ke dapur untuk memberi Resha minum, namun Resha tak melepaskan pelukannya. Mengerti dengan kondisi Resha, Valdo pun akhirnya mengalah.

"Maaf ya" kata Valdo lagi dan kali ini mendapat anggukan dari Resha.

"Kamu percaya kan apa yang aku bilang tadi?" Resha mengangguk lagi. Valdo pun menghela napas lega.

"Jangan gitu lagi, Sha. Jangan pergi gitu aja kayak semalam, aku khawatir"

"Maaf" ucap Resha, masih memeluk Valdo.

"Gapapa sayang, yang penting kamu baik-baik aja" kata Valdo sembari mengelus rambut Resha penuh sayang.

"Aku pikir kamu sama kayak papa yang duain mama"

"Gak, Sha. Jangan pernah berfikiran kalo aku bakal duain kamu. Aku pastiin itu gak akan pernah terjadi"

"Semua cowok awalnya gitu kan? Tapi setelah dia ketemu cewek lain yang lebih baik, dia berubah pikiran" kata Resha parau. Gadis itu menarik diri, menatap Valdo tanpa melepaskan rangkulannya.

Valdo tersenyum, satu tangan cowok itu terangkat menyelipkan helaian rambut Resha ke belakang telinganya. "Kalo kamu takut itu terjadi ke aku, biar aku berusaha jadiin kamu yang pertama dan terakhir di hidup aku"

☃☃☃

NOTE:

Monmaap kalo updatenya lama ya, dan mungkin untuk ke depannya bakal lama juga karena hana mau fokus sama cerita My Boy is Cold prince yang rencananya mau hana jadiin novel. Inshaallah taun depan bisa di terbitin, mohon doanya yaa biar semuanya lancar tanpa hambatan, dan Hama selalu di berikan kesehatan agar hana tetap menuliskan karya" hana🤗

Makasih banyak buat kalian yang selalu nunggu dan dukung cerita hana. Tanpa kalian hana bukan apa-apa😘

Jangan lupa Follow:

IG : @Hananayajy_
@wattpadhn_

Youtube : Hananayajy_

Di sana kalian bisa liat video dan info lainnya tentang cerita hana.

Terima kasih
Sayang kalian semua
❤❤❤

Continue Reading

You'll Also Like

Only You By yussi

Teen Fiction

3.2M 119K 18
[TELAH TERBIT] Ini tentang Galen Alvaro. Seorang siswa populer di SMA Twist dengan sejuta pesonanya. Galen dapat membuat gadis mana pun terpukau de...
259K 28.7K 40
📖 DILARANG COPAS/MENJIPLAK KARYA HANA OKE👻 Lebih baik punya karya hasil otak sendiri dari pada punya karya tapi hasil otak orang lain😂True? Jadi...
2.6M 260K 64
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Tersedia di Gramedia + Part Lengkap✔️ 17+ Terbit di @reneluvbooks dan sudah tersedia di Gramedia seluruh Indonesia. *** Al...
6.9M 293K 59
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...