Dua Ranjang

By AmiRaka355

105K 5.1K 355

Danu adalah suami dari wanita cantik bernama Yura. Lima tahun pernikahan mereka belum memiliki keturunan. Hin... More

Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 14

Bagian 15 End Versi KBM dan WP

10K 276 37
By AmiRaka355

PART 15        Pov:  Yura.

💖💖

Ternyata pria di depanku ini adalah teman Mas Danu yang sering datang ke cafe. Namanya Ikbal. Dia pikir wanita yang di cintai Mas Danu adalah Ema sehingga dia mendekati Ema, tapi setelah tahu kenyataannya bahwa orang yang dicintai Mas Danu itu adalah aku, kini dia beralih menculikku.

“Mau kamu apa?” tanyaku sedikit berteriak.

“Aku mau si Danu itu merasakan penderitaanku selama ini. Dengan menjauhkanmu darinya.”

“Yang salah papanya, rasanya tidak adil jika kau menghukumnya seperti ini!” Aku berbalik dan hendak membuka pintu, tapi tangannya langsung menarikku.”Lepaskan! Sakit!” teriakku sembari berusaha melepaskan cengkraman tangannya.

“Jangan macam-macam atau kau akan membusuk di sini!” Dia mendorongku ke ranjang.

Lalu berbalik dan melangkah ke arah balkon rumah, tapi tiba-tiba

Brak!

Pintu terbuka. Hamza masuk dengan muka lebam di dekat bibir. Ia langsung melompat dan menerajang Ikbal tepat di bahunya. Karena tidak siap dengan serangan Hamza, Ikbal langsung tersungkur ke lantai. Secepat kilat Hamza menarik tanganku dan mengajak berlari keluar kamar.

“Za dari mana kau tau aku ada di sini?” tanyaku sambil terus berlari.

“Ceritanya panjang, yang penting kita keluar dari rumah ini!” jawabnya dengan napas terengah.

Kami terus berlari dan kini sedang menuruni anak tangga, terlihat beberapa orang tergeletak tak sadarkan diri di beberapa sudut ruangan.

“Hei berhenti kalian!!” teriak seseorang dari atas. Kami menghentikan langkah lalu menoleh ke belakang. Ternyata Ikbal sedang berdiri di atas sana menenteng pistol di tangan dan mengarahkan pistol itu ke arah kami.

Hamza menggenggam tanganku semakin erat kemudian menoleh ke arahku, dia mengangguk pelan, memberi aba-aba untuk kembali berlari.

“Hitungan ke tiga berlari. Apapun yang terjadi jangan lepaskan tanganmu,” bisiknya lirih.

Aku mengangguk tanda mengerti, wajah Hamza sudah penuh oleh keringat begitu juga aku. Aku bahkan menelan salivaku beberapa kali, perasaan cemas dan takut berbaur menjadi satu.

“Satu ... “ aku bersiap, sementara Ikbal sudah mulai menuruni anak tangga.

“Dua ... “ jantungku rasanya mau copot.

Bagaimana jika di antara kami ada yang tertembak. Aku berdoa dalam hati dan mengucap bismillah berulah kali.

“Tiga!” Hamza langsung menarik tanganku dan kami melesat keluar rumah berlari sekencang-kencangnya.

“Berhentiiii! Dor!! Dor !!” Ikbal melepaskan tembakan sebanyak dua kali.

Beruntung pelurunya tidak mengenai kami. Sekuat tenaga kami terus berlari, melewati jalanan yang mulai sepi, karena rumah ini jauh dari keramaian.

***

“Za ... Stop! Stop!” pintaku setelah kami sudah berlari lumayan jauh.

Aku berjongkok dan terengah-engah mengatur napas. Aku tidak kuat lagi melanjutkan perjalanan.

“Yun, kamu masih kuat?” tanya Hamza melakukan hal yang sama denganku.

Aku menoleh ke belakang beberapa kali, tak terlihat Ikbal sedang mengejar kami.

“Aku capek, Za. Sumpah capek banget!” Hamza langsung berjongkok di depanku.

“Za, kamu ngapain?” tanyaku bingung.

“Naik ke punggungku. Biar aku gendong,” pintanya.

“Hahahahahahah.” Aku tertawa melihatnya seperti itu.

“Kenapa ketawa? Bukannya naik!” protes Hamza.

“Nggak ah! Nggak boleh, kita bukan muhrim,” sahutku enteng kembali berjalan.

Hamza sedikit berlari mengimbangi langkahku karena aku meninggalkannya begitu saja.

“Sayangnya, iya ... semoga jika kita di lahirkan lagi bisa sama-sama, ya!” ucapnya yang membuat aku tersenyum tak enak.

Kami berjalan sampai di persimpangan. Kemudian duduk di sebuah kursi besi bewarna hitam di pinggir jalan. Suasana cukup ramai. Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 malam.

“Za, setelah ini aku mau ke rumah sakit. Sebelumnya terima kasih banyak, ya.” pamitku dengan wajah tertunduk, rasanya tidak enak membiarkannya duduk di sini sendiri. Eh, kamu belum jawab pertanyaan aku, kenapa kamu bisa tau aku di culik?”

“Aku anter ke rumah sakit, ya? aku Cuma takut di antara mereka masih ada yang ngikutin kamu.

“Nggak perlu, aku bisa sendiri kok.” Aku tersenyum kemudian menatap wajahnya yang penuh peluh lalu mengeluarkan sapu tangan dari dalam tas. Kuusap dahi, kening lalu pipinya yang penuh keringat. Dia menangkap tanganku lalu menatap sendu. Buru-buru kulepaskan genggaman tangannya dan berusaha mencairkan suasana yang mulai kaku.

“Kamu belum jawab pertanyaan aku, Za.”

“Jangan berikan perhatian lebih padaku, Yun. Takut hati ini terus berharap padamu,” katanya masih dengan tatapan itu. “Aku datang ke cafe di saat penculik itu menarikmu ke mobil, kemudian mengikuti kalian dari belakang dengan meminta tolong tukang ojek yang kebetulan lewat.”

“Sekali lagi, makasih ya!” Aku berdiri hendak berjalan menuju halte untuk menunggu Bis. “Kalau begitu aku duduk di sana, ya. mungkin sebentar lagi Bis yang kutunggu lewat. Atau kamu mau nemenin aku duduk di sana?” tanyaku.

Hamza ikut berdiri di hadapanku. “ Kamu hati-hati, kita beda arah. Kamu ke kiri dan aku ke kanan,” katanya tersenyum sambil menepuk puncak kepalaku. “Salam buat suamimu. Dia pria paling beruntung memiliki kamu di dunia.”

“Ih, apaan sih!” kataku melepaskan tangannya dari kepala. “Kamu juga hati-hati,” pesanku padanya kemudian kami berdua sama-sama berbalik. Kami berjalan berlawanan arah. Baru saja kakiku berjalan tiga langkah.

“Dorrrr!” Aku menoleh ke belakang dan Hamzah ambruk ke lantai. Ikbal berjalan ke arahku, tanpa pikir panjang aku berteriak.

“Tolonggg!!! Tolonggg!!”

Semua orang yang ada di dekatku berlari mendekat, Ikbal panik dan langsung berlari tak tau kemana. Aku langsung berlari menghampiri Hamza. Saat kuangkat kepalanya kepangkuanku ternyata darah sudah mengalir deras.

“Astaqfirullahalazim ... Za! Bangun Za, tolong... tolong !! Za, kumohong bangun, Za!” Aku menangis memeluk kepala Hamza erat. Dia tak bergeming, matanya terus terpejam. Peluru itu mengenai tepat di kepala bagian belakang dekat telinga.

“Za, bangun za ...! Hamzaaaa!!!”

***

Aku berdiri mematung di depan rumah sakit di mana anak itu di rawat. Sebelumnya satu minggu aku menemani Ibu di RS yang berbeda untuk menunggu Hamza sadar. Beruntung nyawa Hamza bisa tertolong, peluru yang bersarang di kepalanya sudah berhasil di keluarkan. Selama lima hari aku dan Ibu cemas menunggu dia koma. Namun, saat dia tersadar dia malah memintaku pergi.

“Yun, bukankah malam itu kau ada janji bertemu suamimu? Kenapa kau masih di sini?” tanyanya setelah melihatku ada di sampingnya.

“Aku ingin menemanimu, Za. Karena aku kau seperti ini. Aku berhutang nyawa padamu,”

“Ada Ibu bersamaku, temuilah suamimu. Kasihan dia pasti menunggu!” pintanya. Lama kami saling diam hingga Ibu datang dan mencairkan suasana. “Za, pelakunya sudah di tangkap polisi.” Kataku memberi tahu Hamza.

“Benarkah?”

“Iya, tiga hari setelah aku membuat laporan, polisi menangkapnya di perbatasan  kota. Dia hendak melarikan diri.”

“Jadi, dia saudara suamimu, Yun? Karena mereka satu Bapak.” tanya Hamza.

"Iya, Za.”

Ibu mendekat dan duduk di sisi ranjang. “Sekarang kamu tidak perlu khawatir, Nak. Penjahatnya kan sudah ketangkep,” sambung Ibu.

“Sekarang sudah aman, temuilah suamimu Yun!” pinta Hamza sekali lagi. Kulirik Ibu dan dia menganggukkan kepala tanda setuju sedangkan Hamza menatap ke arah jendela yang terbuka, pikirannya seperti melayang. Entah apa yang di pikirkannya.

***

Aku melangkahkan kaki pasti memasuki gedung rumah sakit. Kuingat-ingat saat Ema memberi tahu di kamar nomor berapa anak itu di rawat. Sialnya aku lupa, kuputuskan mampir ke kantin terlebih dahulu, setelah ini aku akan bertanya ke bagian resepsionis.

Jam menunjukkan pukul 08.00 malam. Aku memilih duduk di ujung kantin ini lalu memesan kopi susu kesukaan Mas Danu. Tersenyum aku mengingat kebersamaan kami dulu.

Dret ... dret ... drett ....

Ponsel bergetar, buru-buru aku mengeluarkannya dari dalam tas. Terlihat nomor yang tak di kenal.

“Halo, Assalamualaikum,“ sapaku sambil menyeruput kopi di hadapan.

“WaalaikumSayang ... “ Aku terdiam mendengar suara dari seberang telepon. Sapaan itu dulu amat sering di pakai Mas Danu untuk menjawab salamku.

“Mas ... “

“Iya ... “

“Mas tau nomorku dari mana?”

“Dari Mbak Rita.”

“Oh, kamu apa kabar?”

Baik Sayang.” Hatiku tersentuh mendengar suara lembut Mas Danu. Mungkin dia ada di dalam gedung rumah sakit itu. ‘ Sabar Mas aku akan menemuimu ‘ ucapku dalam hati.

“Kok diem? Kamu kemana aja? Mas mencari kamu beberapa kali, tapi kamu tidak ada di sana.”

“Aku ada urusan, Mas.”

“Ada yang lebih penting dari Mas?” Aku terdiam. “Sayang, Mas mati-matian selalu ingin ada di samping kamu, nemenin kamu, tapi kenapa kamu selalu mati-matian ingin jauh dari Mas, menghindari Mas.” Aku menggigit bibirku sendiri. Semua yang dikatakan Mas Danu benar.

“Maaf, Mas ... “ ucapku lirih.

“Tidak perlu Sayang, kamu nggak salah. Kita hanya salah faham. Bisakah kita bertemu?”

“Kapan, Mas?”

“Sekarang.”

Tut ... tut ... tut ....

Bersamaan dengan panggilan terputus dua tangan kokoh memeluk leherku dari belakang. Mataku terpejam, lagi-lagi aku tak mampu menahan lelehan kristal yang jatuh bebas ke pipi. Mas Danu mencium pucuk kepalaku. Setelah itu duduk di hadapan, di hapusnya air mataku dengan ujung jari.

“Nggak boleh nangis, harus tersenyum. Mas Nggak mau lihat air mata itu lagi,” katanya menggenggam erat jemariku.

“Iya, Mas ... “

“Kita masuk yuk, lihat anak kita,” ajaknya sambil berdiri dan menggandeng tanganku. Aku ikut berdiri dan menggenggam tangan Mas Danu. Setelah membayar kopi kami melangkah masuk ke rumah sakit.

***

Dengan hati berdebar aku duduk di samping seorang anak yang sedang tertidur pulas di ranjang.

“Mas, dia?” tanyaku mendongak ke atas melihat wajah Mas Danu. Ia berdiri di sisiku dan memegang pundak. Mas Danu mengangguk lemah, dengan tangan bergetar aku meraba wajah anak itu. Kusentuh pipinya, kepalanya, matanya, hidungnya ...

“Ma ... Mas dia tampan,” ucapku terbata penuh keharuan. Aku menarik tanganku dari sana kemudian menutup mulut. Aku bahagia, luar biasa bahagia meskipun aku tak merasakannya ada dalam rahim ini. Anak itu menggeliat, membuatku sangat gemas. Mas Danu membisikkan sesuatu ke telingaku.

“Dia kangen sama Mamanya... “ ucapnya lirih. Aku berdiri dan memeluk Mas Danu, menangis. Mas Danu menepuk bahuku. Perlahan ku lerai pelukan lalu berjalan mendekat ke arah anak itu. Aku duduk di ranjang bagian atas, sedikit membungkuk mencium keningnya. Setetes air mata jatuh di wajah anak itu, dia merasakannya. Kemudian dia membuka mata.

‘Ya Allah ...’ indahnya kuasamu. Anak itu melihat ke arah Mas Danu kemudian langsung duduk.

“Pappa.” Mulut mungilnya bicara. Aku tak bisa membendung rasa haru dan bahagiaku.

“Mas ... “ kataku lirih. Mas Danu menggendong anak itu lalu memperkenalkanku.

“Sayang ... ini Mama,” kata Mas Danu mengajarinya bicara.

“Mam ... Mamma...” katanya terbata.

MasyaAllah, aku mengambil anak itu dari gendongan Mas Danu kemudian kuciumi wajahnya. Entah kebahagiaan mana lagi yang masih kudustakan. Aku sering mengeluh karena satu hal, padahal banyak hal yang sudah Allah berikan padaku dan aku lupa mensyukurinya.

         ----------------------------End---------------------------

Ini End versi KBM ya, masih ada 5 Part lagi di novelnya.

Bagaiamana reaksi Danu setelah tau rahasia besar yang di simpan Yura selama ini?
Bagaimana nasib Ema kedepannya setelah bercerai dengan Danu, dan Hamza yang sangat mencintai Yura?

Temukan jawabannya di Novel  😉😘

Halo Mak/Gan/Mba say 😃
Akhirnya Novel Dua Ranjang/Berbagi suami sudah open PO ya 😘

Bagi teman-teman yang sudah ikut waiting list, data akan di oper ke marketer dan mereka akan menghubungi teman-teman sekalian.
Bagi yang belum dan ingin ikut PO silahkan pilih Marketer terdekat di setiap daerah di bawah ini.

Berikut daftar marketer pemesanan Novel Berbagi Suami/Dua Ranjang ;

Silakan di recokin supaya mereka bahagia 😍😍

Shopee CV Setia Media / setia_bookstore

Marketer:
Asih Cintabukubookshop
Angelvin
Rani Sale Novel
Monika Angelina
Rumah Buku Bundarasya
Lisa Halim

JABODETABEK
1. Ghina
WA: wa.me/6285647890056
Fb: https://www.facebook.com/ghina.diena

2. Erna
WA: wa.me/6281818418641
FB: https://m.facebook.com/erna.dee

3. Nurul Rakhmah
WA: wa.me/628161698401
FB: https://www.facebook.com/nurul.rakhmah

JAWA BARAT & BANTEN
4. Citra Yuliana
WA: wa.me/6285212890632
Fb: https://www.facebook.com/indhizio12

JAWA TENGAH
5. Arien
WA: wa.me/6287834556186
Fb: https://www.facebook.com/riendillz

6. Sari
WA: wa.me/6285337009733
FB/Ig: https://www.facebook.com/sari.ii.3133 / @sari_iarl

7. Rina (Pemalang)
WA: wa.me/6281227147673
FB/IG: https://www.facebook.com/Rosyadaa / @galeri_bukufathir

8. Fadhillah (Solo)
WA: wa.me/6285728502169
FB/IG: https://www.facebook.com/faith.adhila / @faithadhila

JAWA TIMUR
9. Mega (Nganjuk)
Wa: wa.me/6285236502164
FB: https://www.facebook.com/annhyzhac

10. Iim (Bojonegoro)
WA: wa.me/6285327140008
FB: https://www.facebook.com/imroatim.maghfiroh

11. Dee
WA: wa.me/6281909079028
FB: https://www.facebook.com/dee.setiadi.1

12. Hikmah Wahyuni
WA: wa.me/6285895141445
FB: https://www.facebook.com/queensha.bilqisyafaris

13. Sukma (Sidoarjo)
WA: wa.me/6283857784578
FB: https://www.facebook.com/miftakhul.avicenna

PADANG
14. Melati
WA: wa.me/6285270090755
FB : https://www.facebook.com/melati.rebecca

LAMPUNG, PALEMBANG, JAMBI
15. Rhara
WA: wa.me/628976042201
FB: https://www.facebook.com/profile.php?id=100011311530844

PEKANBARU, RIAU, BATAM
16. Vetma
WA: wa.me/6285375306007
FB : https://www.facebook.com/Vetma.89df

SUMATERA UTARA
17. Eva Yusniyati
WA: wa.me/6282160976970
FB: https://www.facebook.com/eva.bundanazwa

JOGJA
18. Norma
WA: wa.me/6287821111789
FB: https://www.facebook.com/norma.julia9

KALIMANTAN BARAT
19. Widia (KalBar)
WA: wa.me/6285650819266
FB: https://www.facebook.com/misya.khayyira

20. Putri Tannya
WA: wa.me/62895701988112
FB: https://www.facebook.com/tannya.tillmans

KALIMANTAN SELATAN
21. Nur Hilmah
WA : wa.me/628781522236
FB/IG: https://www.facebook.com/yulinda.kireinahitodesu / @syahdu_kamila_azkia

KALTENG, KALSEL, KALTIM, KALTARA
22. Maya Ibrahim
WA: wa.me/6281351896703
FB: https://www.facebook.com/windanurrayyan

BALI
23. Nana
WA: wa.me/6285254315533
FB: https://www.facebook.com/isna.a.agustina

SULAWESI
24. Astha
WA: wa.me/6282346665065
FB: https://www.facebook.com/keyza.dindayanti

SULAWESI UTARA, GORONTALO, MALUKU & PAPUA
25. Rahmawati
WA: wa.me/6285246341299
FB/IG: https://www.facebook.com/emma.rachma16 / @rachmaw02

NUSA TENGGARA BARAT
26. Martisah
WA : wa.me/6287865266916
FB/IG : https://www.facebook.com/tiez.tiez.7 / @martisah1411

SUMATERA BARAT
27. Azizah Jeha
WA : wa.me/6285271421216
FB/IG : https://www.facebook.com/azizah.j.hanifah / @azizahjeha

Continue Reading

You'll Also Like

142K 4.1K 40
Warning 21+ (beberapa part diprivate,, kalian tahu bagaimana caranya jika mau baca, terima kasih) kisah cinta yang kembali terjalin setelah sekian la...
214K 3.3K 16
Nama, tempat, dan jalan cerita di novel ini hanya fiksi dan khayalan penulis, mohon maaf jika ada persamaan nama dan tempat dalam cerita ini. Alya C...
445K 12.2K 21
Sulaiman Devit, adalah seorang dosen di sebuah universitas swasta terkemuka di Indonesia, diusianya yang mendekati tiga puluh tahun, Devit belum juga...
65.9K 6.4K 25
Yuki gadis cantik yang baru saja menikah dengan pria yg telah lama dia Cintai. Tpi Sayangnya lelaki itu hanya menganggap Yuki adiknya tidak lebih. Hi...