Bagian 15 End Versi KBM dan WP

10K 276 37
                                    

PART 15        Pov:  Yura.

💖💖

Ternyata pria di depanku ini adalah teman Mas Danu yang sering datang ke cafe. Namanya Ikbal. Dia pikir wanita yang di cintai Mas Danu adalah Ema sehingga dia mendekati Ema, tapi setelah tahu kenyataannya bahwa orang yang dicintai Mas Danu itu adalah aku, kini dia beralih menculikku.

“Mau kamu apa?” tanyaku sedikit berteriak.

“Aku mau si Danu itu merasakan penderitaanku selama ini. Dengan menjauhkanmu darinya.”

“Yang salah papanya, rasanya tidak adil jika kau menghukumnya seperti ini!” Aku berbalik dan hendak membuka pintu, tapi tangannya langsung menarikku.”Lepaskan! Sakit!” teriakku sembari berusaha melepaskan cengkraman tangannya.

“Jangan macam-macam atau kau akan membusuk di sini!” Dia mendorongku ke ranjang.

Lalu berbalik dan melangkah ke arah balkon rumah, tapi tiba-tiba

Brak!

Pintu terbuka. Hamza masuk dengan muka lebam di dekat bibir. Ia langsung melompat dan menerajang Ikbal tepat di bahunya. Karena tidak siap dengan serangan Hamza, Ikbal langsung tersungkur ke lantai. Secepat kilat Hamza menarik tanganku dan mengajak berlari keluar kamar.

“Za dari mana kau tau aku ada di sini?” tanyaku sambil terus berlari.

“Ceritanya panjang, yang penting kita keluar dari rumah ini!” jawabnya dengan napas terengah.

Kami terus berlari dan kini sedang menuruni anak tangga, terlihat beberapa orang tergeletak tak sadarkan diri di beberapa sudut ruangan.

“Hei berhenti kalian!!” teriak seseorang dari atas. Kami menghentikan langkah lalu menoleh ke belakang. Ternyata Ikbal sedang berdiri di atas sana menenteng pistol di tangan dan mengarahkan pistol itu ke arah kami.

Hamza menggenggam tanganku semakin erat kemudian menoleh ke arahku, dia mengangguk pelan, memberi aba-aba untuk kembali berlari.

“Hitungan ke tiga berlari. Apapun yang terjadi jangan lepaskan tanganmu,” bisiknya lirih.

Aku mengangguk tanda mengerti, wajah Hamza sudah penuh oleh keringat begitu juga aku. Aku bahkan menelan salivaku beberapa kali, perasaan cemas dan takut berbaur menjadi satu.

“Satu ... “ aku bersiap, sementara Ikbal sudah mulai menuruni anak tangga.

“Dua ... “ jantungku rasanya mau copot.

Bagaimana jika di antara kami ada yang tertembak. Aku berdoa dalam hati dan mengucap bismillah berulah kali.

“Tiga!” Hamza langsung menarik tanganku dan kami melesat keluar rumah berlari sekencang-kencangnya.

“Berhentiiii! Dor!! Dor !!” Ikbal melepaskan tembakan sebanyak dua kali.

Beruntung pelurunya tidak mengenai kami. Sekuat tenaga kami terus berlari, melewati jalanan yang mulai sepi, karena rumah ini jauh dari keramaian.

***

“Za ... Stop! Stop!” pintaku setelah kami sudah berlari lumayan jauh.

Aku berjongkok dan terengah-engah mengatur napas. Aku tidak kuat lagi melanjutkan perjalanan.

“Yun, kamu masih kuat?” tanya Hamza melakukan hal yang sama denganku.

Aku menoleh ke belakang beberapa kali, tak terlihat Ikbal sedang mengejar kami.

“Aku capek, Za. Sumpah capek banget!” Hamza langsung berjongkok di depanku.

“Za, kamu ngapain?” tanyaku bingung.

Dua Ranjangحيث تعيش القصص. اكتشف الآن