Cinta Halalku✔ [BELUM REVISI]

By Mifthahuljannah_

101K 4.6K 91

⚠Genre: SPIRITUAL-ROMANCE⚠ Cinta itu bagaikan kapten dan nahkoda kapal. Apabila mereka tak saling menguatkan... More

#01: Prolog
#02: Pertemuan
#03: Ternyata dia?
#04: Rasa apa ini?
#05: Dokter Aditya Pratama
#06: Ana uhibbuki fillah
#08: Keputusan
#09: Khitbah dan jawaban
#10: Terungkap
#11: Sah!
#12: Sajadahku dan sajadahnya
#13: Pasangan romansa halal
#14: Anugerah dan bencana
#15: Kekecewaan
#16: Mengikhlaskan atau mempertahankan?
#17: Kabar penuh luka!
#18: Menjalani takdir
#19: Kembali Bertemu?
#20: Menanti penerus?
#21: Alhamdulillah
#22: La Tahzan
#23: Makna Sebuah Kata
#24: Permintaan Bodoh Annisa?
#25: Pengungkapan Raihan
#26: Kebahagiaan yang tersimpan
#27: Sebuah lagu
#28: Takdir Mempertemukan
#29: Dibalik Rasa Benci
BUKAN UPDATE!
#30: "Aku cemburu."
#31: Nafisah Nadira Humairah
QnA!
#32: Menyerah!
Sapa Readers!
#33: Ragu
#34 : Kematian Palsu?
#35: Terbongkar
#36: Cinta Halalku

#07: Innallaha ma'ashobirin

2.3K 142 0
By Mifthahuljannah_

"Untuk kepedihan yang engkau alami, bersabar dan bertahanlah. Karena Allah tahu dimana batas kemampuanmu untuk masalah itu."

***

       Senja berlalu lalang menjadi malam. Aku shalat maghrib disertai dengan bacaan murotal qur'an di samping tempat tidurku sambil menunggu waktu 'isya datang. Terus berdzikir kepada Allah, menanti jawaban yang tepat untuknya. Saat ini aku hanya duduk termenung, bukannya berdzikir ataupun membaca murotal qur'an. Masih terbayang di benakku tentang kejadian tadi pagi.


Tok..Tok..Tok..

       Aku tersadar dari lamunanku setelah seorang mengetuk pintu kamarku. Aku bangkit dan membuka knop pintu.

       "Ada apa Bang?" tanyaku kepada lelaki berjubah coklat disertai dengan celana hitam dan sekaligus peci. Ya, dia Bang Alif.

       "Kamu masih marah dengan Abi tadi pagi Dek?" tanya Bang Alif mendangkupkan tangannya di pipiku.

       "Enggak kok Bang, Fatimah tak seharusnya membantah Abi tadi pagi." jawabku dengan penuh senyum merekah.

       "Jangan lupain nanti malam ya Dek, ingat kata Abang tadi pagi." goda Bang Alif sambil menarik hidungku.

      "Ih, apaansih. Udah ah Fatimah mau lanjuttin murotal." jawabku sambil menutup pintu.

     "Assalamu'alaikum Bang Alif." cibirnya mengekspresikan wajah centil.

       Aku kembali membuka pintu dan menatapnya. Kucubit pinggangnya lengannya. "Aduh, sakit tau Dek." decaknya sambil mengelus lengannya.


       "Bodo amat, habisnya ngeselin sih." ejekku sambil kembali menutup pintu.

       Ah, sudah kuduga. Apakah malam ini juga ia akan mengkhitbahku? Apakah tak ada pilihan lain selain dia? Oh Allah, semoga ia yang terbaik dari semuanya.

       Bukannya melanjut berdzikir dan murotal, aku malah membaringkan diriku di atas kasurku sambil memeluk guling. Masih tidak terbayang takdirmu oh Allah. Semoga dia yang terbaik.

       Saat ini aku hanya mengingat satu nama, Ustadz Raihan. Oh Allah, bagaimana rasaku terhadapnya? Haruskah aku menghapus rasa cintaku kepadanya? Allah, engkau maha pembolak-balik hati manusia.

Kriing..Kriing..

        Aku menggapai ponselku yang berada di atas meja samping kasur. Kulihat layarnya dan aku berdecak. Ah, dia lagi.

       "Halo Assalamu'alaikum." ucapnya dari balik telepon.

       "Wa'alaikumussalam. Ada apa Gus?" jawabku dan menanyakan keperluannya meneleponku.

       "Fatimah." nadanya lirih.

       "Iya?"

       "Kamu akan di khitbah oleh lelaki lain?" tanyanya merendah.


       "Iya Gus. Maafkan Fatimah karena selama ini tidak bisa membalas perasaan Gus Sofyan." jawabku merasa bersalah.

       "Tidak apa-apa. Kamu bukan takdirku. Allah berkehendak lain, pasti Allah akan mempertemukanku dengan wanita lain seperti dirimu Fatimah. Assalamu'alaikum." lirihnya.

       Maafkan aku Gus, aku sungguh tak bisa membalas perasaanmu sedikitpun. Aku mengerti perasaanmu. Semoga engkau mendapat wanita yang lebih baik dariku kelak. Aamiin allahumma aamiin..

       Aku menjawab salamnya dan mengakhiri telepon kami. Ah, sungguh perasaan tidak bisa di bohongi. Aku benar-benar tak bisa berharap lebih kepada manusia selain dirimu Oh Rabb.

Kriing..Kriing..

       Ketika ponselku kembali berbunyi kedua kalinya. Aku kira Gus Sofyan kembali meneleponku, ternyata tidak. Tertera nama Ustadz Raihan di sana. Oh Allah apa lagi ini?

       "Assalamu'alaikum Fatimah." ucapnya.

       "Wa'alaikumussalam. Ada apa Rai?" tanyaku.

       Walaupun ia bossku, namun ia pernah berpesan jikalau tidak sedang beraktifitas di pesantren, bersikaplah seperti biasa. Akupun menurutinya.

       "Selamat ya, semoga kamu bisa menentukan pilihanmu secepat mungkin. Semoga menjadi pasangan romansa halal yang sakinah mawaddah warahmah." ucapnya.

       Astaghfirullah, Ustadz Raihan maafkan aku, aku sungguh tak bermaksud untuk membuatmu sakit hati. Aku mengerti perasaanmu kepadaku.

       "Rai? maafkan aku." lirihku menahan air mataku.

       "Tidak apa-apa. Aku ngerti perasaanmu." jawabnya datar.

       "Rai, aku tak bermaksud menyakitimu, Allah yang akan menentukan jodoh. Aku tak berharap atas perjodohan ini Raihan." lagi-lagi aku kalah dengan air mataku. Ia jatuh seakan meluncur secepat ini.

       "Aku mengerti, Allah yang menentukan jodoh dan kematian. Takdir Allah tetap menjadi takdir Allah. Aku tak berharap buruk atas perjodohanmu, semoga kamu bahagia ya. Udah dong jangan nangis." jawabnya sambil mendukungku walaupun aku tahu saat ini ia sedang menahan rasa sakit hati.

       "Iya Rai." lirihku.

       "Kamu tau?" lanjutnya bercerita.

       "Tau apa?" ucapku bingung.

       "Namamu adalah nama kedua setelah nama Annisa Zulfa Jannah." ucapnya.

       Jadi sebelumnya dia memiliki calon kekasihnya? Oh Allah sungguh aku benar-benar merasa bersalah terhadap semua lelaki.

       "Siapa dia?"

       "Dia.." Raihan menggantung kata-katanya.

       Aku hanya menunggunya melanjutkan kata-katanya. Ia menghela nafas panjang, mungkin pengakuan kekecewaan. Tetap menunggunya, namun nihil, ia malah mengakhiri telepon kami.

       Ada apa dengannya? Siapa Annisa Zulfa Jannah? apakah mantan calon istrinya dulu? atau mereka telah menikah? Ah, aku menghela nafas panjang, menanti acara nanti malam.

***

       Mataku mengarah ke arah detik jam. jam menunjukkan pukul 20.15. Selesai sudah aku shalat isya dan sekarang aku duduk di depan cermin, aku lihat penjahat disana. Ya! penjahat yang sedang memainkan alur kehidupan dengan banyak lelaki. Seorang wanita yang menyakiti banyak hati demi mementingkan hatinya sendiri.

Tok..Tok..Tok..

       Seorang mengetuk pintu kamarku dan masuk begitu saja. "Fatimah." ucap Khadijah kepada anaknya.

       "Iya Umi?" tanyaku sambil menoleh.

       "Ayo turun nak, calon imammu sudah menunggu di bawah." ucap Umi sambil Mengelus punggungku lembut.

       Aku merekahkan senyum, seolah tak terjadi apa-apa disini. Seolah hatiku baik-baik saja. Dan saat ini aku hanya ingin memendam perasaan ini sendiri, tak ingin memberitahu Aisyah karena aku juga tau betapa rumitnya percintaannya dengan Bang Arkan. Bukan hanya diriku yang harus dipentingkan. Karena itu seolah-olah menjadikanku pribadi yang egois.

       "Iya Umi." jawabku.

       Aku mengikuti langkah kaki Umi, menundukkan pandangan dan menuruni tangga satu persatu. Kudengar suara bariton lelaki lembut sedang berbincang-bincang dengan Abi dan Bang Alif tak ketinggalan pula Mbak Naira dan Anaknya yang lucu itu.

       "Ini Anak kedua saya, namanya Fatimah Azzahra." Abi memperkenalkanku kepada lelaki dan wanita paruh baya.

       "Masya Allah, cantiknya calon menantuku." jawab wanita paruh baya itu.

       Aku mulai memberanikan diri, melihat siapa yang akan mengkhitbahku. Setelah aku memberanikan diri, aku mulai mengangkat kepalaku dan melihat seorang lelaki tampan sedang senyum ke arahku.

       Dia? Oh Allah apakah mimpi itu akan menjadi nyata? Subhanallah, takdirku yang rumit ini mempermainkanku.

       "Dokter Adit?" tanyaku sambil memperhatikannya heran.

       "Abi dan Umi tau nak, pasti kamu mengenal Dokter Adit. Ia doktermu kemarin di Rumah Sakit kan?" jawab Umi tersenyum.

       "Jadi Abi dan Umi sudah janjian untuk menjodohkan Fatimah kepada lelaki ini?" jawabku tegas. Aku benar-benar marah, tak bisa kupungkiri lagi semuanya, bantu aku Raihan.

       "Fatimah, jaga sikapmu." perintah abi sedikit berbisik.

       Harus apa? lari dari kenyataan? haha, tidak semudah itu. Aku hanya diam dan duduk di sebelah Umi sambil menggenggam tangan Umi yang hangat itu.

       "Kedatangan saya kemari ingin mengkhitbah anak Ustadz yang bernama Fatimah Azzahra." ucap Dokter Adit sambil memperlihatkan deretan giginya yang putih itu.

       Wallahi, sungguh aku tidak ridho dengan perjodohan ini, sungguh aku tak sanggup melihat perlakuan Abi seperti ini. Abi, Fatimah rindu Abi yang dulu, yang selalu memanjakan putrinya bak ratu di rumah ini.

       "Bagaimana nak?" tanya lelaki paruh baya yang bisa disebut Abinya Dokter Aditya.

       "Izinkan saya untuk shalat istikharah dulu Om, Tante." jawabku.

       "Baiklah, esok lusa kami akan kembali untuk mempertanyakan hal yang sama, kalau begitu kami pamit Ustadz." ucap lelaki paruh baya itu.

       Aku melihat desiran mata kecewa, sakit dan terluka. Tapi aku lebih merasakan itu semua dari apa yang kulihat di wajah Dokter Aditya.

       "Assalamu'alaikum." ucap keluarga tersebut lalu pamit pulang.

       "Wa'alaikumussalam." jawab keluarga Firdausy.

       Beberapa menit Abi, Umi, Bang Alif dan Mbak Naira menghantarkan mereka sampai ke depan rumah, mereka kembali ke ruang tamu. Aku yang hanya duduk terpaku disitu sendiri menunggu keajaiban. Keajaiban apalagi yang engkau tunggu Fatimah? berhentilah berharap kepada Ustadzmu itu!

       "Lain kali jaga sikap kamu Fatimah, Abi tidak suka melihat sikapmu tadi yang tidak sopan!" bentak Abi kepadaku sambil duduk.

       "Abi kenapa sih! Fatimah salah apa dengan Abi? Abi jahat, Abi tak seperti seorang ayah Fatimah dulu,"

       "Abi kenapa bersikap seolah-olah seperti ini? Abi benci dengan Fatimah? Usir saja Fatimah Bi!"

       "Fatimah tak bisa secepat itu mencintai seseorang. Fatimah akan berusaha, tapi Fatimah tak suka dengan cara Abi memperlakukan Fatimah seperti ini, Fatimah anak Abi bukan? kenapa Abi tega Bi? Kenapa?!" ocehku sambil menatap Abi dan menangis sejadi mungkin.

       "Jaga mulut kamu Fatimah!" bentak Abi sambil menunjukku.

       "Sudah Mas, sabar." lirih Umi menenangkan Abi.

         "Fatimah kecewa dengan Abi! 'kecewa'." jawabku sambil memukul meja kaca itu hingga pecah.

       Tanganku luka hingga berdarah lebar, aku hanya meringis kesakitan disertai dengan menangis menahan semua yang kualami. Ummu yang saat itu melihatku pun ikut menangis.

       "Astaghfirullah Dek, tanganmu berdarah." ucap Bang Alif sambil menghampiriku dan memegang pundak kananku.

       "Aunty jangan nangis." teriak putri kecil yang bernama Ummu itu.

       "Lepas Bang! Fatimah gapapa. Lebih sakit hati Fatimah yang sudah dibentak Abi dan dikasari seperti itu! coba Abang fikir! anak mana yang tak sakit hati dibentak oleh orangtuanya? Fatimah benar-benar kecewa dengan Abi!" tegasku dan pergi ke lantai kedua dengan tanganku yang berdarah ini. Kukunci pintu kamar dan menangis sejadi-jadinya di dalam.

       "Dek, kamu juga membentak Abi. Tolong kamu fikirkan betapa sakitnya hati Abi saat kamu bentak seperti itu." cetus Bang Alif.

       Allah, takdirmu sungguh menguras air mataku. Aku rasa inikah yang engkau sebut takdirmu? Berkali-kali aku beristighfar karena telah menyalahkan takdir Allah sebaik ini.

"Takdirmu indah Allah, terima kasih." batinku sambil menangis.

***

Raihan POV

       
       Aku menyusuri koridor pesantren, ingin menyaksikan calon imam Fatimah, namun hanya melihat pemandangan jauh mobilnya yang sudah menjauh. Ah aku terlambat.

       Saat ingin membalikkan badanku, aku mendengar suara beling seperti pecah dan suara tangis begitu menggelegar disana. Allah, apa yang terjadi dengan Fatimah? selamatkan ia, aku tak ingin dia terluka karena tidak bisa menerima takdirnya-batinku.

       Aku hanya mendengar suara teriakan Fatimah dan Kyai sedang beradu mulut. Lalu? senyap. Aku masuk ke dalam rumah, meminta izin untuk masuk kepada Mbak Naira dan alhamdulillah diizinkan.


       "Assalamu'alaikum." ucapku memasuki rumah megah itu.

       "Wa'alaikumussalam." ucap Bu Kyai, Mbak Naira dan Ustadz Alif. Tak kudengar suara Kyai disana.

       Aku hanya melihat Kyai yang sedang duduk menunduk disertai dengan tangan di kepalanya, seperti orang bingung campur sedih. Ada apa sebenarnya?

       "Kyai." desisku sambil duduk disampingnya.

       "Tolong kamu pergi ke kamar Fatimah dan tenangkan dia, bawa ini juga." perintah Kyai terhadapku sambil menyodorkan kotak P3K.

       Kenapa dengan Fatimah? dia terluka? Allah lindungi dia.

       "Tapi Kyai.." ucapku takut.

       "Pergilah Raihan." jawab Kyai lembut.

       "Baiklah Kyai, saya pergi ke atas dulu."

       Aku menaiki tangga dengan membawa kotak P3K sambil mengucapkan istighfar. Pandanganku lurus ke depan pintu Fatimah, takut rasanya Aku menggangunya disaat seperti ini.

       "Assalamu'alaikum Fatimah." ucapku

       Tak ada jawaban apapun darinya, aku hanya mendengar isak tangisnya semakin menjadi-jadi.

       "Fatimah, ini aku, Raihan." ucapku untuk kedua kalinya berharap ia membukakan pintu untukku.

       Tetap tak ada jawaban darinya, aku hanya cemas dan khawatir terhadap dirinya. Aku mengumpulkan ide untuk mendobrak pintu kamarnya.

       "Satu..."

       "Dua..."

       "Ti.."

       Alhamdulillah, Fatimah keluar. Dengan matanya yang sembab dan darah di tangannya yang masih mengalir itu membuatku semakin khawatir.

       "Raihan." desisnya memegang tanganku.

       "Sebutkan 1 kalimat untuk menguatkanku." sambungnya.

       Aku hanya memperhatikannya dan menatap wajahnya yang penuh dengan sendu itu.

"Innallaha ma'ashobirin, Fatimah." jawabku.

       Seketika ia tersenyum, dan tubuhnya ambruk ke sebelah kananku. Aku membopong badannya yang saat itu terjatuh dan memanggil Bang Alif beserta Kyai dan semuanya.

***

Mifthahul jannah
29-11-2019

Assalamu'alaikum readers?
udah dapet feel nya belum?

'Afwan kalau cerita ini semakin gaje, haha. Authornya jahat sih.

Klik vote dan ketik comment di bawah ya😚❤

Jazakillahu khairan katsiron

Vote disini⬇

Continue Reading

You'll Also Like

Love Hate By C I C I

Teen Fiction

2.9M 206K 36
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
887K 86.6K 25
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...
2.9M 29.3K 28
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
613K 44K 40
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...