AKSARA BUMI (REVISI)

By abitofputri

5.8K 1.4K 2.7K

Untuk Peri cantik dari pada Tuan Bintang, 'Semesta sangat menyayangimu'. Aku menyayangimu, Key. Itu sumpahku... More

Prolog
Bagian 1- Hai Key!
Bagian 2 - Key, aku Bintang
Bagian 3- cahaya untuk Key
Bagian 4 - Hujan Malam
Bagian 5 - Rembulan
Bagian 6 - Soto
Bagian 7 - Berteman
Bagian 8 - Aku yang Ingin Pulang
Bagian 9 - Tangisan Semesta
Bagian 10 - Taman Bermain
Bagian 11- Terbangkan Harapan
Bagian 12 - Janjiku
Bagian 13- Selimut Hitam
Bagian 14- Salam Pisah
Bagian 15- Tempat Kebahagiaan
Bagian 16- Aku Menyayangimu
Bagian 17- Ujung rasa
Bagian 18- Kedai Es krim
Bagian 19- Ilusi
Bagian 20- ambang hati
Bagian 22- Namanya Petualang
Bagian 23- Sebuah Pondasi
Bagian 24- Jangan Hilang
Bagian 25-Awal pengorbanan
Rumah yang benar-benar tak Berpuan
Bagian 26 - Separuh utuh
Bagian 27 - menjemput senyum
Bagian 28 - Peri Cantik
Bagian 29 - Key!
Bab 30- Semesta untuk Keytasha

Bagian 21- Semesta adalah Tuhan

135 42 95
By abitofputri

Semesta.
Ada yang jatuh tetap dibawah, ada yang sudah jatuh, tapi masih mencoba ingin terbang, ada yang jatuh, tapi malah milih ketimbun tanah. Semua itu, bukannya sesuai apa yang kita inginkan? Semesta hanya mencoba untuk mengabulkan, bukan?

Tapi bagaimana jika semesta yang justru malah mengendalikan semuanya? Semua yang coba manusia bangun, diputar balikan bak bianglala yang ia buat mainan. Sengaja membuat kita benci akan tingkahnya. Tapi mau dibawa ke ujung langit permasalahannyapun tetap kembali pada sebuah nama yang sudah digaris besarkan dan tak mampu disangkal. Takdir.

Kenapa harus begitu?

Karena semesta adalah Tuhan.

Kenapa begitu?

Karna Tuhan tak dapat dimainkan.

Malam lebaran, Key menutup wajahnya dipojok kamar dengan boneka besar. Seruan dari luar dihiraukannya. Keytasha tidak ingin menemui wanita yang menunggunya diluar dan tidak ingin melihat pria kejam yang bersama wanita itu.

Gagang pintu bergerak. Gadis kecil itu waspada takut jika pintu terbuka dan mereka yang muncul.

"Key."
"Key gak mau keluar, Eyang."
"Ibumu sudah menunggu, Key."
"Gak mau."

Kayah mendekat, mengelus rambut cucunya penuh sayang. Dia mengerti Key belum bisa menerima takdirnya, usianya masih kecil, dan sepantasnya Key tidak menanggung beban seberat itu. Ini semua salahnya. Kayah yang menyembunyikan semuanya dari Keytasha kecil. Andai saja dirinya jujur kepada Key. Pasti semua tidak akan seberat ini, tidak akan serumit ini. Key pasti paham dan menerimanya pelan-pelan.

Air matanya mulai turun.

"Key, maafin Eyang." Lirih Kayah, dia memeluk Key erat.

Key menggeleng, dia tidak bermaksud membuat orang yang dia sayang menangis, Key hanya tidak ingin menemui orang yang diluar. Padahal Key ingin bermain dengan saudara-saudaranya. Bertukar cerita dengan Amanda seperti biasanya diluar, bermain kembang api dan memakan banyak makanan bersama-sama.

"Key, ayo main main kembang api, aku beli banyak!" Seru gadis kecil yang masuk ke dalam kamar Keytasha sembari membopong kotak kembang api berukuran besar ditangannya.

"Key gak bisa mbak." Sahut Key

Amanda mendekat, ikut naik keranjang bergabung dengan Key dan neneknya. Dia menatap mereka bingung. Amanda tidak tahu kenapa Key menangis, padahal dia sudah membelikan Key kembang api banyak biar bisa main puas, tapi kenapa Key masih menangis.

"Eyang, Key kenapa?"
"Enggak apa-apa, sayang."
"Amanda udah beliin Key kembang api banyak, tapi kenapa Key masih nangis?" Jawab Amanda sesegukan.
"Ini bukan karena kembang apinya kurang Amanda, Key cuma lagi gak enak badan aja." Jelas Kayah.

Amanda berhenti menangis, melihat wajah Key sendu, dia mendekatkan tubuhnya pada Key dan memeluk saudaranya itu erat. "Key, jangan nangis, ayo main. Key pasti seneng." Ucapnya semangat.

Key tak sampai hati menolak Amanda, apalagi gadis itu sudah membawa banyak kembang api untuknya.

"Ayo, Key mau main." Jawab Key akhirnya, ia mengusap air mata yang membuat matanya menjadi bengkak, Kayah tersenyum akhirnya mereka keluar.

Key langsung menarik Amanda menuju halaman, berlari agar tidak bertemu dengan Prih dan Tohirin.

Amanda semangat membopong semua kembang apinya. Key menyalakan lilin. Mereka berdua tertawa riang memutarkan kembang api.

"Key." Key menegok kesuara lembut itu, matanya nanar. Andai Key bisa memeluknya.

"Bunda pamit dulu ya, udah malam." Key hanya mengangguk. Tangannya terulur untuk menyalami ibunya. Walaupun Key tidak ingin berinteraksi, tetap saja dia sudah diajarkan itu saat masih kecil. Key beralih ingin meraih tangan Tohirin juga, tangannya sudah terulur. Namun pria itu mengabaikan tangan Keytasha dan malah menghampiri Amanda untuk menyambut tangan Amanda yang ingin menyalaminya.

"Om pulang dulu ya, Nda."
"Oke Om."

Key memang tidak pernah diharapkan.

🍁🍁🍁

"Key, jangan suka ngalamun! Aku udah bilang." Bintang duduk, menyerahkan eskrim yang dia bawa untuk Keytasha.

"Gak ngalamun kok, cuma nunggu kamu belinya lama" Sangkal Key.

Bintang terkekeh. "Mau ngeles lagi biar aku gak cemburu?"
"Sama lamunanku aja kamu cemburu?"
"Karna lamunan itu menyita perhatian kamu pada wajah tampanku ini Key." Jawab Bintang sambil tertawa pelan.
"Narsis!" Cibir Key.
"Kalau ngalamunin aku sih gak papa."
"Gak mau serem!"

Bintang tergelak lagi. Jawaban Key yang ketus namun tetap lucu menurutnya. "Jangan ngelamunin jauh dari aku makanya, biar gak serem."

Key hanya diam, malas kalau harus terus menanggapi Bintang yang tak pernah kehabisan jawaban. Mau disangkal apapun, tetap saja selalu menang. Kalau begini, mending makan eskrim biar tetap dingin.

"Karena sesuatu yang kosong itu gak bagus, Key, walaupun kamu memasukannya sesuatu, tetap saja itu fana." Bintang tersenyum, menatap key yang terus memakan eskrimnya, ia pun ingin jahil, mendekat kearah Key dan mecomot satu gigit eskrim milik Key, membuat gadis itu kaget.

"Bintang!"
"Iya sayang?" Key menjitak kepala Bintang, laki-laki itu mengaduh kesakitan. Key hanya menatapnya datar, tak peduli walaupun Bintang terus menatapnya harap.

"Apa?!" Tanya Key ketus.
"Jahat banget sih, Key. Benjol kepalanya aa' Bintang." Key menatap Bintang yang terus mengelus dahinya. Sedikit membiru disana, apakah jitakan Key memang sekeras itu? Hingga membuat dahi Bintang lebam.

Padahal dia tidak sengaja, Bintang selalu bercanda.

Key menyentuh tangan Bintang, menjauhkannya dari dahi pria itu, kemudian digantikan oleh tangannya sendiri. Key mengelus dahi Bintang lembut, sesekali meniupnya yang membuat jarak mereka semakin menipis.

Bintang tersenyum menatap Key yang begitu lembut mengusap keningnya. Terlihat jelas raut khawatirnya membuat gadis itu semakin manis dimata Bintang.

"Aku gak papa Key, kamu jitak setiap hari kalau ujungnya bisa dielus-elus kamu gini." Cengir Bintang. Key langsung melotot dan menjauhkan tangannya.

Ujung-ujungnya, Bintang mengacaukan semuanya. 

"Loh kok berhenti, Key? Masih sakit."
"Biarin aja sakit, salah sendiri ngeselin!"
"Biar kamu kangen terus."

Key hanya diam dan kembali meniupi kening Bintang. Eskrimnya sudah meleleh, Bintang yang membelikan untuknya, namun laki-laki itu juga yang memakannya.

Entah kenapa Key nyaman melakukan ini. Tidak peduli dengan celotehan Bintang yang tidak penting. Key tidak ingin berhenti.

"Key."
"Hmmm."
"Kemarin, aku bertemu Dikta. Dia dokter, ya?" Key diam, menjauhkan tubuhnya pada Bintang.  "Gak tahu." Elaknya.
"Tapi, matamu tahu, Keytasha." Keytasha terkadang lupa, Bintang yang dari dulu memang tak bisa disangkal. Laki-laki itu selalu tahu, sempat Key bertanya pada benaknya. Apa benar dewa itu ada?

"Dikta itu anak guru aku, cuma yang aku tahu, Kenapasih?!"
Bintang tersenyum, Key memang tak pandai berbohong. "Gak apa-apa, kamu sering ketemu sama dia."
"Terus?"
"Terus apa ya, aku gak punya hak sih buat cemburu sama kamu. Tapi karena aku udah jatuh cinta sama kamu, jadi aku punya kewajiban buat cemburu."
"Gak mutu!" Dengus Key sebal, ia kemudian mengambil tasnya dan pergi meninggalkan Bintang.

"Loh Key! Kok aku ditinggal?!"
"Ngomong sama angin!" Teriak Key.

Karena aku tahu, Key tidak akan pernah menjawab pertanyaanku itu. Hidupnya selalu dibuat teka-teki. Membuat orang masuk, dan gagal memahaminya yang kemudian pergi. Tapi aku disini, seperti mauku pada semesta, aku adalah jawabannya, aku akan terus menjadi jawabanmu, Keytasha, ucap Bintang yang kemudian menyusul Key yang sudah mulai menjauh dari pandangannya.

🍁🍁🍁

"Key, cepet banget larinya!" Bintang mengatur nafas, membenarkan posisi kacamatanya yang miring. "Nanti kalau kamu hilang gimana?"

"Ini masih di Jakarta, Bintang!"
"Ya siapa tahu, seseorang bawa kamu pergi dari aku."
"Iya! Nanti aku mau ke Saturnus! Mau tinggal sama alien aja!"
"Berarti sama aku dong? Kan aku aliennya."
"Bintang!"
"Hehehe, jangan pergi. Nanti bidadari dibumi gak ada lagi." Key menatap Bintang sinis. "Maksudnya kasian Eyang nanti sendiri, hatiku juga sendiri."

Key tidak menyaut, dia duduk didepan halte, metromini sore jarang yang berhenti karena sudah penuh dari arah pabrik. Apalagi jalannya macet, angkutan umum pun malas berjalan dan memilih istirahat di pangkalan.

Seragamnya sudah lusuh, bau knalpot lagi. Tidak tahu wajahnya sekucel apa sekarang, ia melihat kearah Bintang yang sudah penuh keringat dirambutnya, namun wajahnya tetap tampan.

"Metromininya lama, Key. Tau gini tadi bawa motor Key, kamu gak perlu capek menunggu." Motor Bintang masih disekolah, pria itu mengejar Key tadi yang buru-buru naik metromini. Bintang ikut naik, dan ternyata Key ingin pergi ke taman kota.

"Salah sendiri sok-sokan ikut!"
"Aku cuma gak mau ninggalin kamu sendirian."

Metromini berhenti, Key langsung naik disusul Bintang. Hanya sisa satu tempat duduk. Bintang menyuruh Key untuk menempati itu. Namun lewat pintu depan ada seorang nenek yang naik juga. Key dengan senang hati memberikan tempat duduk itu untuk nenek tua itu.

"Matur suwun, Nduk." Ucapnya, Key mengangguk. Dia mundur dan memegang tiang yang ada di dalam metromini. Bintang melindunginya di belakang. Pria itu pun menyeimbangkan diri dengan memegang gantungan yang ada di atas.

"Kamu selalu bisa buat aku nambah jatuh cinta ke kamu, Key." Ucap Bintang sambil tersenyum.

Key hanya menatap Bintang sinis, memberi kode agar pria itu diam dan tak membuatnya malu.

Jalan ke jalan, akhirnya para penumpang banyak yang turun. Key dan Bintang bisa duduk sebelum beberapa menit lagi mereka ikut turun. Key memangku tasnya. Bintang memberikan sisa aqua yang dibelinya tadi di taman untuk Key, siapa tahu Key haus.

Key menerima dan meneguknya sedikit menyisakan untuk Bintang. Dia menatap pria disebelahnya yang tak pernah lelah untuk mengerjar dirinya. Key terkadang sakit melihat Bintang yang seperti ini. Key tidak tega, namun ia tidak bisa apa-apa. Dia belum siap untuk membuka hati sepenuhnya.

Dilihatnya  kacamata  pria itu kotor, banyak debu. Pasti tidak enak untuk melihat. Key mecopot kaca mata Bintang, membuat siempunya kaget.

"Minum dulu, aku bersihin kacamata kamu." Ucap Key yang kemudian mengambil tissue didalam tasnya.

Bintang semakin senang. Perhatian kecil Key, seperti ini saja mampu membuat hatinya berbunga-bunga. Itu tandanya Key peduli padanya. Key menganggapnya ada.

"Udah." Key mengembalikan kacamata Bintang kembali. "Kalau gini kan enak buat ngeliat." Ucapnya sambil tersenyum.
"Makasih, Key."
"Sama-sama."

Continue Reading

You'll Also Like

432K 39.7K 92
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.
1M 102K 51
Ketika menjalankan misi dari sang Ayah. Kedua putra dari pimpinan mafia malah menemukan bayi polos yang baru belajar merangkak! Sepertinya sang bayi...
251K 27.5K 93
Ini Hanya karya imajinasi author sendiri, ini adalah cerita tentang bagaimana kerandoman keluarga TNF saat sedang gabut atau saat sedang serius, and...
180K 17.9K 22
[HIATUS] [Content warning!] Kemungkinan akan ada beberapa chapter yang membuat kalian para pembaca tidak nyaman. Jadi saya harap kalian benar-benar m...