Aku Langit, Kamu Pelangi (On...

By lilaclavender04

21.1K 908 349

WARNING!! FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA YA! Mengagumimu adalah kemauanku, menyukaimu adalah keingina... More

PROLOG
1. Buka sitik Jos!
2. Peluk Ga?
3. Anak Baru
4. Seina Pulang!!
CAST
5. Kamu Jahat!
6. Zoo Date
7. Kematian Yang Janggal?
8. Gentala
9. OhmPawat
10. Birthday dan Pembunuh
12. Terpaksa
13. Banci
14. Kelompok antar Kelas
15. Menarik perkataannya lagi
16. Berita Miring
Apa kabar kalian semua?
17. Luka Sayatan
18. Koma
Kangen Ga?:(
19. Sebuah Rencana
Maaf..
20. Urat Malu lo Putus?
21. Jenguk
22. Mama, Papa?

11. Perhatian Gentala

722 41 11
By lilaclavender04

Hi!👋
Call me Pink, Please. Salam kenal🤙🏻
Vote, Komen, Follow, and Share ya guys.
Love you<3.


🦋🦋🦋

Gentala menurunkan Ellena dari mobilnya, ia menggendong Ellena ala bridal style. Ellena mulai terkulai lemas, tubuhnya menjadi sedikit demam.

"Nurse, help me!" Teriak Gentala membuat atensi yang sedang berada di IGD tersebut mengalihkan pandangannya.

Perawat yang berada di IGD itu bergegas menyiapkan Brankar dan mengambil alih Ellena.

"Anda bisa tunggu di luar selagi pasien masih kami tangani." Gentala mengangguk, ia mengusap wajahnya dengan gusar.

Gentala beralih ke tempat duduk yang sudah di sediakan, ia mendudukan dirinya dan menyender di dinding dengan wajah gusarnya.

Ada trauma tersendiri ketika melihat seorang perempuan yang terbaring lemah di rumah sakit. 
Ia mengingat kejadian yang menimpa gadisnya dulu.

Sekarang Gentala bingung, ia harus mengabari siapa? Sedangkan ia tak mempunyai nomor orang tua Ellena. Ingin mengabari Seina, tapi Gentala takut Seina gegabah dengan Andrian yang nantinya ia akan bernasib sama seperti Ellena.

Gentala menenangkan dirinya, selang beberapa menit Dokter keluar dan menghampirinya.

"Anda pacarnya?" Tanya Dokter yang bernama Reksa.

Gentala reflek mengangguk "Bagaimana keadaanya?"

"Ia tidak apa-apa, beruntung kakinya tidak ada patah tulang atau keretakan. Hanya saja ada cidera yang memang akan membuat pasien agak sulit berjalan." Gentala menghela nafasnya, sedikit lega mendengar tutur kata Dokter Reksa.

"Thank you so much" Dokter itu mengangguk dan pergi meninggalkan Gentala.

Gentala memasuki IGD, menghampiri Brankar yang ditiduri Ellena.

Terlihat ada selang oksigen yang menyatu di hidung gadis itu. Gentala menatapnya dengan nanar, ia sangat tidak tega melihat seorang gadis yang menahan sakitnya.

"Hei Na?.. are you okay?" Ellena mengalihkan eksistensinya, ia menatap Gentala dengan mata yang sedikit terpejam.

"I'm okay, Thank you Gentala.." Lirih Ellena, Gentala mengusap puncak kepala Ellena dengan lembut.

"Gentala, maaf gue ngerepotin lo terus." Gentala menggeleng, ia sama sekali tidak merasa di repoti oleh Ellena.

"Na, jangan pernah ngehadirin rasa sakit untuk lo sendiri, gue gak suka." Ellena tersenyum dan mengangguk.

Hening sejenak, kedua manusia yang berbeda gender itu sama-sama fokus dengan pikirannya masing-masing.

"Gentala, apa benar masa lalu akan selalu menjadi pemenangnya?" Gentala memfokuskan pandangannya, ia menatap Ellena dengan lekat.

"Gak semua Laki-laki Stuck sama masa lalunya, Na"

"Gue kurang ngerti masalah di hubungan kalian, dan gue gak bisa ikut campur. Karena bagaimana pun gue hanya orang baru disini"

"The reality that he wasn't leaving you any room to not do what he said. Mostly though, it was something else completely." Ellena terdiam mendengar kalimat yang barusan Gentala lontarkan padanya.

"Na, lo udah tau mana yang baik dan yang engga. Sekarang tinggal benahi diri lo dulu untuk siap dengan keputusan yang lo ambil nantinya." Final Gentala, Ellena masih terdiam dan terpaku, ini pertama kalinya Gentala berbicara panjang dan itu nasihat untuk dirinya.

"Gentala, gue bingung mau bilang apa lagi ke lo. Yang jelas ucapan Terima Kasih sekali pun belum cukup untuk membalas kebaikan lo." Gentala meraih tangan Ellena, mengusap punggung tangan itu dengan lembut.

"Apapun yang terbaik buat lo, akan gue lakuin Na." Lagi, Ellena Speechlees tanpa henti.

"Lo mau minum?" Ellena mengangguk, tenggorokannya memang terasa kering sedari tadi. Gentala langsung keluar menuju kantin untuk membeli minuman.

Seperkian menit Gentala sudah menghampirinya lagi, ia menyodorkan minuman botol itu kepada Ellena.

Ellena dengan pelan beranjak bangun, Gentala juga meninggikan kepala Brankar agar Ellena bisa bersandar nantinya.

Ellena meminum air mineral tersebut sampai tersisa setengah. Di sela-sela kegiatan mereka, ada perawat yang menghampirinya.

"Permisi, maaf sebelumnya Pasien Ellena sudah di perbolehkan pulang. Untuk perihal sekolah, kami akan berikan surat izin selama 3 hari." Jelas perawat wanita itu.

"Gue antar lo pulang ya." Ellena tampak berfikir,

"T-tapi lo udah bolos jam pelajaran gara-gara gue Gentala" Gentala menghela nafasnya, greget dengan gadis di depannya ini.

"Gak ingat yang gue bilang barusan?" Ellena langsung memutar percakapan mereka di benaknya.

"Apapun yang terbaik buat lo, akan gue lakuin Na"

Ellena mengangguk "Eum, yaudah kalo gitu" Gentala tersenyum mendengar persetujuan Ellena.

Setelah selesai mengurus administrasi dan mengurus yang lainnya, Ellena sudah bisa di bawa pulang. Gentala membantu Ellena untuk duduk ke kursi roda, perawat yang melihat perlakuan Gentala terhadap Ellena menatap dengan iri dan senyum-senyum.

Di tengah perjalanan mendorong kursi rodanya, perawat itu membuka suara "Anda tau? Tadi kekasih anda sangat khawatir melihat anda" Ellena yang mendengar itu mengernyit, Gentala sontak melongo mendengar penuturan perawat itu.

"Saat Dokter bertanya apakah dia kekasih anda atau bukan, dengan mantap ia mengangguk" Perawat itu tersenyum di akhir kalimatnya, Ellena juga ikut tersenyum tipis. Gentala? Ia sedang menggaruk tengkuknya yang sedikit panas.

Warna merah menjalar di telinga dan pipinya, entah itu blushing atau bukan. Tetapi Gentala salah tingkah.

"Semoga kalian langgeng ya." Ucap Perawat di akhir pertemuan mereka, kini Ellena sedang meranjak untuk menaiki mobil Gentala.

"Terima kasih." Ucap Ellena kepada perawat itu, perlahan punggung perawat itu menyatu dengan orang-orang yang berada di sana.

Hanya ada keheningan di mobil, Gentala masih malu akibat perkataan perawat tadi.

"Shit, kenapa harus di beri tahu Ellena sih? Tadi gue juga reflek ngaku karena emang panik". Gumam Gentala dalam hati.

"Na, Sorry." Ucap Gentala memecah keheningan.

"For what?" Tanya Ellena dengan santai.

"Udah ngaku jadi pacar lo." Ellena terkekeh, ia menatap Gental yang sedang memutar kemudinya.

"It's okay, Gentala" Gentala mengangguk dua kali dan jari besarnya memutar musik di radio mobilnya.

Alunan musik tersebut mulai menyeruak di telinga kedua manusia yang berdeda gender itu. Atensi Ellena masih fokus menatap jalan, namun pendengarannya fokus pada lagu yang sedang berputar itu.

Entah kah prasangkah atau memang benar firasatku
Bahwa dirimu tlah berubah senyummu berbeda

Dan benar saja ada hati lain yang kau jaga
Seakan - akan ku tak bisa membaca
Kau buat seperti tak ada yang terluka

Lakukanlah semaumu
Sampai kau lelah menyakitiku
Sebisa ku tak kan mengusikmu
Ku akan mencoba mengerti dirimu

Ellena mengalihkan eksistensinya menatap Gentala, ia melihat Gentala yang masih fokus menyetir.

Dan benar saja ada hati lain yang kau jaga
Seakan - akan ku tak bisa membaca
Kau buat seperti tak ada yang terluka

Lakukanlah semaumu
Sampai kau lelah menyakitiku
Sebisa ku tak kan mengusikmu
Ku akan mencoba mengerti dirimu

Andaikan kau tahu rasa sayang ku melebihi rasa sakitku ini
Mungkin kau takkan pernah menyangka
Mengapa ku tetap disini oh

Lakukanlah semaumu
Sampai kau lelah mеnyakitiku
Sebisa ku takkan mengusikmu
Ku akan mencoba

Lakukanlah sеmaumu
Sampai kau lelah terus kau menyakitiku
Sebisaku takkan mengusikmu
Ku akan mencoba mengerti dirimu

Ellena tersenyum getir mendengar lirik terakhir dari lagu tersebut. Lagu yang berjudul "Bertahan Terluka" yang di bawakan Fabio Asher itu berhasil membuat hati Ellena berdenyut sakit.

Gentala menyadari hal itu, namun ia hanya terdiam membiarkan Ellena larut dengan pikiran dan keputusannya nanti.

"Gentala, nanti depan belok kanan ya. Rumah gue warna putih pager hitam." Gentala mengangguk paham, komplek ini seperti familiar di benaknya.

"Ini komplek Nusa Bougenville bukan sih, Na?" Tanya Gentala.

"Iya, lo tau?" Ellena bertanya balik.

"My aunt's house" Ellena mengangguk, ternyata ia sekomplek dengan Tante-nya Gentala.

Kini mobil Gentala sudah terparkir di perkarangan rumah Ellena, Gentala membopong Ellena. Ia membantu Ellena agar jalannya tidak begitu sulit.

"Lo tinggal sendiri?" Ellena menoleh, dan menatap Gentala

"Enggak, Papa sama mama lagi di Thailand ada urusan pekerjaan. Bi Tun sama Mang Kasep lagi pulang kampung." Gentala mengangguk paham.

Gentala mendudukan Ellena di sofa, tak ada penolakan dari Ellena. Ellena menyenderkan kepala disofa dan membuang nafasnya seolah-olah ia lega dengan keadaannya.

"Gentala, mau minum?" Dengan cepat Gentala menggeleng,

"Engga Na, lo istirahat aja. Btw surat izinnya gue bawa, biar besok gue kasih ke Kakek." Ellena melotot, ia sangat kaget

"Heh, kenapa lo kasih ke Kepsek? Ke Wali Kelas juga udah cukup Gentala!" Tukas Ellena, Gentala hanya mengedikan bahu dan menaikan satu alisnya.

Dasar Gentala, mentang-mentang Kakek-nya Kepala Sekolah jadi seenaknya sendiri.

Atensi Gentala beralih ke jam dinding yang terpampang jelas di sudut dinding, jam tersebut menujukan pukul 12.00 siang, pertanda istirahat kedua di sekolahnya sudah mulai.

Ellena mengerlingkan pandangannya, ia mencari sesuatu.

"Nyari tas?" Tanya Gentala.

"Iya, tas gue kemana?" Pekik Ellena, wajahnya kini mulai panik.

Gentala yang melihat itu hanya terkekeh kecil, Ellena sangat lucu batinnya.

"Tas lo masih di kelas, Na"

"Tapi gue udah DM Vani untuk minta tolong bawain tas lo" Dengan santainya ia mengucapkan kalimat itu, kenapa harus Vani? Dasar Gentala, sangat sembarang sekali meminta bantuan kepada orang.

"Ih kenapa Vani?!"

"Kan bisa Seina atau gak Chintya" Ketus Ellena.

"Gak tau sosmed mereka apa." Dengan wajah polos yang terlihat tak berdosa itu membuat Ellena yang melihatnya melongo. Seperkian detik Ellena berdecak

"Ck, kan bisa nanya ke gue." Gentala mengangkat bahunya acuh.

"Vani nge DM gue lebih dulu di Instagram, jadi gue tau instagram dia." Jelas, karena Vani pasti menyukai nya. Wanita mana sih yang tak menyukai Gentala? Pasti semuanya akan jatuh cinta pandangan pertama. Wajah datar nan tampan, tatapan tajam yang terkadang menghangat, tangan kekar yang penuh dengan urat, jakun yang menggoda iman, juga rahang yang tegas mampu memikat hati para Wanita yang melihatnya.

Andrian dan Gentala sama-sama tampan menurut Ellena. Sama-sama baik dan perhatian, namun untuk saat ini Andrian-nya telah berubah. Tak ada lagi Andrian yang perhatian padanya, tak ada lagi Andrian yang selalu menyertainya dalam urusan apapun itu, tak ada lagi Andrian yang menjemputnya, bahkan Ellena sangat rindu di saat dirinya menemani Andrian ekskul.

Mengingat ekskul, Ellena sampai lupa mengasih Gift Birthday untuk kekasihnya itu. Sepatu yang kemarin ia beli masih tersimpan rapih di kamar Ellena.

"Apa Andrian mau nerima hadiah dari gue?" Gumam Ellena dalam hati.

Peluh keringat memenuhi pelipis seorang pria tampan, nomor punggung yang berangka 4 itu menghampiri gadisnya di tepi lapangan.

Dengan senyuman hangat, gadis itu memberi 1 botol air mineral yang dengan senang hati di terima oleh pria itu.

Pria itu segera membuka tutup botolnya dan beralih duduk di samping gadis yang sedari tadi menyemangatinya.

Cup

Kecupan yang tanpa aba-aba itu berhasil mendarat di pipi sang empu dan membuatnya terdiam beberapa saat.

"Andrian!" Tukas Gadis tersebut yang berambut indah nan cantik.

"Thanks Babe, udah nemenin aku latihan." Andrian mengusap puncak kepala Gadis itu dengan penuh kasih sayang.

Ellena.

Ia terpejam beberapa saat ketika tangan kekar itu menyentuh puncak kepalanya, ada rasa nyaman yang terbit dari sana.

"Sama-sama"

"I love you, Ellena"

"I love you more, Andrian" Kedua insan itu tertawa tanpa beban, hanya ada rasa bahagia yang hadir di sana.

"Aku? Ellena nya Andrian" Andrian yang mendengar itu mengangguk dan tersenyum sembari mengacak rambut gadisnya dengan gemas.

"Selalu jadi Ellena nya Andrian." Ellena langsung berhambur ke pelukan Andrian, rasa sayang dan cintanya begitu besar. Bahkan Ellena tidak bisa mendeskripsikan perasaanya sendiri.

"Ellena?" Lamunan itu seketika buyar, ketika atensi Ellena beralih kepada Gentala.

"Kok bengong? Ada yang sakit?"

Ellena menggeleng "Enggak kok."

"Gue mau pulang, lo beneran udah gpp kan?" Tanya Gentala lagi dengan ekspresi wajah yang ada ke khawatiran disana.

"Iya, gak apa kok Gentala. Pulangnya hati-hati ya," Gentala mengangguk dan bangkit dari duduknya.

"Once again, Thank you so much Gentala!" Gentala tersenyum simpul.

"Hati-hati di rumah, kalo ada apa-apa lo bisa kabari gue." Gentala memberikan ponsel milik Ellena. Ternyata sedari tadi ponselnya di genggam Gentala.

"Gue udah save Nomor gue disitu." Titah Gentala, setelah itu ia perlahan pergi. Punggungnya mulai menghilang. 

Ellena beralih menatap ponselnya, ia membuka Galeri. Disana ada banyak sekali foto dirinya dan Andrian.


Ellena memperhatikan foto tersebut, ia tersenyum kecil. Di benaknya mengatakan jika takdir tidak mengizinkan dua insan yang saling jatuh cinta menyatu, lantas mengapa cinta di antara keduanya hadir? Bahkan takdir yang menentukan pun tidak bisa menjawab pertanyaan itu.

Bagi Ellena, ini semua berawal dari keadaan. Keadaan yang enggan untuk menolak, juga menerima-nya. Keadaan menolaknya untuk pergi, tetapi keadaan juga tidak siap untuk menerima-nya agar tetap berpijak di jalan yang ia pilih.

"Semoga kita bisa membaik, Andrian..". Lirih Ellena disertai senyum kecilnya. Dirinya penuh harap akan hal itu, ia sangat merindukan Andrian-nya.

"Aku, masih jadi Ellena nya Andrian kan?"

Gantung dulu ya hehe😙

Poor Ellena:(

Kasian ya, tapi aku bakal terus kasih sesuatu kok buat Ellena🥰

Tim Ellena Andrian baikan?

Tim Ellena Andrian putus?

Spam next bisa kali🙈.

Btw koreksi jika ada typo ya, see u next part ay!🦋

Lovv💋.

Barang kali ada yang mau follow instagram nya Andrian xixi, 5 orang tercepat di follback loh sama Andrian yang baik hati dan tidak kasar🥰

Instagram Ellena si cantik yang baik hati juga sabar, tapi bloon kalo udah bucin. Sama nih, 5 orang tercepat sama Ellena nanti di follback😙.

Btw itu ada ig Author juga nyempil dibio, sabi kali di follow hehe. Tenang, kalian tinggal DM follback, pasti aku follback kok🤙🏻.

Continue Reading

You'll Also Like

324K 9.3K 40
Alskara Sky Elgailel. Orang-orang tahunya lelaki itu sama sekali tak berminat berurusan dengan makhluk berjenis kelamin perempuan. Nyatanya, bahkan...
766K 21.6K 55
Zanna tidak pernah percaya dengan namanya cinta. Dia hanya menganggap bahwa cinta adalah perasaan yang merepotkan dan tidak nyata. Trust issue nya so...
658K 19.3K 40
Ivander Argantara Alaska, lelaki yang terkenal dingin tak tersentuh, memiliki wajah begitu rupawan namun tanpa ekspresi, berbicara seperlunya saja, k...
2.1M 97.6K 70
Herida dalam bahasa Spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...