Invisible Man [KookV]

By siminionz

24.3K 2.4K 519

Jungkook baru saja pindah sekolah, namun dirinya mendapatkan peringatan dari semua teman barunya dikelas. "J... More

2- Kisah 6 Tahun Lalu
3- Pribadi Yang Lain
4- Skidipapap Sawadikap Wew
5- Penjelasan Dari Tragedi
6- Asal Usul Tata

1- Sekolah Aneh

6.9K 508 105
By siminionz

Sepatu kets nya sudah memasuki koridor sekolah yang tidak begitu terkenal di Seoul. Tidak ingin sekolah di tempat yang besar dan dipenuhi artis-artis dari grup terkenal dinegaranya.

Jeon Jungkook, 18 tahun. Hobi mengambil foto, menggambar, mendengar musik dan sedikit senang untuk menyendiri. Kalau ada yang ingin mengajaknya berkumpul, ia tidak masalah. Hanya saja, jangan paksa dirinya untuk bertingkah gila atau bernyanyi saat karaoke.

"Permisi, ruang guru dimana, ya?"

Dua gadis yang dihampiri Jungkook itu menahan nafas, terdengar sedikit pekikan kecil. "D-disana..."

Jungkook membungkuk dan berterimakasih, lalu menghampiri pintu ruang yang telah ditunjukkan salah satu dari dua gadis yang Jungkook dengar kini sedang bicara "Yaampun, dia ganteng banget!"

Seolah tidak dengar, dan memang tidak tertarik mendengar lebih, Jungkook mengetuk pintu. "Permisi..." Jungkook sopan.

Menghampiri salah satu guru dan bertanya, yang manakah wali kelas dari kelas 2A. Setelah mendapat jawaban, Jungkook langsung menghampirinya, memperkenalkan diri, dan mendapatkan seragam khas sekolahnya sekarang.

"Min Yoongi!" wali kelas Jungkook memanggil pria --yang wajahnya terlihat masam sekali. "Anter dia ke kelas 2A."

Sementara pria itu semakin memasang wajah yang masam, matanya memutar jengah. Tampaknya pria itu habis terkena omelan karena sesuatu yang dia buat. Terlihat sekali, wajahnya sangat menandakan bahwa pria itu siswa berandal.

"Panggil saya Suga dulu, baru saya mau."

"Kocheng!" siswa lain datang tiba-tiba. Kali ini penampilannya cukup rapi, lebih rapi daripada pria berkulit pucat dan rambut hitam kelam itu. "Suga apaan Suga? Manisan kucing."

Wali kelas Jungkook tersenyum dan menepuk tangan sekali, "Nah, Jimin! Pas banget. Sini!"

Pria bernama Jimin menghampiri, "Ya, pak?" lalu menoleh pada Jungkook. "Aaahh... Ini pasti Jungkook ya, pak?" Jimin mengulurkan tangannya, "Gue Park Jimin, gue ketua kelas 2A."

Jungkook menyambut tangan Jimin dan tersenyum, "Jeon Jungkook."

Jimin tersenyum lebar sekali sampai matanya hampir hilang. Wajahnya kini menghadap pada wali kelas mereka. "Pak, ini proposal partisipasi kelas buat festival sekolah 2 bulan lagi. Kelas kita ambil tema horror, kita bikin rumah hantu. Buat kejelasannya lagi, Bapak liat aja lagi disana. Saya nyelipin link sumber ide juga, kok. Banyak yang udah pake tema itu, dan bagus-bagus semua."

Wali kelas mereka menepuk dahi lalu menggeleng pelan, "Dalem sejarah, belom pernah jadi wali kelas yang muridnya se-antusias ini sama festival sekolah sampe-sampe nyiapin 2 bulan sebelum acara. 6 tahun bapak jadi wali kelas, paling lama ya seminggu sebelum acara, paling parah ada yang pas hari H baru nemu ide trus kerjanya mepet banget. Kalian tuh--"

Jungkook diantara mereka hanya bisa mengerjapkan mata, tidak mengerti drama apa yang telah ia masuki ini. Kenapa wali kelasnya tampak dramatis sekali? Sampai terharu seperti itu.

Sang ketua kelas hanya terkekeh dan menggaruk kepala belakangnya, "Yaudah, pak. Saya bawa Jungkook ya, pak?"

Mereka dapat izin untuk pergi ke kelas mereka.

Keluar dari ruang guru, pria pucat berandal tadi tiba-tiba saja datang dan merangkul Jimin. Membuat Jungkook yang tidak menyadari kedatangan pria yang tadi dipanggil Yoongi itu kaget dan mundur sedikit, memperhatikan jarak Jimin dengan pria itu.

Dekat sekali!

"Hyung, kamu harus berenti bikin masalah, deh, serius."

Dari merangkul, Yoongi mengubah posisinya menjadi memeluk Jimin dari belakang. "Aku gak bikin masalah, tuh. Orang aku udah bilang ke kepala sekolah kalo ring nya udah mau copot, tapi gak ditanggep. Aku tadi main basket, pas aku shoot, ring nya lepas dari papan. Salah aku dimana coba? Ish."

Lagi-lagi Jungkook mengerjapkan matanya, takjub dengan sekolah yang tidak begitu terkenal ini.

D-dan, apa itu?!

Jungkook sangat jelas dapat melihatnya walau secepat kilat. Pria pucat itu mengecup pipi Jimin sebelum akhirnya melambai untuk masuk kelas 3-F.

Jelek sekali selera Jimin sang ketua kelas, pikir Jungkook. Kenapa dia mau dengan berandal dengan peringkat kelas F?

"Cuekin, ya? Gak masalah kan gue gay? Sekolah ini gak kayak sekolah lain, sekolah ini gak biasa." Jimin mengusap pipinya yang tadi dikecup Yoongi.

Jungkook menggeleng ragu, lalu mengangguk dengan ragu juga. Tidak tahu harus jawab apa.

Sebenarnya Jungkook tidak masalah, hanya saja ia baru kali ini melihat dan berinteraksi langsung dengan orang-orang seperti Jimin. Pikir Jungkook, mereka tidak aneh, mereka sangat normal. Nakal, dramatis, dan saling mencintai dimasa SMA nya. Hanya saja, ini tidak biasa Jungkook temukan ditempat lain.

Mereka memasuki kelas yang isinya sibuk dengan masing-masing kegiatan. Normal. Sama seperti kelas di sekolah Jungkook yang lama.

"Gays!" Jimin menepuk papan tulis, seluruh siswa kelas memberi perhatian padanya. "Proposal kita udah ditangan Pak Mo, gue yakin dia bakal setuju sama idenya. Paling cuma berapa hal aja yang bakal dia komplain ato apalah."

Jimin melirik Jungkook yang diam mematung memperhatikan Jimin yang sedang mengomando kelas, tampak sangat keren, anehnya dia berpacaran dengan berandal macam Min Yoongi, kakak kelas mereka.

"Gays, ini--"

"Ketu, please lah ya. Yang gay lu doang, eh." salah satu siswa yang gestur tubuhnya tampak sedikit berandal juga seperti Yoongi, berbicara dengan wajah yang malas.

Sementara Jimin dan beberapa siswa hanya tertawa santai, seperti ini hal yang sudah biasa. "Ya ya ya, Ming-gay. Kek gak tau aja gue kalo kemaren lu nyium bibir Wonwoo dibelakang sekolah."

Dan alhasil, satu kelas pun ramai sorakan. Memojokkan dua siswa, satu yang berbicara pada Jimin tadi dan satunya yang duduk disebelah pria itu, tampaknya itu yang namanya Wonwoo.

"Nggak! Gua kagak nyium Wonwoo! Ngarang lu, anjeng!"

Setelah ucapan tersebut, pria yang Jungkook duga sebagai Wonwoo itu menatap pria yang mengelak telah menciumnya itu dengan tatapan tidak percaya, lalu membuang wajah saat pria disebelahnya memasang wajah bersalahnya dan membuat gestur meminta maaf.

Kelas pun ramai sorakan.

Namun saat Jimin kembali menepuk papan tulis, semua mulai diam. "Ini temen baru kita yang kemaren Pak Mo bilang." Jimin menunjuk Jungkook yang kini mengalihkan pandangan pada audiens.

Memperkenalkan diri, mendapat salam sapa yang ramah dan beberapa pertanyaan. Sangat normal, seperti perkenalan biasa yang sering terjadi.

"Nah, Jungkook. Lu duduk di pojok sana, ya." Jimin menunjuk meja kosong dekat pintu belakang, bersebelahan dengan pria yang kini memberi senyuman lebar dan membuat tonjolan besar yang manis pada kedua sisi pipinya.

Jungkook ragu, bukan ingin menolak karena tidak suka duduk dekat pria itu. Tapi, ia tertarik dengan meja kosong dipojok dekat jendela.

Tangannya menunjuk meja kosong dekat jendela, "Bukannya gak mau duduk sama dia, tapi apa boleh gua duduk disana saja?"

Tiba-tiba kelas ramai menjawab, "Nggak! Jangan!"

Jungkook tidak mengerti, "Kenapa?"

Belum ada yang berani menjawab, tapi Jimin menepuk bahu Jungkook dan berbisik padanya. "Meja itu udah ada yang punya."

Dahi Jungkook berkerut, kalau begitu jawabannya kenapa tidak bilang saja bahwa meja itu sudah diisi, jawab dengan santai, tidak perlu panik seperti itu.

"Lo duduk sama gue aja, sini!" Tidak ada pilihan lain, Jungkook mengambil meja kosong dekat pria itu. "Gue Jung Hoseok, panggil aja Hobi, cuma orang-orang terdeket gue aja yang boleh manggil gue pake itu."

Jungkook mengerjapkan dan memutar bola matanya dengan bingung, "Tapi kan gua belom deket sama lu."

Hoseok tertawa, "Kan lo duduk sebelah gue, deket banget gini lo bilang 'belom deket'?"

Menghela nafas, sepertinya Jungkook tidak bisa langsung menganggap bahwa kelas ini normal. Semuanya aneh.

Dan aneh lagi ketika pria tiba-tiba muncul dibelakangnya, padahal ia tidak ingat bahwa pintu dibelakangnya dibuka. Apa ia tidak sadar? Bagaimana dengan Hoseok?

Pria itu duduk di meja pojok yang Jungkook inginkan tadi. Jadi, dia pemilik meja itu? Pria itu tampak sangat dingin dalam artian cuek sekali.

Apa dia pernah berbuat sesuatu hingga membuat satu kelas ini takut padanya? Apa dia berandal dikelas ini? Padahal ini kelas A, masih ada saja murid berandal ternyata.

Tampaknya tidak ada yang tertarik memberi perhatian pada pria itu, sepertinya dia memang mengerikan. Semua seperti memilih seolah tidak melihat.

Hingga kelas pun memulai pelajaran ketika guru datang.

^~•~^

Jam makan siang.

Jungkook sebenarnya tidak mau pergi ke kantin. Tapi Hoseok yang ternyata dikenal sangat hype pada segala hal itu, bersikeras mengajak Jungkook yang enggan keluar kelas.

Dan Jimin, ternyata dia teman dekat Hoseok juga, jadi dia bergabung dengan Hoseok dan Jungkook sekarang untuk makan bersama.

Ah iya, jika disini ada Jimin, kalian sudah bisa menebak ada siapa disini.

Kalau diperhatikan lagi, ternyata kekasih Jimin itu tidak begitu berandal seperti berandal yang sangat suka mencari masalah tiap waktu. Walau kelihatannya sedikit sangar saat ia bertatapan dengan beberapa murid berandal lainnya yang mirip dengannya.

Sepertinya Jimin adalah pengaruh besar untuk mengubah sifat berandal Yoongi. Dan sekarang Jungkook bisa merasakan bahwa hubungan mereka itu hal yang bagus. Bahkan tiba-tiba saja ia menjadi pendukung mereka untuk tetap bersama.

--istilahnya, shipper.

Ah, omong-omong, siapa top diantara mereka? (maap gays, author nya gabisa menentukan. silakan tentukan sendiri 😢)

Hhh... Lupakan.

Jungkook melihat teman barunya yang jangkung dan berwajah mirip-mirip berandal itu sedang menggandeng pria yang Jungkook ketahui namanya adalah Wonwoo. Dan pria berwajah berandal itu bernama Mingyu.

Mereka berdua berjalan menuju meja dimana Jungkook dan 3 lainnya sedang makan sekarang.

"Yo!" Mingyu duduk lebih dulu, tanpa melepas gandengannya dengan Wonwoo yang wajahnya terlihat merah muda. Apa dia malu? "Gabung, ye?"

Jimin melirik dan menyeringai nakal, "Jadi, udah ngaku lu juga gay?"

Mingyu memutar bola matanya, "Gay buat Wonwoo doang, alah!"

"Wonu, nih gua bilangin. Mingyu selama straight itu bajingan banget." Yoongi ikut bersuara. "Tiati, Nu. Kan lu jadi cowok pertama yang jadiin dia gay, dia udah nyobain lobang beda tuh, dia bakal nyari lobang yang sejenis juga sama kaya punya lu. Dia bakal hunting lagi sama kaya pas dia masih lurus. Pas pertama nyobain sama cewe, dia akhirnya nyari cewe laen lagi. Nah nanti sama juga ke elu."

Yang bersangkutan dalam pembicaraan Yoongi barusan itu tidak terima. "Wah PHO anjeng. Gua sebarin bokep lu sama Hobi nih. Biar Jimin liat."

"KAPAN GUE MAEN SAMA YOONGI, BANGSAT!"

Jungkook menutup lubang telinga kanannya, yang tepat berdekatan dengan mulut Hoseok yang barusan berteriak. Kini matanya melihat sekitar, semua memperhatikan, namun hanya beberapa detik saja dan kembali melanjutkan kegiatan mereka masing-masing.

Sepertinya mereka sudah biasa, Hoseok mungkin sudah berteriak seperti ini setiap hari selama 2 tahun ia sekolah disini.

Yoongi dan Jimin hanya tertawa enteng, sangat tahu kalau Mingyu hanya menggertak dan bercanda. Hoseok nya saja yang memang mudah emosi, dia selalu bersemangat dengan segala hal, bahkan semangat untuk marah-marah.

Sekali lagi, sepertinya Jungkook harus terbiasa.

Makanan Jungkook tidak habis bersih, berisiknya teman-teman barunya itu cukup membuat nafsu makannya hilang. Walau jujur saja mereka lucu sekali, bahkan sedikit membuat Jungkook tertawa kecil.

Namun yang lebih membuat Jungkook hilang semangat makan itu ya karena matanya menangkap sosok pria yang duduk di meja pojok dekat jendela dikelasnya. Ia jadi penasaran tentang pria itu.

"Jimin." Panggil Jungkook.

"Ya?"

"Nama orang yang duduk di meja pojok deket jendela itu siapa? Dia ada masalah sesuatu?" tanya Jungkook penasaran sembari menatap dari jauh pria yang kini sedang membuka bekalnya.

Sunyi, tidak ada yang menjawab. Jungkook pun mengalihkan pandangannya pada kelima pria lainnya.

"Kenapa?" tanya Jungkook bingung, menatap satu persatu pria dimeja ini.

"Kita gak bisa sembarangan ngomongin dia. Pamali." Wonwoo kini angkat suara. "Tapi, kalo soal mau tau nama nya doang sih gapapa. Namanya Kim Taehyung, selebihnya gue gak mau bahas. Gak ada yang boleh ngomongin dia, kalo ada yang ngomongin dia, dia bakal marah."

Jimin menaruh sumpitnya, bersiap menambahkan cerita Wonwoo. "Ada beberapa peringatan kalo lu mau tau."

Jungkook penasaran, "Apa aja?"

"Lu gak boleh ngomongin dia yang buruk-buruk, karena dia bisa denger entah dari mana dia dengernya. Trus, lu gak boleh nyentuh meja dia sama sekali! Gak boleh, inget, ya?" Jimin menunjuk Jungkook untuk memperingati.

Kalau seperti ini, Jungkook semakin penasaran. "Emang kenapa? Sebahaya itukah dia?"

"Dibilang bahaya mah nggak." Yoongi ikut-ikutan. "Gak sampe ngebunuh atau apa. Cuma aja, satu sekolah terutama kelas lu itu udah pada males berurusan sama pemilik meja itu. Kalo ada yang nyentuh meja dia atau ada yang ngomongin buruk soal dia, seisi perabot kelas bakal ditemuin ancur besok paginya."

Jungkook masih belum mengerti kenapa dia melakukan itu. Kenapa tidak ada guru yang menangkapnya? Kenapa tidak satupun orang memberi pelajaran untuknya? Wajah pria itu tidak ada berandal-berandalnya, hanya dingin saja. Tapi mereka setakut itu padanya?

Baru ingin bertanya lebih, Hoseok sudah menepuk tangan sekali dengan keras. "Nah! Udah cukup ngomongin D-I-A nya. Tar dia denger."

Jungkook mengernyit heran, ia jelas melihat pria bernama Taehyung itu kini duduk nyaman dengan bekalnya dan memakan isi bekal dengan lahap. Tidak ada tanda bahwa dirinya mendengar semua percakapan disini.

Lantas, Jungkook menoleh ke berbagai arah untuk mencari tahu kalau saja ada kemungkinan bahwa Taehyung memiliki kaki-tangan untuk mendengarkan secara diam-diam dan menyampaikan padanya.

Lalu matanya kembali memperhatikan Taehyung yang masih lanjut makan, sembari memainkan ponselnya dengan santai. Apa mungkin dia bisa membaca pikiran? Atau mungkin dia menyadap seluruh sekolah agar ia bisa memantau seluruh pembicaraan jika saja ada yang menyebut namanya?

Hah... Kenapa sekolah baru Jungkook penuh sekali dengan drama?

^•~•^

"Kook, psst!"

Fokus Jungkook teralihkan dari guru geografis yang sedang menjelaskan. Mencari asal suara, dan mendapatkan Mingyu yang sedang melihatnya. Bisa Jungkook tebak, Mingyu lah yang telah memanggilnya tadi.

"Toilet, kuy!" Mingyu berbisik.

Jungkook mengernyitkan dahinya. Kenapa harus berdua? Dan, kenapa harus bersamanya?

Belum protes atau bertanya, Mingyu sudah minta izin pada guru didepan dan menarik Jungkook untuk ikut keluar dari pintu belakang.

Ingin rasanya Jungkook protes karena asal ditarik saja. Tapi rasanya malas sekali. Ia akhirnya menerima saja ajakan Mingyu ke toilet.

Pikirnya, anak nakal ada saja dimana-mana bahkan dikelas yang isinya jelas harusnya hanya diisi dengan anak-anak berperingkat atas.

Apa Mingyu yang nakal-nakal begini otaknya bisa se-encer itu untuk dapat masuk ke kelas A? Jungkook jadi curiga kalau Mingyu ternyata anak konglomerat yang keluarganya menjadi aset penting sekolah ini.

Yah, siapa tahu? Sekolah ini hampir tidak dikenal. Siapa tahu juga sekolah ini hampir bangkrut. Jadi kemungkinan saja keluarga Mingyu menawarkan dana asalkan Mingyu masuk kelas A.

Mungkin saja, kan?

Ah, apasih. Jungkook jadi terlalu banyak memikirkan hal aneh sejak masuk ke sekolah aneh ini.

Ctak!

"Gyu! Lu gila?!"

Jungkook hampir membenarkan semua perkiraannya tadi tentang keluarga Mingyu yang menjadi investor sekolah ini. Lihat saja! Anak nakal dan perokok seperti ini bisa masuk kelas A???

"Yaelah, kenapa si? Ngerokok doang." Mingyu menghisap rokoknya. "Emangnya anak kelas A yang dikenal sama peringkat atas karena pinternya itu gak boleh ada murid yang ngerokok? Emangnya anak pinter gaboleh ngerokok? Sherlock Holmes aja kalo nyelidikin kasus pasti sambil ngerokok. Orang-orang sukses yang IQ nya tinggi aja pada ngerokok. Santai aja kali..."

Jungkook menghela nafas, mengambil jarak sedikit jauh dari Mingyu yang sedang menghembuskan asap rokok. "Orang-orang sukses disana udah gapunya orang yang bakal ngehukum dia kalo ngerokok. Lah lu? Belom sukses aja masih begaya."

Mingyu acuh, hanya menghisap puntung rokoknya.

Melihat acuhnya Mingyu, Jungkook menghela nafas sekali lagi dan melipat kedua tangan didada sembari menaruh punggung pada tembok.

Ini baru hari pertama masuk sekolah. Tapi rasanya sudah menjengkelkan saja melihat murid-murid sekolah ini.

"Jadi, kenapa lu ngajak gua kesini cuma buat ngerokok?" Mingyu menggeleng sembari menghisap rokoknya sebagai jawaban pertanyaan Jungkook. "Ah anjir, gak jelas! Balik aja lah gua!"

Jungkook beranjak pergi, namun pintu sudah dibuka seseorang dengan tiba-tiba.

"Ah anjing! Kaget sialan!" Barusan Mingyu yang mengumpat tepat setelah pintu toilet dibuka oleh seseorang yang kini sudah berlari masuk kedalam bilik. "Kebiasaan banget bangsat!"

Sementara Jungkook yang tidak jadi kembali ke kelas kini hanya terheran-heran menatap bilik yang dimasuki pria tadi.

Sepertinya itu pria yang duduk di pojok, dikelasnya tadi. Kim Taehyung.

"Ngagetin gua aja si setan!" Mingyu membanting rokoknya yang sudah hampir habis ke tempat sampah. "Maksud gua gini!" Mingyu menatap Jungkook dengan emosinya yang masih naik. "Gua orangnya kagetan. Si setan suka tiba-tiba buka pintu trus masuk ke bilik kaya gitu! Kan serem, njing!"

Si setan?

Jimin bilang, mereka tidak boleh berbicara buruk tentang Taehyung, kan? Tapi bukannya menyebutnya sebagai Setan saja sudah cukup buruk?

Pintu bilik dibuka, Jungkook melihat Taehyung mengelap matanya. Apa dia habis nangis?

Jungkook ingin menahannya dan bertanya, tapi Mingyu berteriak kesal lagi karena ia kembali kaget setelah pintu bilik dibuka oleh Taehyung saat keluar dari sana.

Dan Taehyung pun keluar dari toilet, seakan tidak perduli dengan apa yang dikatakan oleh Mingyu.

"Kayanya dia udah keluar." Mingyu berucap dengan emosinya yang mulai turun, walau masih tampak kesal.

Jungkook bingung. 'Kayanya' ?

Artinya, Mingyu tidak tahu kalau Taehyung itu baru saja keluar? Dan, kenapa Mingyu sebegitu kagetnya dengan pintu yang tiba-tiba dibuka Taehyung?

"Kenapa lu mesti ditemenin buat ngerokok?" akhirnya Jungkook bertanya.

"Ya itu!" tiba-tiba Mingyu kembali marah-marah. "Gua takut sama si Taehyung kalo tiba-tiba dateng kaya gitu. Gua minta ditemenin lu soalnya kalo yang laen pasti bakal nolak, udah pada tau gua kalo ke toilet pasti ngerokok. Besok-besok jangan kapok, ya? Please... Gua takut sendirian disini, sumpah."

Jungkook semakin bingung lagi. "Lu takut sama Taehyung tapi lu ngatain dia Setan? Bukannya itu kasar? Bukannya kata lu smua kalo Taehyung bisa denger apa aja yang orang laen omongin tentang dia? Tadi dia jelas bisa denger lu ngatain dia Setan, loh."

"Dan, HARUSNYA LU BERENTI NGEROKOK KALO TAKUT NGEROKOK SENDIRIAN ANJIR. KALO GAK MAU SENDIRIAN DI TOILET YA NGEROKOK AJA DILUAR SEKOLAH, KENAPA REPOT SI?!"

Emosi, Jungkook tuh.

Mingyu menurunkan bibirnya, matanya sudah berair. Jungkook mendelik jijik. Ini anak bertubuh besar dan tinggi yang suka merokok?

CENGENG!

"CENGENG!" suara yang ada dalam kepala Jungkook benar-benar ia keluarkan.

Mingyu menurunkan bibirnya semakin kebawah, "Diluar kemungkinan ketangkepnya lebih gede. Dan gua juga gak bisa fokus belajar kalo belom ngerokok, makanya rokok tuh wajib buat gua biar pinter."

Kini Jungkook melebarkan matanya.

Rokok penyebab pintar???

"Dimana hubungannya anjir???"

"Emang gitu, Kook. Aneh kan? Iya, emang iya aneh. Gua juga gak tau kenapa. Makanya dibilanginnya, sekolah ini tuh aneh. Karena murid yang sekolah disini juga aneh." Mingyu masih menurunkan bibirnya, hanya saja lebih baik dari sebelumnya yang tampak menyedihkan.

Untuk kesekian kali, Jungkook menghela nafas. "Terus kenapa lu ngatain Taehyung setan kalo lu takut sama dia? Kan dia bisa denger."

"Keceplosan." Mingyu kini kembali memasang wajah yang lebih parah. Matanya sudah berair. "Gimana nih? Kalo kelas amburadul, terus tiba-tiba dia nulis di papan tulis; 'KIM MINGYU NGATAIN GUA SETAN', bisa gua yang di-wajib-in buat tanggung jawab atas kerusakan. HUAAAA!!!"

Teriakan Mingyu barusan membuat Jungkook semakin geli padanya. Tuhan, kenapa Jungkook harus pindah kesekolah ini?

Apa besok ia harus pindah lagi? Sepertinya harus. Besok ia akan mengurus kepindahannya dengan orangtuanya. Ia akan bilang pada orangtuanya kalau sekolah ini terlalu banyak berandal.

"Yaudah cepetan sekarang lu minta maap ke Taehyung!"

Mingyu menggeleng cepat, "Gak tau caranya..."

"Lah anjir? Lu gak tau cara bilang, 'Tae, gua minta maap tadi di toilet ngatain lu Setan' gitu?"

Mingyu menggeleng lagi, "Bukan gitu anjir. Gua gak tau cara bilangnya gimana, kan bisa liat dia aja nggak. Gua gak tau ekspresinya pas gua minta maap ke dia gimana. Gua gak tau nanti dia maapin gua apa nggak. Kan kalo gua bisa liat mukanya, gua bisa tau dari ekspresi dia, apa dia maapin gua apa nggak."

Dari penjelasan Mingyu barusan, Jungkook hanya menggerakkan kepalanya bingung, mengerjap, dan menganga sembari;

"Ha?"

Lalu Jungkook memilih tidak perduli lagi. Kepalanya mumat mendengar ucapan Mingyu barusan. Aneh sekali. Apa maksudnya Mingyu tidak bisa melihat Taehyung?

"Au ah." Jungkook meninggalkan Mingyu yang kini meminta untuk ditunggu lalu mengejarnya.

Mereka berjalan menuju kelasnya, melewati kelas 3F, kelas Yoongi. Disana Jungkook melihat Taehyung sedang berdiri diluar, mengintip kelas 3F yang sekarang sedang kosong guru, hanya ada satu murid yang berdiri didepan papan tulis.

Samar Jungkook dapat mendengar apa yang pria didepan sana bicarakan.

"Ayo ancurin kelas aja lah, njir. Biar diganti baru. Kalo ditanya, tinggal bilang ulah si setan Taehyung!"

"Bener! Ya masa mentang-mentang kelas F, masa bangku sama meja juga jelek banget! Gak adil!"

Sementara Jungkook melotot tidak setuju. "Lah anjir ae, masa kepala sekolah yang salah tapi Taehyung yang jadi kambing hitam?" refleks Jungkook mengatakannya dibelakang Taehyung, membuat pria itu menoleh.

Dapat dilihat, wajah Taehyung sudah merah, sepertinya pria itu sudah menangis dari tadi karena mendengarkan pembicaraan disini.

Mata mereka bertemu, Jungkook ingin ikut menenangkannya, karena bagaimanapun mereka satu kelas.

Tapi Mingyu lagi-lagi menghalanginya. "Woi Jungkook! Cepetan anjir!" anak tubuh besar otak kecil itu sudah jauh didepan, ternyata.

Yang bisa Jungkook ucapkan hanya "Maaf" dengan suara sedikit berbisik.

to be continued

Aku penasaran tanggepan yang baca.

Gimana? Ini kali pertama aku nulis yg dialog nya non baku (harsh word pula-_-)

Dan again, ini fantasi. Gamau tau, pokonya ini genrenya fantasi! Aku anggep ini fantasi!

Dan again again, aku nunggu seminggu. Kalo seminggu banyak yang tertarik, aku lanjut😄. Kalo ngga banyak, aku tunda atau gajadi 😣😥.

Continue Reading

You'll Also Like

275K 3.3K 77
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
336K 35.9K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
673K 32.4K 38
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
220K 20.3K 73
Freen G!P/Futa • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...