Insecurity (TAMAT)

Af gawulgirl

345K 35.4K 1K

"Now, tell me how can i love someone who didn't love herself?" Aku terdiam. "Kamu dan pikiran kamu itu yang h... Mere

Obrolan di Travel 1
Obrolan di Travel 2
Apa ada yang mau menikah denganku?
Bukanagara Coffee..
Bertemu lagi
Tragedi Ojek Online
KENCAN??
News
Unexpectedly
Berteman
Perempuan jadi-jadian
Nginep tempatku aja?
Bincang Malam
Rasa Percaya
Lucy In The Sky
Sehari setelah Lucy
Sweet Andi
Tarik Garis
I've got your back
Masa Orientasi Pacar
His Past
Honesty
Hilang
Tidak Pantas Untuk Dicintai?
I'm done..
Selesai?
Resign.
Semua yang serba terlambat.
Healing Journey
Very much
Penjelasan
Infinity
Awal baru

Jadi pacar saya, please?

9.4K 1K 22
Af gawulgirl

Happy monday eperybodeeehhhh!

"Kamu udah sering diperlakukan seperti ini?" Tanya Andi.

Kami, aku dan Andi, makan nasi uduk di dekat apartemen Andi. Tempat yang waktu itu Andi ajak aku dan Ellen.

"Baru pertama kali." Aku memasukan ayam goreng ke mulutku.

"Parah sih."

Aku menganggukkan kepala.

"Kamu harus laporin boss kalau gini."

"Percuma sih, paling dibilangnya ini resiko kerja jadi PA."

"Hah? Nggak bisa gitu dong."

"Bisa dong Andi. Selama saya kerja sama dia, makan uang dari dia. Omongan dia itu semua peraturan."

Aku mencuci tangan di air yang sudah disediakan warung nasi. Aku mengambil tisue, mengeringkan tangan.

"Lagian percuma saya cerita, dia palingan ketawa. Malah kejadian tadi mungkin dia jadiin lelucon juga."

"Kamu mendingan keluar." Sarannya.

Bukannya aku tidak mau keluar. Sudah satu tahun terakhir ini aku ingin keluar. Mencari pekerjaan baru. Tapi keraguan selalu ada. Umurku sudah tidak muda lagi. Perusahaan pasti memiliki pertimbangan, salah satunya umur.

"Apa yang bikin kamu bertahan?"

"Salary-nya, apalagi coba?" Aku mengendikan bahu.

"Uang bisa dicari ditempat lain."

"Ngomong emang gampang Andi, realitanya yang sulit!"

"Kamu ragu sama kemampuan kamu sendiri?" Andi menatapku tajam, "Ellen cerita banyak sama saya tentang apa yang kamu kerjakan."

Aku diam.

"Kamu itu... bisa segalanya. Mau ngerjain apapun selagi kamu bisa. Kamu nggak menuntut banyak. Kamu pintar. Kamu itu multi talented person. Kamu bisa ngerjain marketing, accounting dan business development."

Aku menelan ludah.

"Dan kamu orang yang sangat loyal, baik itu ke perusahaan atau Boss kamu."

"Ellen ngelebih-lebihin aja."

"Cuman satu sih kurang kamu." Andi masih menatapku, "Kamu kurang percaya diri, kamu nggak menyadari potensi diri kamu sendiri."

"Kamu..."

"Ellen bilang itu juga sama saya. Dan saya setuju sama pendapat dia."

Aku menatap Andi lebih intens, mencoba mencerna apa yang tadi dia bicarakan padaku. Aku tidak suka bila ada orang yang membicarakan tentang diriku. Aku merasa ditelanjangi dengan kata-katanya. Bagaimana dia tau kalau aku mememiliki masalah dengan rasa percaya diri. Apa aku terlalu seperti buku terbuka?

"Kamu kayaknya sering berhubungan sama Ellen?" Aku mengalihkan pembicaraan.

"Lumayan." Andi menghabiskan teh hangat tawarnya. "Ellen temen yang seru buat diajak ngobrol."

"Tapi nggak perlu juga ngobrolin saya sih." Aku tertawa tipis.

"Menurut kamu, kenapa saya selalu ngomongin tentang kamu sama Ellen?"

"Nggak tau!" Aku mengangkat bahuku. "Oh iya... orang yang kalian berdua kenal kan cuman saya yah.. wajarlah kalau suka ngomongin saya." Aku mencoba menutupi kecanggungan ini. Ditambah tatapan mata Andi yang terasa mengintimidasi.

"Ellen bilang kalau saya ngomong ini sama kamu, kamu nggak akan percaya."

"Apa?"

"Saya tertarik sama kamu."

Aku melotot, lelucon macam apa ini?

"Jangan bercanda!"

"See?? Bener kan yang Ellen bilang?" Jawabnya ringan.

"Kamu kira pertemuan kita tadi nggak sengaja?" Aku masih menatap Andi dengan perasaan nggak percaya. "Ellen kasih tau saya kalau kamu mau ke PP. Makanya Ellen tanya kamu makan dimana kan?"

Ellen memang whatsapp aku, tanya aku makan dimana.

"Kenapa saya?"

"Maksudnya?"

"Kenapa kamu milih saya? Bukannya kamu sama Ellen? Kalian lebih deket."

"Aya.." Panggil Andi lembut.

"Kamu nggak usah ngasihanin saya sih." Aku menghela napas lelah, "Kayaknya Ellen cerita banyak sama kamu, nggak cuman tentang pekerjaan saya saja tapi juga masalah pribadi saya. Tapi kalian sadar nggak sih, nggak baik ngomongin masalah pribadi saya."

"Saya nggak kasihan sama kamu. Saya mau mencoba sebuah hubungan sama kamu."

"Mencoba atau coba-coba?"

"Astaga!" Andi menyugar rambutnya kasar.

"Kamu baru putus dan sekarang kamu datang ke saya. Kamu mau jadiin saya pelarian kamu?" Intonasiku mulai naik.

"Saya nggak jadiin kamu pelarian Aya. Percaya atau nggak, kamu narik perhatian saya semenjak kita ketemu di travel kemarin." Andi tersenyum tipis, "Terus nggak sengaja kita ketemu lagi di bukanagara. Semuanya terasa nggak nyata buat saya. Tapi kamu selalu hadir secara nggak sengaja di hidup saya."

"Inget kita ketemu di FX?" Aku menganggukan kepala. "Saya semakin yakin kalau saya mau kamu."

"Jangan lupa saya ketemu sama kamu juga di Langkawi. Dan kamu bareng sama pacar cantik kamu itu."

"Dia nyusul saya ke Langkawi. Saya udah putusin dia sebenernya. Dia nggak terima dan nyusul saya." Penjelasan Andi.

"Kenapa kamu bisa tertarik sama saya? Pacar kamu cantik banget. Saya nggak ada apa-apanya dibanding dia."

"To be honest, saya juga nggak tau jawabannya. Tapi yang saya tau hati saya milih kamu."

Aku merasakan panas diwajahku, Andi tersenyum melihat perubahan warna diwajahku. Aku menundukkan kepala.

"Muka kamu merah banget. Terpesona ya?"

Aduh! Aku menutupi mukaku dengan kedua tanganku. Andi menurunkan kedua tanganku. Menatapku dengan tatapan yang tidak pernah aku lihat sebelumnya.

"Jadi pacar saya, please?"

"Aduh!" Aku menutupi mukaku dengan kedua tanganku lagi.

Andi tertawa, dia mengambil kedua tanganku dan menggengamnya.

"Saya anggap kamu terima tawaran saya tadi." Kata Andi tersenyum manis.

Andi berdiri dari duduknya, "Anggep aja ini date pertama kita, jadi sebagai perayaan biar saya yang bayar ya!"

Andi berjalan ke arah kasir. Aku berjalan, berdiri di samping dia.

Setelah melakukan pembayaran, Andi mengenggam tanganku berjalan keluar warung.

"Saya anter kamu pulang ya. Kost masih di petojo kan?"

Aku menganggukkan kepala. Jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya.

"By the way, kamu jangan pernah bandingin diri kamu sama Sandra ya. Saya akuin Sandra emang jauh lebih cantik dibanding kamu."

Aku melepas genggaman tangan Andi kasar, menatapnya tajam. Andi tertawa terbahak-bahak. Dia mendekatiku, mengambil tangan kananku. Aku menolaknya tapi Andi tetap berusaha menggenggam. Dan pada akhirnya aku menyerah, membiarkan andi menggenggam tanganku.

"Kenyataan Aya."

Aku menghembuskan napas kasar. Andi tertawa lagi tapi tidak sekencang tadi.

"Dan kenyataannya juga saya lebih milih kamu dibanding dia."

"Receh banget kamu!" Aku mengulum senyum.

"Dicatat ya, tanggal jadian kita. Saya suka lupa soalnya."

"Ya ampun dosa apa saya sampe punya pacar kayak gini."

Andi menghentikan langkah kakinya, otomatis aku juga berhenti. Dia mengarahkan badannya menghadapku.

"Kenapa?" Tanyaku.

"Saya seneng kamu bilang 'pacar'."

Aku melotot. Aku melangkah maju kembali, menarik Andi.

"Kenapa sih?"

"Kamu sadar nggak sih, kamu tadi berenti di tenda yang jual jamu. Semua yang di dalem tenda itu ngeliatin kita tadi. Malu tau!"

Dan Andi tertawa terbahak-bahak untuk yang entah keberapa kalinya malam ini.

🌱🌱🌱

Fortsæt med at læse

You'll Also Like

537K 79.8K 72
"Malik Syarifudien Pramana, hantu masa lalumu?" tanya orang itu sambil melempar buku baruku ke meja. Suaranya tajam dan dingin. Mataku mengikuti ara...
750K 38.1K 57
Takdir itu emang kocak. Perasaan cerita tentang perjodohan itu hanya ada di film atau novel, tapi sekarang apa? Cecilia Janelle terjebak dalam sebuah...
63.4K 14.2K 19
Swipe right. Dua kata yang tidak asing untuk pengguna dating apps. Bermula saat Liora merasa iri dengan teman-temannya yang sudah punya pacar, akhirn...
1M 71.2K 49
Berisi Kumpulan Cerita-cerita pendek yang aku buat.