From benefit to love

By momoo13

2.6M 34.2K 999

18+ Rada vulgar nih, anyway ini cerita dewasa pertamaku. saran, comment, kritik, dan vote ditunggu ya!^^ Aku... More

Friend with benefit?
Playgirl feat. Playboy
School Life
Almost
Rival?
Home
Began to...
Started to Fall..
Triangle or Square?
Conceal
Destroyed, Heart Breaking, Their Feeling..
Sorrow..
Fighting, Rei! David's Regret, Marsya's Feeling
Let me be your shelter
Let me be your girlfriend
I'm sorry, please..
This..can't..be..
IM SORRY READERS, BUT HERE IS THE NEWS!
LOVE CREATE BENEFIT sudah dirilis!! (sequel 'From benefit to love')

You're the one I truly love

79K 1.6K 83
By momoo13

Hei! Maaf maaf maaf maaf maaf banget banget banget yang sebesar2nya ya!:( Authornya beberapa hari yang lalu lagi sibuk banget sama acara skolah+ngajar les, tapi skarang udah santai kok, makanya akan sangat diusahakan buat diupdate secepat mungkin ya! Ngomong2 seneng banget gila parah asli dasyat nggak nyangka abis kalian bakal suka dan excited banget sama cerita ini^^ Thanks a lot banget ya, dukungan, komen, dan vote kalian sangat mendorong buat authornya supaya bikin cerita yang lebih baik. Saran, kritik, dan vote selalu ditunggu loh! Oh iya, just for you guys information aja, author nggak masalah kok nerima kritikan, tapi tolong ya diberikan dengan tata bahasa yang benar^^ jangan malah bikin authornya ngedown dong:( but most of all kalian semua benar2 push me forward banget! Hehehe, pokoknya terimakasih yang sebanyak2nya ya! Hope you guys like it and enjoy this! Much love from me hehe, C<3

Oh iya ada yang punya ask.fm? Kalo ada, feel free to ask me here ya: http://ask.fm/mrsmomo13

Kalian bisa nanya ke author, atau ke marsya, rei, dave, dan tokoh2 lainnya disana. Follow-followan yuk! Pasti langsung difolback kok! Hehe, thanks again!

* * *

Marsya's POV

"Ihhh! Gue duluan yang jawab!" Aku menarik spidol dari si manusia terese sepanjang masa yang bernotabene Rei yang alias, ehm, pacarku.

"Apaan sih! Siapa cepet dia dapetlah!" Dia balas menarik spidol dariku seraya mengangkat satu alisnya dengan gaya sok. Gila! Tau begini kenapa aku mau pacaran dengannya sih!

Aku menggeram kesal. Sebenarnya sekarang aku sedang berebut nilai dengan Rei. Menjawab soal duluan di papan tulis.

"Lepasinnnn...." Geramku gemas.

"Nggak!" Cowok itu menjulurkan lidahnya padaku.

"Rei!"

"Marsya!"

Aku memelototinya dan dia kontan nyengir.

"Iya-iya! Gitu aja marah!" Rei melepaskan cekalannya pada spidol ditanganku lalu ganti mengacak-acak rambutku. Aku meliriknya dongkol kemudian melengos kearah papan tulis. Tapi diam-diam aku jadi tersenyum. Biar bagaimanapun, aku tau Rei tidak akan melakukan sesuatu yang akan benar-benar membuatku marah. Aku tau seberapa besar dia memperhatikanku.

Sehabis menjawab soal di papan tulis, aku kembali duduk di tempatku. Tak lama kurasakan seseorang melempar kertas padaku. Aku menoleh sebal.

"Apaan sih?!" Seruku tertahan nyaris tanpa suara kearah Rei yang duduk di barisan disampingku yang rada ke belakang.

"Aduh-aduh, yang baru jadian so sweet banget sih.." Sindir teman sebangkuku alias Reina si sohibku yang hobi jomblo.

Aku tidak memedulikan sindirannya dan masih sibuk memelototi Rei.

"Baca!" Sahutnya padaku tertahan, disampingnya kulirik Brian yang hobi cengar-cengir dan tidak berhenti meledek aku dan Rei yang baru saja jadian semingguan ini.

Dengan alis mengkerut kuambil kertas  yang dilemparnya padaku dan membaca isinya. Isinya tulisan tangan Rei yang rada berantakan dan asal-asalan. Mau tak mau aku jadi tersenyum. Dasar!

CEMBERUT MULU! WOI, NGOMONGNYA JANGAN PAKE GUE-ELO KENAPA SIH!

Aku menggigit bibirku menahan senyumku yang pasti kelihatan konyol banget.

"Yaelah! Surat-suratan! Dikira jaman apaan kali! BBM kek, Line kek, apa kek.. Ini! Surat-suratan.. Noraklah norak!" Cibir Reina sambil melongok ikutan melihat apa yang ditulis Rei di kertasnya.

Aku berdecak kesal, "Bawel lo! Urusin tuh Brian si cupu!"

"Yeee! Cari ribut lo!" Dia menoyor kepalaku. Dasar teman kurang ajar, untung moodku sedang bagus. Jika tidak, bisa kupastikan dia akan kutoyor balik sampai kepalanya mental kemana-mana.

Tapi bahkan sebelum aku sempat membalas surat yang ditulis Rei untukku, bel istirahat keburu berbunyi. Tidak sampai beberapa detik, kudapati Rei sudah bertengger manis disebelahku.

"Woi, kita emang nggak bisa jadi rada so sweet dikit gitu apa?" Gerutu Rei disampingku.

Aku tertawa, "Gue juga bingung, kita kenapa nggak romantis sih!"

"Lagian elo! Gue suruh ngomong pake aku-kamu aja kaga mau!"

"Ah! Bete-bete-bete! Pasangan baru yang norak abis! Gue cabut ajalah! Berasa nyamuk disini!" Reina misuh-misuh sambil pergi dari bangkunya. Sedangkan aku dan Rei hanya bisa cengar-cengir.

"Yah, sori deh, Ren! Ntar gue suruh Brian temenin deh, okeeee?" Ledek Rei pada Reina yang sudah berjalan menjauh menuju pintu kelas.

"Bawel, Rei!" Seru Reina dari depan sana berbarengan dengan Brian yang duduk di belakang sana.

Aku tertawa, "Lo nggak mau makan?" Tanyaku pada Rei yang sudah duduk disampingku.

"Nggak, males. Nggak dibikinin sih."

"Yeee! Modus dasar! Yaudah mau apa, ntar gue biki.." Aku berhenti bicara karna kusadari Rei tengah melihatiku seraya menyangga samping kepalanya sambil tersenyum padaku, "Kenapa?" Tanyaku berusaha sesantai mungkin agar tidak kelihatan gugup. Padahal, sial, hatiku sudah jingrak-jingkrakan kesana kemari. Maksudku, ayolah, siapa yang tidak gugup diperhatikan dengan cowok seganteng ini? Shit, jujur deh, Rei memang jadi ganteng banget sekarang bagiku!

Tangan Rei terulur kearahku, lalu memainkan rambutku. Perlahan dia meraih beberapa helai rambutku dan menciumnya. Aduh! Kenapa sih cowok ini? Aku jadi tidak bisa menahan derab jantungku yang jadi liar banget kan!

"Nanti pulang sekolah, kita pergi ya? Aku.." Dia menatapku lama sekali dan tidak bisa melanjutkan perkataannya sendiri, lalu kusadari wajahnya jadi rada merona. Duh, manisnya... "Aku.. ehm, gue, itu, ah!" Dia mengacak-acak rambutnya frustasi, sementara aku menahan senyumku.

"Kenapa?" Senyumku padanya.

Dia melirikku sekilas, lalu menarik napas panjang-panjang, "Udalah.. pake gue-elo aja.." Gumamnya sendiri, "Gue lagi pengen berduaan sama lo, ntar kita pergi ya?"

Aku tertawa geli, kurasa wajahku juga ikutan merona, malahan lebih merah dari wajahnya, tapi rasanya aku geli sekali melihat ekspresi wajah Rei yang akhir-akhir ini sering banget memerah hanya karna hal-hal kecil tentangku.

"Kenapa malah ketawa sih?" Kata Rei kesal.

"Iya, iya.. Soriiii.." Aku nyengir padanya, "Aku mauuuu kokkkk, Reinalddd! Jangan malu-malu terus dong... Makin lucu tuh mukanya.." Jawabku sengaja sok manis, Rei langsung mencubit hidungku keras-keras, tawaku kembali pecah.

* * *

Rei's POV

Kuingatkan saja ya, kalian boleh mengataiku lebay atau norak atau semacamnya. Soalnya aku juga merasa begitu kok, jadi tenang saja. Yah, kalian juga tau kan seminggu yang sedang kulewati bersama dengan, ehm, pacarku, alias Marsya, benar-benar serasa seperti mimpi indah yang sudah kuiimpikan entah untuk berapa lama. Crap! Aku senang sekali! Ralat, maksudku, aku bahagia sekali! Bahagia banget intinya! Bayangkan saja, setelah penantianku yang telah sekian lama, akhirnya semuanya membuahkan hasil yang benar-benar membuatku kadang tidak percaya aku boleh merasa sebahagia ini.. Memang benar kata orang-orang, ketika jatuh cinta, kenyataan akan jadi lebih indah dari mimpi, dan sekarang tiap malamnya aku jadi menyalahkan waktu karna membuat waktuku yang teramat berharga bersama gadis kesayanganku jadi terbuang percuma..

Sial, lagi-lagi aku jadi cengar-cengir sendiri kan. Tiba-tiba pinggangku ditusuk dari samping. Aku langsung menoleh kesal,

"Apaan sih!" Kataku ketus.

"Sumpah, Rei.. Lo pasti jadi gila sekarang.. Lo senyam-senyum melulu sadar nggak?" Marsya menatapku serius banget.

Aku memelototinya, "Lo apa-apaan sih!"

"Ya, abis lo gila. Apa sih yang lo pikirin? Awas ya mikir yang engga-engga mentang-mentang kita lagi berduaan doang!"

Ups, ketahuan.. Eh, bukan-bukan! Maksudku, aduh! Bagaimana ya? Bukan sepenuhnya begitu sih, kalian tau kan aku memang hanya lagi senang-senangnya karna akhirnya cintaku berbalaskan? Jadi... Argh! Terserahlah! Iya deh, jujur saja. Hei, tapi biar bagaimanapun aku masih laki-laki normal pada umumnya. Jadi, bukan  masalah besar jika pikiranku kadang masih suka kemana-mana kan? Iya kan? Tahan, Rei, tahan...

Aku melirik Marsya, memasang wajah kesalku yang kubuat susah payah, "Nggak usah nuduh yang enggak-enggak deh.."

"Nahhh! Ketauan ya?! Mikirin apa ayo ngaku!" Cewek itu menudingku sambil mendelik. Aku kontan menelan ludah. Sekarang kami memang hanya tinggal berdua dirumahku. Mamaku pergi bersama adik-adikku. Jadi... apa salah jika aku sedikit menginginkan apa yang juga ada di otak para laki-laki pada umumnya?

Kubalas pendelikannya padaku seraya menatapnya balik. Lalu, pada saat melihat wajahnya, aku langsung menyadari betapa aku sangat jatuh cinta padanya. Dia adalah gadis yang sangat berharga bagiku. Hawa nafsuku sama sekali tidak sebanding dengan perasaanku padanya. Tiba-tiba, rasanya jadi begitu kusayangkan. Aku jadi merasa bersalah padanya, dan pada diriku sendiri. Seseorang yang selama ini teramat kuiinginkan, akhirnya bisa juga berada bersamaku, disini, disisiku. Gadis itu terlalu berarti, terlalu sempurna untuk bisa sembarangan kusentuh-sentuh hanya atas dasar hawa nafsuku yang kelewat tinggi. Aku terlalu menghargainya. Aku terlalu menyayanginya. Aku terlalu mencintainya..

Dan tanpa kusadari, aku mencubit kedua pipinya yang empuk itu.

"Ih! Sakit tau!" Keluhnya sambil cemberut padaku.

Aku tersenyum, "Thanks for letting me be your boyfriend.."

Sejenak dia memandangku, dan sedetik kemudian kudapati wajahnya mulai merona, "Thanks for choosing me either.." Sahutnya salah tingkah. Aku jadi tidak dapat menahan diriku untuk tidak mencium pipinya yang merah itu.

Ketika kulepaskan ciumanku pada pipinya, kusadari wajahnya makin merona saja, yah walau kutau wajahku juga sama-sama merona sih..

"Sori ya, nggak bisa ditahan lagi abisnya." Cengirku padanya, "Tenang aja.." Aku mengacak-acak rambutnya, "Aku nggak akan sembarangan nyentuh kamu gitu aja kayak dulu-dulu. Malah aku nggak yakin bisa lebih dari ini, nyium pipi kamu aja aku udah nyaris meleleh, apalagi kalo lebih.. Lagian, kayak gini aja udah deg-degan banget kok. That's enough.. I'm happy with this, more than enough." Kuraih Marsya kedalam rangkulanku, "Duh, rasanya gimana gitu ya pake aku-kamu segala.." Kataku geli.

Sofaku tidak begitu besar, sekarang kami berdua disini, sedekat ini.. Aduh, dasar aku munafik.. Memang benar aku sudah sangat cukup dengan kebahagian yang seperti ini, bisa bersamanya seperti ini. Tapi.. Crap! Juniorku tidak mau diajak berkompromi! Tenang, Rei, tenang tenang tenang! Duh, bagaimana ini?

Marsya's POV

Ya, Tuhan.. Sepertinya ini pertama kalinya aku benar-benar merasa begitu dicintai seperti ini. Aku baru kali ini merasakan betapa dihargainya aku. Aku benar-benar merasa dijadikan yang terspesial bagi Rei. Pertama kalinya untukku merasa teramat dicintai dengan begini istimewa. Aku kadang bingung apa yang membuat Rei bisa sesayang ini pada gadis sepertiku. Aku tau kok akan diriku. Aku tau masa laluku buruk banget. Aku cewek yang hobi FWB sana-sini, hobi gonta ganti pacar, tidak pernah memikirkan perasaan cowok yang sedang bersamaku, dan yah... kalian juga tau, intinya aku bukan cewek alim yang manis ataupun cewek yang romantis untuk dijadikan pacar. Sedangkan saat bersama Rei, kadang aku merasa dia lebih seperti memperlakukanku lebih dari sekedar pacar, mungkin seperti seorang kekasih, mungkin? Argh, entahlah! Yang pasti, aku bahagia banget bersamanya. Aku bahagia dengan setiap momen yang kuhabiskan bersamanya. Tiada hari tanpa tawa, canda, ceria, senyum, marah, adu argumen, dan masih banyak lagi lainnya yang bahkan terlalu sulit untuk kujelaskan.

Dalam rangkulannya, aku tersenyum, lalu aku menggerakan posisiku agar ganti memeluknya. Mataku terpejam kompak dengan senyumku yang ikut mengembang. Ya Tuhan.. rasanya nyaman sekali. Rei terasa begitu hangat dan nyaman. Tubuhnya kokoh dan bidang, aku memeluknya erat-erat. Kurasakan Rei mengelus-ngelus rambutku dan balas memelukku erat.

Aku mendengar dia menggeram gemas, "I love you so much.." Katanya seraya menenggelamkan kepalanya pada rambutku dan mulai turun ke samping leherku.

Uh-oh, situasinya sepertinya mulai memanas. Aku meremas pelan kaus hitam yang dipakai pacarku ini. Yah, tidak salah kan kalau aku memberi isyarat bahwa aku juga ingin lebih?

Kurasakan tarikan nafasnya yang dalam di bagian tengkuk leherku, aku mendesah geli seraya tertawa pelan karna menahan rasa geli. Rei tertawa mendengus, dia mencium leherku dan aku kembali tertawa.

"Geli ya?" Katanya dileherku.

"Udah tau nanya.." Cibirku padanya, Rei tertawa kembali.

Kemudian jariku mulai menggerayangi leher, daun telinganya, dan turun ke pinggang. Aku mendengar Rei tersentak menahan nafasnya. Lalu dia menghentikan tindakannya padaku, dan melepaskan diri dariku.

Ketika aku menatapnya dengan pandang bertanya, dia malah mengacak-acak rambutnya.

"Yang tadi gue bilang apa, yang gue lakuin barusan apa.." Katanya frustasi, "Sori, gue harusnya lebih bisa nahan diri."

Mataku berkedip-kedip, bingung, "Hmm, you know, I'm fine with that.. So.."

"No, stop. Don't say it like that!" Rei menangkup kedua pipiku dengan kedua tangannya, "Lo tau kan, Cha? How really I treasure you. Gue nggak mau ngelakuin hal yang bikin lo punya resiko nanggung akibatnya misalkan yah... siapa yang tau kalo kita lakuin itu lalu..."

"Gue hamil?" Aku menaikan satu alisku, "So? Lo nggak mau tanggung jawab misalkan hal itu sampe terjadi? Lo nggak mau sampe.."

"Marsya.." Cowok itu memotong ucapanku, "Nggak begitu, okay? Gue mau tanggung jawab, mau.. Kalo gue sih cowok, nama gue nggak bakal jelek-jelek banget, sedangkan lo, misalkan lo sampe begitu? Apa nama lo nggak jatuh? Hei, gue bukannya nggak mau tanggung jawab ya, tapi disini gue mikirin harga diri lo, dan kita nggak mungkin bikin kecewa orangtua kita kan? Cha, denger ya, gue mau banget yang namanya lanjut kedepannya sama lo, apalagi sampe married. Nggak pernah gue kebayang kita buat putus nantinya, gue janji gue bakal jagain lo, selalu, dimanapun. Gue mau masa depan gue sama lo, tapi nggak karna kecelakaan fatal yang sekarang kerasa bodoh dan dangkal banget buat gue." Ketika kulihat Rei tersenyum, senyumku juga ikut mengembang, "Gue mau masa depan gue sama lo, dan semuanya bakal indah banget kan diwaktunya yang tepat nanti. Makanya.. tunggu gue ya, Cha? Sampe gue udah worth it untuk dampingin lo di masa depan nanti. Sampe saat itu tiba, gue nggak mau ngelakuin kesalahan fatal apapun yang akan gue selalin hasilnya nanti.."

Aku tidak dapat menahan diriku untuk kembali memeluknya erat-erat. Rei balas memelukku tak kalah erat. Rasanya.. apalagi yang kurang? Aku memiliki seseorang yang begitu mencintaiku, yang sangat teramat cinta padaku, apalagi yang bisa kuharapkan? "Gue janji, gue bakal nunggu sampe saat itu tiba.. Gue juga mau jadi cewek yang pantes buat lo, gue mau wujudin semuanya bareng-bareng lo.." Aku mengangguk dalam peluknya yang terasa nyaman sekali.

"Sumpah, gue nggak bisa berenti buat bilang seberapa gue bahagia dan sayang banget sama lo! Sya, you really are the one I truly love.."

* * * 

David's POV

Beberapa waktu yang lalu jabatan ketua klub musik telah resmi jatuh padaku. Saat itu, kulihat betapa serasinya Marsya bersanding dengan Rei. Betapa keduanya amat cocok. Walau tidak seromantis seperti saat aku dan Marsya bersama, aku bisa melihat dibalik cara pacaran keduanya yang kadang lebih sering terlihat bercanda atau ribut, dibaliknya, keduanya lebih dekat ketimbang saat aku bersama Marsya dahulu. Aku memejamkan mataku, entah kenapa jadi terasa sesakit ini..

Aku kangen sekali padanya..

Saat aku mendengar ada yang membuka ruang musik yang sedang kutempati, aku langsung menoleh, dan mataku bertemu langsung dengan sepasang mata yang amat kurindukan itu.. Marsya..

* * *

Marsya's POV

Uh-oh, awkward.

"Eh, elo! Gue kira siapa tadi! Sori-sori, kebiasaan masih hobi ngecekin mantan ruangan gue, gue lupa sekarang ketuanya udah berganti." Kataku ceria sembari menggaruk-garuk kepalaku yang sama sekali tidak gatal, "Okay.. kalo gitu, gue cabut dulu ya.."

Bersamaan dengan saat aku hendak berbalik dan kabur dari hadapannya-karna, yah.. aku masih belum sanggup melihatnya kembali terlalu lama-cowok ini menarik lenganku hingga aku tertarik masuk kembali kedalam ruangan ini. Selama sepersekian detik yang amat menyiksa, kami hanya saling menatap, dan entah karna apa, aku merasa mataku pedas. Kembali melihat sepasang matanya yang rada sipit itu, alisnya yang tebal, bibirnya yang melengkung, wajahnya yang kadangkala membuat orang-orang menggosipinya mirip artis Rain itu, aku tidak bisa menahan diriku untuk kembali mereka ulang segala kenangan kami dari dulu. Saat-saat kebersamaan kami. Saat-saat aku merasakan cinta pertamaku. Saat-saat terindah dalam hidupku. Sekaligus saat-saat paling menyakitkan seumur hidupku yang kurasa takkan pernah kulupakan rasanya..

Tanpa melawan, aku membiarkannya memelukku. Pelukan ini.. Pelukan yang ternyata sangat kurindukan.. Aku bodoh, aku tau aku bodoh, tapi siapa yang bisa menahan perasaan seperti ini.. Aku belum mampu melupakannya, aku masih sangat menyayangi cowok ini. David.. Tanpa kusadari air mataku sudah bergulir turun..

"Aku kangen kamu.." Bisik David serak, parau.

Aku mengangguk tanpa kusadari.

"Aku kangen banget sama kamu.." Katanya lagi sembari menjauhkan diriku dari pelukannya, agar kami bisa bertatapan.

Dan belum sempat aku menjawab semua itu, tiba-tiba kami sontak menoleh kearah pintu yang bahkan daritadi hanya setengah tertutup, lalu kudapati sesosok laki-laki yang telah berdiri dan memandangku yang sedang bersama David dengan sorot mata yang, kukira, menyerupai pandanganku saat memergoki David dan Aya saat itu.

Aku langsung melepaskan diriku dari David, "Rei.."

Continue Reading

You'll Also Like

48.7K 838 28
"Kita tidak melakukan apapun. kau tidak ada urusannya denganku, aku membuang-buang waktuku." aku akan pergi ketika dia bergumam. "Tapi kau bercint...
11.6K 732 10
Mafia mungkin dikenal sebagai orang yang kejam didunia ini, ya memang di akui kehidupan seorang mafia memang lah sangat gelap dan tidak ada cahaya se...
955K 44.5K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
163K 614 14
Warning : Adult Content!!! 🔞 ~ Sequel of "Partner in Bed" ~ (Disarankan untuk membaca cerita pertamanya dulu, yang berjudul "Partner in Bed" ) "Tapi...