My Precious Girlfriend ✔

By bluerosebae

633K 47.4K 1.8K

Orang-orang bilang kalo Airin beruntung mendapatkan Nino, cowok ganteng dengan aura bad boy itu mampu membius... More

Prolog
1. Airin dan Sejuta Kesabarannya
2. Keseriusan yang Tak Dianggap
3. Sadly Birthday
4. What's Wrong?
5. Mencari Ingatan yang Hilang
Pesan Rindu
6. Kesalahpahaman Ini...
7. Nino Ketika Kehilangan Arah
8. Usaha Nino
9. Bawa Perasaan
Trailer Perdana!!
10. Perebutan Dimulai
11. Panti Asuhan Kasih Bunda
12. Sekolah Alternatif
13. Danu dan Kehidupannya
14. Menebus Kesalahan
15. Ketika Airin Khawatir
16. Niat Baik
17. Kebenaran Dalam Kejahatan
18. Cinta Segitiga
19. Kesembuhan Danu
20. Peringatan Hari Jadi
21. Libur Semester
22. Be Better
23. Teman Saja
24. Kehilangan....
25. .... dan Kedatangan
26. Merasa Asing
27. Karma Butterfly
28. Rindu Ini....
Epilog
Bonus Chapter 1 : Keano dan Kaila
Bonus Chapter 2 : Panti Asuhan
Bonus Chapter 3 : Anniversary

29. Hari Melepas Rindu

20.8K 1K 51
By bluerosebae

Sejak menjadi ketua divisi marketing, Nino makin giat mengejar ketertinggalan agar menjadi direktur utama setidaknya di salah satu anak perusahaan Daddy-nya. Tapi siapa sangka jika Daddy langsung mempercayakan induk perusahaan pada Nino dengan mengangkat Nino sebagai direktur utama sementara Daddy disibukkan dengan pengembangan anak perusahaan yang baru dibangunnya di Singapore.

Itulah sebabnya Daddy terpaksa membongkar identitas asli Nino karena banyak pertentangan dari para petinggi perusahaan, namun setelah mereka tahu siapa Nino sebenarnya, mereka langsung menghormati keputusan Daddy.

Dan hari ini Nino resmi menempati ruangan yang sempat jadi area pribadi Daddy-nya, dia disibukkan dengan pemindahan barang-barang hingga tidak sadar sejak tadi Ayah memperhatikan dari ambang pintu.

Tok ... tok ... tok ...

Nino spontan menoleh dan langsung berdiri tegap melihat Ayah Cendana yang bertamu ke ruangannya.

"Lagi sibuk ya?"

"Oh, enggak kok. Ini tinggal nyusun berkas-berkas aja," Nino mempersilahkan Ayah duduk di sofa, "Ayah ada perlu sama Nino?"

Ayah menggeleng, "Kebetulan Ayah lagi ada rapat deket sini, Ayah mau ngucapin selamat," lalu Ayah menaruh kotak kecil di atas meja, "sekalian ngasih titipan Airin. Katanya dia ikut senang atas kenaikkan jabatan kamu."

Nino pun membuka kotak kecil itu, ternyata Airin menghadiahi jam tangan warna biru keluaran terbaru.

Nino tersenyum, Airin memang selalu tahu apa yang dibutuhkannya.

"Setelah jadi direktur utama, apa rencana kamu ke depannya?" tanya Ayah membuat Nino memutar bola mata berpikir.

"Nino bakal melakukan banyak kerja sama dengan perusahaan lain, terus nyusun rencana matang supaya kerja sama dengan perusahaan Ayah terus berkembang."

Ayah mengangguk seadanya, "Ada lagi?"

Kini Nino mengernyitkan alis, "Emang apa lagi, Yah?"

"Ayah suka semua rencana kamu. Tapi, apa nggak ada nama Airin disalah satu rencana kamu?"

Nino membeku, ditanyai seperti itu oleh orang tua perempuan yang disayanginya berhasil membuat Nino kehilangan kata-kata. Dia bukannya tidak serius dengan Airin, hanya saja rasa gugup begitu menguasai hingga mulutnya hanya bisa terbuka dan tertutup tanpa mengeluarkan kata apapun.

"Ayah paham sesulit apa tugas direktur utama, kamu mungkin bakal jarang ketemu keluarga, apalagi Airin. Tapi kalo kamu udah nggak mau mempertahankan Airin, Ayah bakal suruh Airin lepasin kamu," Ayah menepuk pundak Nino beberapa kali, "sebagai Ayahnya Airin, Ayah nggak mau lihat anak gadis Ayah digantung terlalu lama. Walaupun sama orang yang Ayah percaya sekalipun."

Nino tak sengaja mengartikan tatapan Ayah padanya, dia yakin tatapan itu bentuk dari kegelisahan seseorang yang berdiri diantara dua orang yang disayanginya, seseorang yang tidak bisa memilih salah satu diantara keduanya.

Nino jadi merasa bersalah, dia sudah terlalu sering membuat keluarga Cendana terbebani.

Ayah berdiri dengan tangan yang masih setia menepuk-nepuk pundak Nino, "Tolong pikirkan ini baik-baik. Kalo kamu udah punya keputusan, kabarin Ayah secepatnya." lalu beliau pergi keluar dari ruangan.

Nino ikut bangkit mengantar Ayah ke ambang pintu.

"Yah," Ayah yang baru melangkah beberapa langkah langsung membalikkan badan, "maaf kalo selama ini Nino repotin Ayah."

"Ayah nggak pernah merasa direpotin selama itu menyangkut keluarga Ayah."



*****



Hari wisuda tiba. Sudah sejak pagi-pagi buta Airin merias diri untuk acara spesial ini, bahkan orang-orang rumah ikut heboh karena mereka ingin menghadiri acara wisuda juga. Beruntung acara wisuda kampus Airin berlangsung ketika hari libur, jadi Cetta bisa ikut melihat Kakak perempuannya menerima gelar sarjana.

"Kampus Kakak gede juga ya." celetuk Cetta.

Bunda tersenyum mendengarnya, "Adek mau kuliah di sini juga?"

"Iya dong, kampus Kakak kan terkenal bagus. Iya, kan, Kak?"

"Tenang aja, nanti kalo ada yang gangguin kamu, bilang aja kamu Adek Airin si dewi universitas. Mereka pasti langsung segan sama kamu."

Surya berdecih meremehkan, "Alah paling cuman mahasiswanya aja yang segan. Kalo Adek kuliah di kampus Abang bilang aja Adeknya Surya, bukan cuma mahasiswa, dosen-dosen juga bakal segan sama kamu."

"Ayah nggak setuju. Kalo Adek berlindung dibalik nama Abang atau Kakak, mending Ayah kuliahin Adek di kampus swasta sekalian." ujar Ayah ikut nimbrung.

"Yah, Ayah ... Adek kan mau kuliah di kampus negeri juga, nggak adil kalo Adek kuliah di swasta sendiri."

Diam-diam Airin terkekeh sambil menggelengkan kepala, dia tahu adiknya tidak akan bisa menolak perintah orang tuanya karena Cetta terlalu penurut.

Airin mengedarkan pandangan setibanya di auditorium, dia melihat Sagita melambaikan tangan seakan mengajak Airin bergabung dengan teman-teman satu jurusannya. Dia pun ke sana dengan anggota keluarga yang mengikuti.

"Dari tadi lo?" ujar Airin setelah menyalami tangan orang tua Sagita, mereka sudah kenal dekat karena Airin beberapa kali mengerjakan tugas di rumah Sagita.

"Lumayanlah," Sagita menunjuk seseorang di belakang Airin, "tuh si Kelvin dari tadi nanyain elo."

Airin menoleh ke belakang dan melihat lelaki itu sudah bertukar sapa dengan keluarganya. Dia menarik senyum kala mata mereka tak sengaja bertemu.

"Selamat ya, gue nggak nyangka galaunya elo membawa berkah. Secara lo dapat cumlaude karena Nino." sontak Airin melayangkan pukulan-pukulan hingga Kelvin menyerah dan menjauh dari Airin yang jadi begitu sensitif dengan nama Nino.

Airin menghembuskan napas berat. Sejak Nino menjaga jarak dengannya, Airin selalu sesak jika mendengar nama atau kabar lelaki itu. Lihat saja, bahkan di acara penting seperti wisuda Nino tetap tidak menunjukkan batang hidungnya.

"Udah Kak jangan dipikirin, itu acaranya mau dimulai." tegur Ayah yang peka pada kondisi hati anaknya.

Airin mengangguk lalu mengikuti langkah teman-temannya yang mulai memasuki tempat duduk mahasiswa yang sudah diurutkan sebelumnya. Karena Airin menjadi salah satu mahasiswi berprestasi, dia pun mendapatkan kursi barisan depan.

Berbagai rangkaian acara terlaksana, Airin sedikit menyesali keberadaan tempat duduknya yang terlalu depan hingga dia tidak bisa mencari keberadaan Nino di saat-saat seperti ini. Namun di sisi lain dia bersyukur, karena tempat duduknya yang dekat panggung, dia jadi bisa melihat jelas wajah Nino ketika lelaki itu naik ke panggung untuk dilakukan pemindahan kucir oleh rektor dan menerima ijazah dari ketua prodi.

Airin kira hanya sampai itu, dia hanya bisa melihat Nino saat momen itu, tetapi sebelum acara benar-benar berakhir, tepatnya setelah pembacaan doa penutupan oleh kepala departmen agama, Airin mendengar suara Nino di atas panggung. Dan ternyata benar, terlihat Nino di sana dengan gitar dipangkuan.

"Selamat siang semua, maaf kalo saya ganggu waktunya sebentar. Saya cuma mau menyumbangkan sebuah lagu untuk kita yang sedang bersuka cita dengan kelulusan ini, terkhususnya untuk perempuan yang saya sayangi."

Entah perasaan Airin saja atau memang benar Nino melirik ke arahnya setelah mengatakan 'perempuan yang saya sayangi', tiba-tiba dia merasa pipinya memanas.

Perlahan Nino mulai memetik gitarnya, alunan melodi mulai tersusun hingga instrumen lagu Virgoun berjudul Bukti terdengar.

Memenangkan hatiku bukanlah
Satu hal yang mudah
Kau berhasil membuat
'Ku tak bisa hidup tanpamu

Menjaga cinta itu bukanlah
Satu hal yang mudah
Namun sedetik pun tak pernah kau
Berpaling dariku

Beruntungnya aku
Dimiliki kamu~~

Nino berhasil membuat orang-orang hanyut dengan lagu yang dinyanyikannya, sesekali lelaki itu melirik Airin yang ikut menggoyangkan kepala seperti mahasiswa lainnya.

Kamu adalah bukti
Dari cantiknya paras dan hati
Kau jadi harmoni saat kubernyanyi
Tentang terang dan gelapnya hidup ini

Kaulah bentuk terindah
Dari baiknya Tuhan padaku
Waktu tak mengusaikan cantikmu
Kau wanita terhebat bagiku
Tolong kamu camkan itu

Meruntuhkan egoku bukanlah
Satu hal yang mudah
Dengan kasih lembut kau pecahkan
Kerasnya hatiku

Beruntungnya aku
Dimiliki kamu~~

Bolehkah Airin berharap lagu ini untuknya? Setelah berpisah setahun lebih, Airin ragu Nino masih memilihnya sebagai wanitanya. Bisa saja kan Nino punya wanita lain di belakangnya?

Kamu adalah bukti
Dari cantiknya paras dan hati
Kau jadi harmoni saat kubernyanyi
Tentang terang dan gelapnya hidup ini

Kaulah bentuk terindah
Dari baiknya Tuhan padaku
Waktu tak mengusaikan cantikmu
Kau wanita terhebat bagiku
Tolong kamu camkan itu~~

Namun tepat ketika lagu habis, tiba-tiba Danu datang sembari menarik tangannya menuju panggung. Sontak seluruh penghuni auditorium kompak menatap Airin yang terus ditarik hingga naik atas panggung.

Nino menaruh gitar yang mengalung di lehernya ke alat band lain di sisi panggung. Seketika Airin merasa de javu, kejadian ini terjadi persis saat Nino menyatakan perasaannya di SMA dulu. Cara Nino menaruh gitar ke sisi panggung, cara Nino menatapnya, dan cara Nino menggenggam kedua tangannya hangat. Semuanya terasa sama.

Dan satu yang pasti, perasaan gugup dan senang Airin masih sama seperti dulu. Atau bahkan lebih karena mereka sudah lama berpisah. Airin tahu Nino merasakan tangannya gemetar karena lelaki itu makin menggenggamnya erat seolah ingin menenangkan Airin.

"Maaf selama ini aku bikin kamu sedih, khawatir dan kesal. Jarak yang memisahkan kita bukan cuma menyiksa kamu, tapi aku juga. Aku terpaksa menjauh karena aku harus belajar memantaskan diri jadi direktur utama di perusahaan Daddy."

Airin menggigit bibir bawahnya untuk memperkuat pertahanan air matanya, terlalu dini untuk menangis disaat Nino belum menyelesaikan kalimatnya.

"Selama setahun ini banyak hal yang aku sadari saat kita berpisah, aku terlalu banyak mengecewakan kamu, makanya aku berusaha jadi cowok dewasa, baik dan bisa diandalkan kamu. Dan satu hal yang paling aku sadari, aku nggak bisa hidup tanpa kamu."

Airin melihat Nino merogoh sakunya lalu meletakkan sebuah benda di telapak tangannya, dia pun membuka tangannya dan betapa terkejut dia saat mendapati sebuah cincin dengan permata kecil sebagai pemanis di genggamannya. Airin menatap Nino meminta penjelasan lebih.

"Di depan orang tua kita, di depan teman-teman kita, dan di depan dosen-dosen yang terhormat. Saya Muhammad Nino Brigit, ingin melamar Airin Natta Cendana. Bersediakah kamu jadi teman dalam suka dan dukaku?"

Airin melempar pandang ke arah kursi keluarganya, ternyata di sana ada keluarga Brigit juga yang menyaksikan. Mereka mengangguk seolah meyakinkan Airin jika mereka semua setuju dengan apapun keputusan perempuan itu.

Airin mengangguk antusias, "Iya, aku mau."

Semua orang terharu, Airin bisa lihat dari sudut matanya. Perasaannya makin membuncah kala Nino memasukkan cincin itu ke jari manisnya, karena perasaan itu makin tidak terkontrol, Airin memeluk Nino agar perasaannya sedikit tenang.

Ada perasaan bahagia, terharu dan lega berlebih yang dirasakan perempuan itu, akhirnya setelah penantiannya selama setahun, Nino membuktikan keseriusan yang dinanti sejak dulu.

Karena sibuk dengan perasaan masing-masing, kedua insan itu tidak sadar orang-orang di auditorium itu kompak bertepuk tangan, bahkan beberapa merekam momen itu, dan salah satunya adalah Kelvin.

Sejujurnya tidak ada rasa sedih atau iri, bahkan setelah dia memutar video itu berkali-kali, Kelvin masih ikut merasakan kebahagiaan yang sama dengan keluarga Airin. Ternyata tidak sia-sia insiden pelabrakannya kemarin.

Tiba-tiba ponsel Kelvin getar, ternyata pesan dari Sagita.

From : Sagita

Lo nggak bakal bunuh diri kan setelah ini?

Kelvin tertawa kecil sambil membalas pesan tersebut.

For : Sagita

Enggaklah! Nanti gue nggak bisa lihat lo nangkap buket bunga yang dilempar Airin dong.

Kelvin pun memasukkan ponselnya dan melempar pandang ke arah kursi Sagita, dia terkekeh saat Sagita menoleh untuk memberikan tatapan peringatan padanya.

Benar, setidaknya Kelvin punya Sagita yang mau menemaninya dikala suka dan duka.

Sedangkan di sisi lain, Cetta masih terkejut dengan apa yang disaksikannya tadi.

"Bang Nino udah rencanain ini, Jen?" bisiknya pada Jenny yang ada di sebelahnya.

Jenny mengangguk membenarkan, "Bahkan gue sama Danu yang milihin cincin itu."

"Keren juga si Nino," celetuk Surya setelah mendengarkan penuturan Jenny, "kira-kira semua cewek suka nggak dilamar kayak gitu?"

"Tergantung kepribadian si ceweknya, tapi kebanyakan cewek emang suka diistimewakan sama pasangannya."

"Emang Bang Surya udah punya calonnya?" remeh Cetta.

"Nggak tau aja sih lo." jawab Surya dengan nada angkuhnya.

"Bilangin ke Bunda, ah. Bund— hmmph—" belum sempat Cetta menyelesaikan kalimatnya, Surya sudah lebih dulu membekap mulut adiknya.

Para orang tua tidak mengindahkan kelakuan anak-anaknya karena mereka lebih larut dalam perencanaan masa depan Airin dan Nino ke depannya.

"Kita harus mulai cari gedung ini mah." kata Mommy dengan nada antusias seperti biasa.

"Iya, pokoknya masalah catering aku yang handle. Aku ada temen yang catering-nya terkenal enak." ujar Bunda tak mau kalah antusias.

Berbeda dengan para istri yang fokus membicarakan pelaksanaan acara, para Ayah justru sibuk menatap anak-anaknya yang kini menghibur teman-temannya di atas panggung. Mereka kompak menarik senyum lega dan bahagia.

"Gue seneng, akhirnya Nino nepatin janjinya juga." ucap Ayah dengan mata yang masih menatap ke depan.

"Gue juga seneng, akhirnya punya mantu secantik dan sebaik Airin."

"Sebenarnya gue belum siap lepas Airin," kalimat Ayah berhasil membuat Daddy menoleh, "tapi gue rela lepas Airin selama Nino yang jaga dia."

Daddy menepuk-nepuk pundak Ayah, "Tenang aja bro, gue bakal pastiin Nino nggak bakal ninggalin apalagi nyakitin Airin."

Ayah mengangguk sambil menatap Daddy, "Gue titip Airin, ya. Dia anak perempuan gue satu-satunya, hati gue bakal hancur kalo lihat dia menderita."

Percakapan berakhir sampai di sana, karena kedua Ayah itu kembali menonton pertunjukan Nino karena acara wisuda sudah selesai dan para staff mengajar sudah keluar dari auditorium.

Ayah benar-benar tidak bisa menahan senyumnya setiap melihat anak gadisnya tertawa dan tersenyum di sana. Akhirnya masa penderitaan Airin terbayar dengan kebahagiaannya hari ini.



TAMAT—



Alhamdulilah, akhirnya aku berhasil menamatkan cerita ini. Makasih buat teman-teman yg udh menemani cerita ini selama lima bulan kurang sejak cerita ini publish. Maaf juga karena banyak ngegantungin kalian, bikin emosi kalian atau kurang memuaskan kalian dgn momen AiNo yg dikit. Tenang aja, aku udh nyiapin bab khusus utk mereka🤗

Jadi inget pernah ngegantungin cerita ini sebulan lebih🙈🙈🙈

Karena terakhiran, aku mau dong baca kesan dan pesan kalian selama baca cerita ini sampe chapter terakhir ini.

Oh iya, ini foto Airin-Nino yg udh lulus, selamat ya buat kalian pasangan goals kita💙💙💙



Ini hasil editan aku, daripada dibuang percuma, aku share aja di sini. Maaf kalo masih kurang mulus karena aku editnya di HP🙈🙈🙈


Selamat bertemu di cerita lainnya!! Annyeong💙💙💙

I blue ya💙
Dari Mawar biru yg menyayangi semua karakter dan pembacanya🤗🤗

Continue Reading

You'll Also Like

8.5K 858 9
"Sayang buna" "Tapi buna nya sayang ayah" Hiks hiks "Maas!"
5.5K 665 37
Kata orang jarak antara benci dan cinta hanya setipis helai rambut dibelah tujuh. Luna benci Angkasa. Angkasa juga, Kata Angkasa. Apa iya? Menurut An...
100K 12.6K 60
"I have crush on you, La!" Aku mengernyit heran. "Maksudnya?" Bukannya tidak faham dengan arti kalimat yang barusan di dilontarkannya, melainkan aku...
1.5M 79.8K 53
Amanda mencintai Daniel, Daniel memilih Maura, dan Amanda menyayangi Maura. Diri nya saat ini hanya sedang berputar di lingkaran cinta yang tidak ber...