My Precious Girlfriend ✔

By bluerosebae

684K 49K 1.9K

Orang-orang bilang kalo Airin beruntung mendapatkan Nino, cowok ganteng dengan aura bad boy itu mampu membius... More

Prolog
1. Airin dan Sejuta Kesabarannya
2. Keseriusan yang Tak Dianggap
3. Sadly Birthday
4. What's Wrong?
5. Mencari Ingatan yang Hilang
Pesan Rindu
6. Kesalahpahaman Ini...
7. Nino Ketika Kehilangan Arah
8. Usaha Nino
9. Bawa Perasaan
Trailer Perdana!!
10. Perebutan Dimulai
11. Panti Asuhan Kasih Bunda
12. Sekolah Alternatif
13. Danu dan Kehidupannya
14. Menebus Kesalahan
15. Ketika Airin Khawatir
16. Niat Baik
17. Kebenaran Dalam Kejahatan
18. Cinta Segitiga
19. Kesembuhan Danu
20. Peringatan Hari Jadi
21. Libur Semester
22. Be Better
23. Teman Saja
24. Kehilangan....
25. .... dan Kedatangan
26. Merasa Asing
28. Rindu Ini....
29. Hari Melepas Rindu
Epilog
Bonus Chapter 1 : Keano dan Kaila
Bonus Chapter 2 : Panti Asuhan
Bonus Chapter 3 : Anniversary

27. Karma Butterfly

14.4K 935 65
By bluerosebae

Karena hari ini aku lagi seneng, aku update utk berbagi kebahagiaan dgn kalian.

Happy reading💙💙💙

.
.
.

Keadaan kelas perkuliahan ketika dosen telat masuk tidak jauh berbeda dengan kelas yang ada di SMA, suasana mendadak riuh oleh suara game yang dimainkan anak-anak cowok, serta suara anak-anak cewek yang sibuk bergosip ria.

"Rin, lo udah tau berita perceraian Song-Song couple belum?" heboh Sagita sembari menggoyangkan tangan Airin.

"Hah?! Yang bener lo."

"Seriusan," Sagita menggeser kursinya mendekati Airin lalu menyodorkan ponselnya yang menampilkan artikel terbaru tentang pasangan terfavoritnya, "nggak tau juga penyebabnya apa, tapi udah dikonfirmasi agensi mereka."

Airin menekuk bibirnya ke bawah, "Sagita ... kapal gue karam dong."

"Bukan cuma lo yang tenggelam, ada jutaan penumpang di kapal karam itu."

Detik berikutnya adegan melankolis terjadi, Sagita dan Airin saling berpelukan berbagi kesedihan yang sama. Sampai teman-temannya yang lain memandang heran pada dua perempuan itu. Kejadian itu tidak berlangsung lama karena seseorang menyadarkan mereka kalau dosen sudah masuk, sesegera mungkin Sagita merapihkan kursinya ke letak semula.

"Selamat pagi semua," sapa dosen berkepala plontos setibanya di meja, "kumpulkan tugas kalian di meja dan buka buku halaman delapan tujuh."

Bagai gerak refleks, semua mahasiswa membuka tas dan mengambil tugas untuk dikumpulkan ke depan. Saat yang lain maju ke depan, Airin justru sibuk mengaduk-aduk isi tasnya dengan perasaan cemas.

"Duh gimana nih, perasaan udah dimasukin deh." Airin mengeluarkan semua isi tasnya. Dan benar saja, tidak ada tugas klipingnya di sana.

"Ini bukan alasan lo karena nggak ngerjain tugas, kan?" tanya Sagita setelah mengumpulkan tugasnya.

"Sumpah Git, gue udah ngerjain tugas itu dari minggu lalu."

Sagita baru akan membantu Airin mencari tugasnya ketika suara ketukan pintu terdengar, dia melihat Nino di ambang pintu kelas.

"Misi Pak, saya mau izin ketemu Airin sebentar."

Sagita menepuk lengan Airin, "Rin, itu Nino nyariin elo."

Sontak Airin mengangkat kepala, dia melihat Nino berjalan dengan langkah pasti. Dan saat jarak mereka terpisah dua langkah, Nino menyodorkan sesuati yang sejak tadi dicari Airin.

"Nyari ini?" Airin mengangguk sambil mengambil tugas klipingnya, "lain kali jangan teledor lagi, aku belum tentu ada buat kamu."

Airin berusaha mencerna perkataan Nino, namun gagal karena dia tidak berhasil menangkap makna cowok itu sebelum pergi dari hadapannya.

Sebenarnya apa maksud Nino sebenarnya? Dan kenapa pula perasaan Airin tidak enak sekarang?

*****

Saat jam istirahat tiba, Airin sengaja mencari tahu jadwal kelas Nino untuk memberikan bekalnya hari ini sebagai rasa terima kasih telah mengantarkan tugasnya tadi. Ternyata jadwal Nino kosong, Airin sudah memeriksa kantin dan tidak menemukan sosok yang dicarinya. Itulah sebabnya kini langkah Airin terarah menuju perpustakaan karena tempat itu jadi pilihan terakhirnya.

Setelah beberapa menit mencari keberadaan Nino, akhirnya Airin melihat sosok itu sedang membaca di pojok perpustakaan. Airin menarik bangku di sebelah Nino, gerak itu ternyata cukup menarik perhatian cowok itu

"Lagi sibuk ya?"

"Lumayan," Nino menandai bagian bacaannya sebelum menutup buku itu, "kamu nyariin aku?"

Airin tersenyum sembari menyerahkan kotak makannya, "Aku mau ngasih bekal ini sebagai rasa terima kasih aku, kamu pasti belum makan, kan?"

"Makasih. Tau aja aku lapar," Nino membuka kotak bekal yang ternyata isinya dua potong sandwich, karena posisinya di pojok membuat Nino lolos dari pengawasan penjaga perpustakaan. Dia bisa bebas menikmati sandwich tanpa takut dapat teguran.

"Kamu tau darimana tadi aku nyariin tugas?" tanya Airin setelah Nino menghabiskan satu potong sandwich.

"Tadi Bunda nelpon, katanya tugas anak perempuannya ketinggalan di meja makan. Makanya Bunda minta tolong anterin itu ke kamu."

Airin menggigit bibir bawahnya, ingin menanyakan sesuatu yang sejak tadi mengganjal hatinya. Matanya terpaku memperhatikan tiap gerak-gerik Nino, Airin terlalu tenggelam menikmati pahatan sempurna tangan Tuhan pada wajah cowok di sisinya.

"Aku boleh nanya sesuatu?" Nino membenarkan posisi duduknya setelah menyadari hawa serius mulai menyelimuti mereka, "apa maksud kata-kata kamu di kelas tadi?"

"Kata-kata yang mana?"

"Yang kamu bilang kamu belum tentu ada buat aku. Kamu ... mau pergi jauh?"

Nino menyingkirkan beberapa helai rambut yang menghalangi wajah Airin ke belakang telinga, dia tersenyum melihat wajah cantik perempuan itu.

"Aku nggak tau apa yang bakal terjadi lima menit ke depan, tapi aku rasa aku bakal disibukkan beberapa hal. Entah itu tentang pekerjaan ataupun tugas kuliah," Nino menatap tepat iris mata Airin, "aku cuma mau kita jaga jarak beberapa waktu ke depan, ada banyak hal yang harus kita introspeksi dari hubungan kita kemarin."

Seketika perasaan Airin campur aduk, dia senang melihat Nino jujur, dia terkejut mendengar penuturan bijak Nino, dan dia sedih mengetahui mereka akan berpisah untuk beberapa waktu ke depan.

Ditengah kesedihannya, Airin merasakan ponsel di saku bajunya bergetar. Ternyata itu pesan dari Kelvin.

From : Kelvin

Rin, kamu sibuk nggak? Kalo ada waktu luang, ikut aku yuk ke suatu tempat.

*****

Ternyata Kelvin mengajak Airin ke sebuah café bertema vintage di salah satu kawasan Jakarta Selatan.

"Lo mau pesen apa?" tanya Nino ingin menyodorkan buku menu, tapi sudah ditolak Airin duluan.

"Samain aja."

Walau merasakan keanehan di diri Airin, Kelvin tetap memesankan makanan yang sama sesuai permintaan perempuan itu.

"Lo mau ngomong apa sih Vin? Kenapa nggak di kampus aja ngobrolnya?"

Kelvin tersenyum, akhirnya Airin bertanya juga, karena sebenarnya dia menunggu waktu yang tepat. Dan dia rasa, sekarang adalah waktunya.

"Tunggu di sini, jangan kemana-mana."

Airin menurut sembari mengikuti langkah Kelvin yang ternyata menuju panggung di depan café. Cowok itu membisikkan sesuatu yang membuat MC di depan mengangguk lalu turun dari panggung, memberi Kelvin kesempatan menguasai panggung.

"Cek ... cek, halo," Kelvin memandangi seluruh pengunjung setelah memastikan mic aktif, "selamat siang semua, hari ini saya ingin menyanyikan sebuah lagu untuk perempuan yang spesial bagi saya. Semoga tidak mengganggu makan siang kalian."

Kelvin memberi kode ke anak-anak band hingga mereka mulai memainkan instrumen lagu milik Andmash berjudul cinta luar biasa, lagu yang sempat di request Kelvin tadi.

Waktu pertama kali
Kulihat dirimu hadir
Rasa hati ini inginkan dirimu
Hati tenang mendengar
Suara indah menyapa
Geloranya hati ini tak kusangka
Rasa ini tak tertahan
Hati ini selalu untukmu~~

Airin tidak menyangka jika Kelvin bisa bernyanyi sebaik itu, suaranya lembut dan dalam, cocok dengan jenis lagu yang dinyanyikan hingga tiap baitnya tersampaikan dengan baik pula.

Terimalah lagu ini
Dari orang biasa
Tapi cintaku padamu luar biasa
Aku tak punya bunga
Aku tak punya harta
Yang kupunya hanyalah hati yang setia
Tulus padamu~~

Tiba-tiba perasaan familiar menghujam hati Airin, secara bertubi-tubi hingga mampu mengingatkannya dengan sosok lelaki yang baru saja meminta jarak padanya, sosok lelaki yang selalu dia salahkan atas kesalahpahaman diantara mereka, dan sosok lelaki yang menyadarkannya atas perasaan rindu yang selama ini tidak disadari.

Hari-hari berganti
Kini cinta pun hadir
Melihatmu, memandangmu bagai bidadari
Lentik indah matamu
Manis senyum bibirmu
Hitam panjang rambutmu anggun terikat
Rasa ini tak tertahan
Hati ini selalu untukmu~~

Perlahan Kelvin menuruni panggung dan berjalan menuju meja Airin, sontak pandangan para pengunjung tertuju pada mereka. Membuat Airin sedikit risih karena terus-terusan ditekan perasaan familiar itu.

Terimalah lagu ini
Dari orang biasa
Tapi cintaku padamu luar biasa
Aku tak punya bunga
Aku tak punya harta
Yang kupunya hanyalah hati yang setia
Tulus padamu~~

Tepat ketika lagu habis, masih diiringi instrumen anak-anak band, Kelvin meraih tangan Airin. Membawa perempuan itu berdiri dengan tangan kiri masih memegang mic.

"Di hadapan orang-orang, gue mau mengutarakan perasaan yang selama ini gue rasain saat bersama lo," Kelvin menarik napas, berusaha meyakinkan dirinya, "gue bahagia karena kita bersama-sama sejak kecil, tapi perasaan gue lebih dari sekedar teman. Gue cinta sama lo, lo mau nggak jadi pacar gue."

Perasaan Airin makin tak karuan, dadanya sesak seolah oksigen di sekitarnya menipis. Dia makin tidak bisa mengendalikan perasaannya saat para pengunjung kompak mendukung Kelvin agar Airin menerima cintanya. Hal itulah yang makin membuat Airin terpojokkan.

Semua hal yang terjadi saat ini, sama persis seperti yang Airin rasakan ketika Nino menyatakan cintanya dulu. Lalu apa yang harus Airin lakukan? Menerima Kelvin seperti dia menerima Nino dulu?

Airin menggeleng keras, dia menarik tangannya, "Maaf, Vin." lalu dia berlari meninggalkan Kelvin, sontak membuat suasana café hening.

Airin berniat lari sejauh mungkin, dia tidak ingin menampakkan wajah menyedihkannya di depan Kelvin. Tapi bahkan baru lima langkah dari pintu café, perempuan itu sudah menghentikan langkahnya, dia menjatuhkan tubuhnya karena tak kuasa menahan kesedihannya. Airin menekuk lututnya lalu menenggelamkan wajah di sana, menghiraukan tatapan orang-orang yang memandangnya aneh.

Airin tidak peduli, yang dia butuhkan sekarang adalah mengeluarkan sesuatu yang sejak tadi menghimpit dadanya. Usahanya itu menghasilkan isak tangis yang begitu memilukan, Kelvin tidak bisa mendengar isak itu lebih lama lagi, dia pun menghampiri dan mensejajarkan tubuhnya dengan Airin.

"Jangan gini dong, Rin. Gue gapapa kok lo tolak, gue nggak bakal marah." Kelvin mengusap kedua pundak Airin, membuat perempuan itu menengadahkan kepala menatap mata Kelvin.

"Nino, Vin ... Nino ...." isak tangis Airin makin terdengar memilukan.

"Kenapa sama Nino?"

Airin menundukkan kepala lagi, "Gue rindu Nino, Vin ...." rengek perempuan itu makin menjadi. Agar tak menjadi pusat perhatian, Kelvin menuntun Airin ke bangku yang ada di teras café.

Sesampainya di sana, Kelvin tidak langsung mencecar Airin walau rasa penasarannya sudah sampai ubun-ubun, dia memberi jeda supaya Airin bisa meredakan sejenak isak tangisnya.

Airin menyeka air matanya, entah sudah berapa liter air mata yang dia keluarkan hari ini. Matanya benar-benar perih sekarang.

"Gue pernah cerita, kan, kalo gue udah pacaran tujuh tahun sama Nino?" tanya Airin tiba-tiba.

"Iya."

"Gue tuh mutusin dia karena dia nggak serius jalanin hubungan, gue cuma mau dia sadar kalo diumur kita gini bukan waktunya main-main lagi," Airin menarik napas panjang, "tapi setelah dia berubah jadi pribadi yang dewasa, dia malah minta gue jauhin dia. Emangnya apa salah gue, Vin?"

Melihat Airin murung lagi, Kelvin mengusap lembut kepala Airin, "Lo nggak salah Rin, mungkin Nino cuma butuh waktu sendiri."

"Gue nggak bisa nerima cowok lain disaat hati gue masih dimiliki seseorang," Airin menggenggam tangan Kelvin, "sorry Vin."

Kelvin hanya mengangguk pelan, dia membalas genggaman tangan Airin agar perempuan itu tidak mengkhawatirkan kondisi hatinya yang mulai kacau balau.

*****

Setelah kelas dibubarkan, Sagita bergegas menuju café vintage tepat setelah Airin mengiriminya pesan.

From : Airin Cendana

Git, lo bisa ke café vintage nggak? Gue abis nolak Kelvin, dia masih stay di sana.

Jadi ini alasan Airin bolos kelas seharian, ternyata dewi universitas itu habis mematahkan hati seseorang.

Sesampainya di café, Sagita langsung menemukan sosok Kelvin duduk di meja pinggir jendela, melempar pandang ke luar sembari meminum kopi terus-terusan. Spontan Sagita menghampiri lelaki itu, lalu merebut gelas kopi Kelvin.

"Minum kafein terus-terusan nggak bakal bikin kegalauan lo hilang."

Kelvin menarik senyumnya seolah menjadi kebiasaan, karena sejak kecil dia sudah diajarkan menutupi kesedihan dengan tersenyum.

"Makasih udah datang, tau aja gue butuh temen curhat."

Sagita takjub dengan Kelvin, dibalik kesedihannya, lelaki itu masih bisa terkekeh diakhir kalimatnya. Dia tidak langsung menanggapi ucapan Kelvin, dia menunggu lelaki itu membuka diri tanpa dipaksa.

"Kayaknya gue manusia paling bodoh di dunia," Kelvin memberi jeda sejenak, "gue tau Airin nggak bakal semudah itu move on dari Nino. Tapi gue tetep aja nembak dia. Sorry ya Git kalo gue pernah nyakitin lo, sekarang gue sendiri yang ngerasain sakitnya ditolak."

Sagita menggeleng pelan, "Lo tau nggak? Dijurusan psikologi, prediksi gue itu paling akurat 99%. Gue udah punya firasat kalo lo bakal nembak Airin sepulang kita dari Paris, tapi tetep aja gue nyatain perasaan gue. Jadi kayaknya gue deh manusia paling bodoh di dunia ini."

Melihat Kelvin bungkam, Sagita pun meneruskan kalimatnya, "Terlepas dari rasa sakit itu, gue lega. Setidaknya nggak ada lagi beban yang gue tanggung. Dan gue rasa ... lo juga ngerasain hal yang sama. Iya, kan?"

Tanpa sadar Kelvin mengangguk. Benar juga yang dikatakan Sagita, terlepas dari resiko yang diterimanya, Kelvin masih bisa bersyukur. Setidaknya dia dan Airin masih berteman baik, sama halnya dengan pertemanan dia dan Sagita.

*****

Mulai terbayarkah emosi kalian di bab sebelum-sebelumnya?

Aku bukannya benci atau balas dendam ke Airin, cuma mau kasih tau aja kalo kita nggak tabayyun (mencari kebenaran) sebelum memutuskan suatu hal, maka penyesalan yang tersisa.

Semoga di chapter kali ini kita bisa sama-sama belajar. Emosi boleh, tapi mencari kebenaran tetap harus dilakukan. Pokoknya dalam hal apapun.

Yang sabar ya Kelvin🙈🙈🙈

I blue ya💙
Dari Mawar biru yg lagi dalam mode "Mawar Teguh" 🙈🙈✌✌

Continue Reading

You'll Also Like

135K 15.2K 21
Kinata Aria menyukai apa-apa saja yang berasa manis. Namun, sejak Kina mulai dekat dengan seorang Aliandra Kalvi, ia baru tahu ternyata ada rasa yang...
85.4K 6.6K 44
Gianna Edrea Nolan, seorang gadis yang bisa dibilang biasa-biasa saja, tidak terlalu tertarik mengikuti trend, tidak peduli dengan berita dunia maya...
851K 73.1K 31
Ditinggalkan merupakan hal yang biasa terjadi bagi Selaras Nada. Hal itu sudah terjadi semenjak ia lahir. Ditinggalkan orang tuanya di depan pintu pa...
373K 24.4K 46
"Lihat wajah ketakutan kamu, Raine. Aku pastikan akan melihat itu setiap hari." Raine Theoran terpaksa harus menikah dengan putra dari lintah darat...