My Precious Girlfriend ✔

By bluerosebae

633K 47.4K 1.8K

Orang-orang bilang kalo Airin beruntung mendapatkan Nino, cowok ganteng dengan aura bad boy itu mampu membius... More

Prolog
1. Airin dan Sejuta Kesabarannya
2. Keseriusan yang Tak Dianggap
3. Sadly Birthday
4. What's Wrong?
5. Mencari Ingatan yang Hilang
Pesan Rindu
6. Kesalahpahaman Ini...
7. Nino Ketika Kehilangan Arah
8. Usaha Nino
9. Bawa Perasaan
Trailer Perdana!!
10. Perebutan Dimulai
11. Panti Asuhan Kasih Bunda
12. Sekolah Alternatif
13. Danu dan Kehidupannya
14. Menebus Kesalahan
15. Ketika Airin Khawatir
16. Niat Baik
17. Kebenaran Dalam Kejahatan
18. Cinta Segitiga
19. Kesembuhan Danu
20. Peringatan Hari Jadi
21. Libur Semester
22. Be Better
23. Teman Saja
24. Kehilangan....
25. .... dan Kedatangan
27. Karma Butterfly
28. Rindu Ini....
29. Hari Melepas Rindu
Epilog
Bonus Chapter 1 : Keano dan Kaila
Bonus Chapter 2 : Panti Asuhan
Bonus Chapter 3 : Anniversary

26. Merasa Asing

10.7K 978 29
By bluerosebae

Sagita masih sakit hati akibat penolakan cintanya kemarin.

Dan untuk mengurangi itu, hari ini dia memilih membantu Airin membagi hasil laporan pembelajaran pada anak-anak murid. Walaupun tidak selama kegiatan pembelajaran, setidaknya waktu dua jam cukup mengganti rasa sakit hati Sagita dengan tawa lepas yang disebabkan oleh kepolosan anak-anak itu.

Setelah pembagian rapot, Airin tidak langsung membubarkan kelas. Dia membagikan beberapa hadiah untuk juara kelas dan beberapa bingkisan camilan untuk semua anak-anak didiknya. Hal sederhana itu mampu mengundang kegembiraan bagi anak-anak, mereka memeluk erat pemberian Airin seperti menemukan harta karun.

Ditengah kegembiraan itu, tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar. Membuat seluruh penghuni kelas mengalihkan perhatiannya.

"Itu Jenny ngapain ke sini, Rin?" tanya Sagita yang hanya mendapat respon Airin berupa mengangkat bahu pertanda tidak tahu.

"Kak Airin, kelasnya udah bisa dibubarin nggak?" tanya Jenny ketika tiba di dekat Airin.

"Emangnya kenapa?"

"Jenny disuruh Mommy jemput Danu," menyadari perubahan air wajah air, Jenny pun melanjutkan kalimatnya, "mulai sekarang Danu resmi jadi bagian dari keluarga Brigit."

"Maksudnya?" itu tanya Sagita, sebab dia tidak tahu menahu tentang hal yang terjadi di sini.

"Orang tua Jenny udah angkat Danu jadi anak mereka, bahkan sekarang nama belakang Danu udah ada 'Brigit'-nya."

Sagita terkejut setengah mati, dia mengerjap-ngerjapkan mata berusaha mencari kesadarannya. Namun setelah melirik Airin, Sagita sadar, telah terjadi sesuatu selama dia di Paris kemarin.

"Mommy juga nyuruh Jenny bilang ke Kak Airin kalo sekarang hari terakhir Danu sekolah di sini. Mommy mau nyekolahin Danu ke sekolah negeri."

Spontan mata Airin melirik Danu yang tengah memakan beberapa camilan dengan teman-temannya. Kalau begitu, hari ini akan jadi hari terakhir Airin mengajar Danu. Lalu matanya mengedar ke belakang Jenny, berusaha menemukan seseorang di sana.

"Terus Nino mana? Kok nggak diajak masuk juga?"

"Jenny ke sini dianter sopir, soalnya Bang Nino lagi sibuk-sibuknya di kantor. Jadi dia nggak——"

"Bentar-bentar," sela Airin, "Nino kerja? Sejak kapan?"

"Pas libur semester kemarin, tiba-tiba aja nawarin diri magang di perusahaan Daddy."

"Bukannya dia paling males kalo disuruh ke kantor? Kok sekarang tiba-tiba ...." Airin tak kuasa meneruskan kalimatnya, dia terlalu shock mendengar kabar ini.

Jenny tersenyum maklum, "Katanya sih, semua itu berkat Danu. Makanya Abang mati-matian bujuk Mommy dan Daddy kemarin."

Airin masih tidak mengerti korelasi antara Danu dan perubahan Nino itu apa. Tapi yang jelas dia tahu. Sejak bertemu Danu, perubahan itupun dimulai.



*****



Libur semester telah usai, itu artinya semua mahasiswa harus siap menerima materi dan tugas lagi.

Seperti Airin yang sudah memeluk beberapa buku referensi dari perpustakaan, padahal masih terbilang pagi untuk meminjam buku. Di saat yang lain ke kantin untuk makan, Airin memilih ke kantin untuk mengerjakan skripsi, dia bertekad menyelesaikan skripsi mumpung sekolah alternatifnya sedang libur setelah pembagian rapot kemarin.

Di tengah perjalanan menuju kantin, Airin melihat sosok Nino di ujung koridor. Sepertinya Nino baru keluar dari kantin. Tanpa sadar Airin menarik kedua sudut bibirnya, tak bisa dipungkiri bahwa dia mengagumi sosok itu sekarang, tepatnya setelah Jenny cerita kalau Nino mulai fokus dengan pekerjaannya.

Lihatlah bagaimana cara Nino membaca buku di tangannya sepanjang jalan, padahal biasanya cowok itu paling tidak bisa memegang buku lama-lama.

Airin sudah membuka mulut bersiap menyapa Nino, bahkan tangannya sudah akan dia angkat untuk melambaikan jari-jari, namun semua itu dia urungkan tepat setelah Nino melewatinya. HANYA MELEWATINYA! Padahal Airin yakin jika Nino sempat melempar senyum tipis ketika mereka berpapasan.

Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba Nino seperti ini padanya?

Rasanya aneh, seperti ada ribuan anak panah menusuk tepat ulu hatinya. Sedih dan perih bercampur menjadi satu.

Ketika Airin sibuk dengan pemikirannya, tiba-tiba ponsel di saku celananya bergetar. Dengan gerak lamban, dia mengambil benda pipih itu lalu mengangkat panggilan Ibu dari cowok yang mengabaikannya tadi.

"Halo, Mom. Ada apa?"

"Kamu sibuk nggak hari ini? Mommy lagi bikin kue buat keluarga Cendana, itung-itung syukuran karena Danu resmi jadi bagian keluarga Brigit."

Sebenarnya Airin mendengarkan ucapan Mommy, tapi entah kenapa fokusnya tetap terarah pada punggung Nino yang kian menjauh lalu perlahan hilang ditikungan koridor. Lalu Airin menarik napas panjang, berusaha menata hatinya lagi walau dia tahu tidak akan serapih sebelumnya.

"Iya Mom, pulang kuliah nanti aku langsung ke sana."



*****



Pukul empat sore, Airin baru menyelesaikan kelasnya. Walau tahu dirinya terlambat, Airin tidak mempercepat langkahnya karena niatnya memang hanya ingin mengambil kue buatan Mommy lalu pulang.

Namun tidak ada yang bisa menjamin sesuatu dengan pasti, seperti Airin yang masih di rumah keluarga Brigit hingga pukul delapan malam. Itu karena kepribadian Mommy yang humble membuat Airin nyaman dan tidak tega meninggalkan wanita paruh baya itu begitu saja.

Seolah termakan ucapannya sendiri, setelah makan malam Airin masih betah bercerita apapun dengan Mommy. Tentang awal mula dia mendirikan sekolah alternatif, menemukan anak-anak didiknya, dan tentang dia yang berusaha membagi waktu sebagai mahasiswa dan guru di sekolah miliknya. Kedua wanita itu terlalu larut dalam pembicaraan hingga tidak sadar motor Nino sudah tiba di garasi sejak tadi.

Airin ingin menyapa Nino lagi, namun cowok itu masih mengabaikannya seperti di koridor pagi tadi. Kali ini rasanya lebih memalukan, karena ada Mommy yang melihat kejadian itu.

"Nino teh ke kamar Danu, tadi Mommy telpon dia soalnya Danu demam terus nyebut-nyebut nama Nino wae," Airin mengalihkan pandangannya pada Mommy, "sekarang mah Nino teh jadi Abang yang baik, untung weh Mommy nelpon dia, kalo enggak malam ini meren dia teh lembur lagi di kantor."

[ 1. Untung weh : untung aja
  2. Meren : kayaknya ]

"Masa sih Mom?" tanya Airin tidak percaya.

"Bukan itu doang,  si Nino teh jadi telat makan gara-gara ngejar deadline, jarang pulang ke rumah, sering begadang soalnya ngerjain tugas kantor, atau kalo nggak dia teh sering ketiduran di depan laptopnya," Mommy menghembuskan napas berat, "Mommy mah seneng sama perubahan dia, tapi kalo gini terus, makin kurus atuh dia teh."

Disaat seperti ini, Airin hanya bisa mengusap punggung Mommy guna menghibur wanita cantik itu, "Tenang aja, nanti Airin yang bakal ngomong sama Nino."

Sontak Mommy menegakkan tubuhnya, "Kamu beneran mau?" Airin mengangguk, lalu Mommy beranjak ke dapur sebentar hingga dia kembali dengan nampan di tangannya, "kalo gitu tolong suruh Nino makan, ya. Dia pasti lagi nyuapin makan Danu, padahal dia sendiri belum makan malam."

Airin menerima nampan itu, kemudian berjalan menuju kamar Danu. Pintu yang tidak ditutup rapat membuat Airin bisa mengintip sedikit lewat celah itu, terlihat Nino sedang menyelimuti Danu setelah membantu anak itu minum. Entah kenapa hati Airin menghangat bertepatan saat Nino mengusap pelan dahi Danu. Setelah anak itu terlelap dan Nino ingin beranjak pergi, Airin segera membuka pintu hingga cowok itu mengurungkan niatnya untuk keluar.

"Danu udah tidur?" Nino mengikuti arah pandang Airin yang jatuh pada Danu.

"Hmmm ...," Nino mengangguk lalu sedikit mengernyitkan alis ketika melihat Airin membawa nampan berisi makanan dan segelas air putih, "Danu udah makan, aku baru aja nyuapin dia."

Airin terkekeh mendengarnya, "Ini bukan buat Danu, tapi buat kamu."

Tadinya Nino tidak merasa lapar, namun setelah mendengar kata-kata Airin, perutnya tiba-tiba saja berbunyi lapar. Nino terkekeh sambil memegangi perutnya.

"Oh iya, aku belum makan dari siang."

"Aku temenin ya makannya."

"Boleh, tapi jangan di sini ya. Nanti Danu kebangun."

Airin mengangguk setuju, mereka memilih meja makan di dapur untuk menghabiskan waktu berdua.

"Padahal nggak ditemenin juga gapapa kok, ini udah kemalaman buat cewek pulang sendiri." ucap Nino kemudian mulai menyendok makanan yang ada di piringnya.

"Aku kan bisa minta jemput Surya," Airin melipat kedua tangannya di atas meja, "aku cuma mau mastiin kamu habisin makanan kamu. Sesuai permintaan Mommy."

Nino tersenyum ditengah kunyahannya, lalu dia menelannya, "Mommy tuh terlalu khawatir, aku kan udah dewasa, udah bisa jaga diri sendiri."

"Tapi orang dewasa bisa aja salah, kayak kamu yang salah mengambil keputusan. Masa makan aja bisa lupa."

"Namanya juga dikejar deadline, kalo bisa nahan pipis, aku juga nggak bakal ke kamar mandi. Biar nggak ada waktu sedetikpun yang terbuang."

"Nino ...," rengek Airin kesal, "kamu nggak kasian sama Mommy? Setidaknya kamu harus menyayangi diri sendiri."

Nino meneguk air putih untuk mendorong kunyahan terakhirnya, dia terkekeh melihat Airin mulai kesal, "Tapi aku sayangnya sama kamu, gimana dong?"

"Kalo gitu aku minta kamu jaga kesehatan, demi aku."

Awalnya Nino hanya berniat menjahili Airin, namun dia tidak menyangka responnya akan seperti ini. Dia melihat ada sebuah harapan di mata Airin.

Tidak! Seharusnya Nino tidak melakukan hal apapun yang memantik harapan di hati Airin. Sebab dia sudah bertekad, sebelum dia lulus dan menjadi direktur utama, dia tidak boleh memberi sedikitpun harapan pada Airin.

Karena seperti inilah cara Nino mendapatkan kembali wanitanya.


*****

Mana suara para 'wanitanya' Nino?👆

Kayaknya sedikit demi sedikit emosi kita yg sempat terkuras di chapter-chapter kemarin akan terbayar deh🙈 hehe.. jadi gak sabar😂😂

Oh iya, gimana review kalian utk chapter ini? Komen line di sini ya🤗

Nah, ini salah dua wanita kesayangannya Nino💙💙💙


I blue ya💙
Dari Mawar biru yg tetap menyayangi Airin😘😘😘

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 148K 56
Pernah dengar istilah "First Love Never Dies"? Naura Alraisa Anhar sudah paham betul makna istilah yang satu itu. Selama belasan tahun, ingatan tenta...
61.7K 6.4K 37
CERITA 4 [ꜱɪʟᴀʜᴋᴀɴ ꜰᴏʟʟᴏᴡ ᴛᴇʀʟᴇʙɪʜ ᴅᴜʟᴜ ꜱᴇʙᴇʟᴜᴍ ʟᴀɴᴊᴜᴛ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ.] {CERITA INI AKAN MEMBUATMU KESAL DAN MEMUKUL GULING YANG ADA} 𝚂𝚙𝚒𝚗-𝙾𝚏𝚏 𝙺𝚘𝚜...
914 129 45
Tidak ada pendeskripsian panjang. Yang perlu kalian tahu adalah 'bagaimana cara yang baik untuk mengalahkan ego bagi sebagian orang'. re-frain ©2020...
5.4K 665 37
Kata orang jarak antara benci dan cinta hanya setipis helai rambut dibelah tujuh. Luna benci Angkasa. Angkasa juga, Kata Angkasa. Apa iya? Menurut An...