My Precious Girlfriend ✔

By bluerosebae

633K 47.4K 1.8K

Orang-orang bilang kalo Airin beruntung mendapatkan Nino, cowok ganteng dengan aura bad boy itu mampu membius... More

Prolog
1. Airin dan Sejuta Kesabarannya
2. Keseriusan yang Tak Dianggap
3. Sadly Birthday
4. What's Wrong?
5. Mencari Ingatan yang Hilang
Pesan Rindu
6. Kesalahpahaman Ini...
7. Nino Ketika Kehilangan Arah
8. Usaha Nino
9. Bawa Perasaan
Trailer Perdana!!
10. Perebutan Dimulai
11. Panti Asuhan Kasih Bunda
12. Sekolah Alternatif
13. Danu dan Kehidupannya
14. Menebus Kesalahan
15. Ketika Airin Khawatir
16. Niat Baik
17. Kebenaran Dalam Kejahatan
18. Cinta Segitiga
19. Kesembuhan Danu
20. Peringatan Hari Jadi
21. Libur Semester
22. Be Better
23. Teman Saja
24. Kehilangan....
26. Merasa Asing
27. Karma Butterfly
28. Rindu Ini....
29. Hari Melepas Rindu
Epilog
Bonus Chapter 1 : Keano dan Kaila
Bonus Chapter 2 : Panti Asuhan
Bonus Chapter 3 : Anniversary

25. .... dan Kedatangan

10.2K 947 48
By bluerosebae

Pukul dua siang hari, akhirnya jenazah Ibu Danu bisa dimakamkan.

Setelah menyiapkan acara pemakaman dibantu warga sekitar, akhirnya Nino, Jenny dan Airin bisa menemani Danu ke pemakaman umum. Prosesi pemakaman berlangsung secara khidmat, isak tangis tak henti-hentinya mengiringi. Bukan hanya Danu, tapi seluruh warga sekitar juga ikut merasa kehilangan sosok baik di lingkungan mereka, Ibu Danu terkenal sebagai orang yang memiliki hati besar diantara himpitnya kehidupan. Sosok yang selalu berbagi padahal beliau sendiri bingung makan apa hari itu, sosok yang gemar membantu walau sebenarnya beliau juga butuh bantuan, serta sosok positif yang selalu menebarkan aura positif pada tetangga yang mulai mengeluh dengan kehidupannya.

Airin kembali mengusap air matanya dengan tisu, entah sudah berapa tisu yang dia habiskan untuk menerima kenyataan jika sosok wanita yang baru kemarin berterima kasih padanya karena sudah memberikan Danu kesempatan sekolah, meninggal dunia hari ini. Lalu Airin melempar senyum pada warga yang pamit pulang, hingga matanya tak sengaja melirik raut kesedihan Nino. Walau tidak sehisteris Danu, tapi mampu meyakinkan Airin jika cowok itu meneteskan beberapa air mata.

Ekspresi itu begitu tulus, membuat Airin berpikir jika selama ini dia salah menilai Nino.

Harusnya Airin tahu, Nino itu bukan tipikal orang yang mau repot-repot menolong orang jika bukan dorongan dari diri sendiri. Jadi sudah pasti semua bentuk perhatian Nino itu tulus dari hatinya, bukan sebuah 'tanggung jawab' yang selama ini dia pikirkan.

"Nino ...." panggil Airin, Nino menoleh.

"Maaf ya, selama ini aku sering fitnah kamu yang enggak-enggak."

"Udah aku maafin," Nino menarik senyum simpul, "kalo aku jadi gurunya Danu pun, aku bakal ngelakuin hal yang sama."

Entah kenapa kata-kata itu terkesan berwibawa sekarang. Padahal yang ada di depannya Nino, cowok yang terkenal bad boy seantero Jakarta. Airin bahkan sudah hampir meneteskan air mata jika saja Danu tidak memutuskan kontak mata mereka.

"Kak, anterin Danu pulang." lirih Danu, matanya sudah bengkak karena menangis sepanjang prosesi pemakaman.

"Danu punya keluarga lain nggak? Tante? Om? Atau sepupu misalnya?" tanya Jenny sambil mengusap puncak kepala Danu.

"Cuma Ibu yang Danu punya," Danu mengais oksigen sebanyak mungkin, "Danu sendirian sekarang."

Airin menghampiri Danu lalu ikut jongkok di sisi anak itu, "Kalo gitu Danu tinggal di rumah Kak Airin aja, gimana?"

"Enggak!" Nino refleks menolak, "Danu tinggal sama Kak Nino aja, ya." sebenarnya itu sebuah gerak refleks karena Nino tidak ingin kehilangan Danu yang sudah dia dianggap adik sendiri.

"Kebiasaan," Airin menengadahkan kepala menatap Nino yang berdiri di seberangnya, "emang kamu udah ngomong sama orang tua kamu? Jangan ngambil keputusan sendiri, No."

"Jenny setuju kok," tiba-tiba Jenny berucap, membuat Airin dan Nino kompak menoleh, "Jenny bakal bantu Abang bujuk Mommy sama Daddy," Jenny melemparkan pandangannya ke samping, "Danu mau kan tinggal sama Kakak?"

Tanpa diduga, ternyata Danu mengangguk setuju.

Airin memicingkan mata curiga, "Tapi Kak Airin harus ikut ke rumah."

"Enggak usah Kak," Danu berdiri lalu memeluk Airin yang masih jongkok, "makasih ya Kakak udah mau datang ke sini. Ibu benar waktu bilang Kak Airin itu orang baik," lalu Danu mengurai pelukannya, "tapi biarin Danu ikut Kak Nino dan Kak Jenny. Mereka baik kok sama Danu, jadi Kakak nggak usah khawatir."

Benar juga.

Sekali-kali Airin perlu menghargai keputusan anak berumur delapan tahun itu. Airin pun mengangguk, lalu menoleh pada Nino.

"Kalo ada apa-apa, kabarin aku ya."



*****



Nino dan Jenny sengaja tidak langsung pulang ke rumah, mereka mengajak Danu ke taman bermain agar keceriaan anak itu kembali walau tidak seutuhnya. Hingga mereka lupa waktu dan baru pulang pukul sembilan malam setelah membawa Danu makan di restoran favoritnya.

Bahkan kebahagiaan Danu, Jenny dan Nino terbawa hingga ke rumah. Walau perlahan tawa mereka harus pudar tepat ketika melihat Daddy dan Mommy kompak melipat kedua tangan di dada dengan mata penuh selidik.

"Kenapa baru pulang?" tanya Daddy tegas, membuat Danu bersembunyi di belakang tubuh Jenny saking takutnya.

Mommy yang menyadari kehadiran sosok asing dan sedikit mengenalinya, langsung mendekatkan bibir ke telinga sang suami.

"Yang, eta tah budak leutik yang ngembaliin dompet Mommy pas di acara kantor kemarin." bisiknya.

[ Eta tah budak leutik : Itu tuh anak kecil ]

Sontak Daddy mengamati penampilan Danu dari atas sampai bawah, lalu dia melempar pandang pada Jenny.

"Jenny, tolong anter dia ke kamar tamu. Daddy mau ngomong sama Abang kamu."

Jenny melirik sang Abang yang mengangguk menyuruhnya mengikuti perkataan Daddy. Terpaksa dia membawa Danu ke kamar tamu yang berada dekat dengan dapur, namun gadis itu tidak menutup rapat pintunya, dia memberi celah sedikit agar bisa melihat kejadian di ruang tengah.

"Ssttt ... jangan berisik. Kita intip aja dari sini." bisik Jenny yang langsung disetujui Danu.

Sedangkan di ruang tengah, terjadi ketegangan luar biasa yang baru dirasakan Nino selama hidupnya. Daddy dan Mommy memang tidak mengekang kebebasan anak-anaknya, namun mereka cukup tegas dan berprinsip. Dan 'diadili' seperti saat ini, terasa baru bagi Nino.

Daddy melempar map coklat ke meja hingga isinya berhamburan keluar, beberapa foto Nino kenali sebagai dirinya, dan beberapa lagi Nino kenali sebagai Danu. Matanya terbelalak ketika menyadari bahwa foto-foto itu diambil saat dia membantu Danu berjualan, bahkan ada foto dia, Danu dan Jenny ketika di rumah sakit tempo lalu. Nino menengadahkan kepala menatap Daddy-nya.

"Daddy nyuruh orang buntutin Nino?"

"Kamu kira Daddy nggak curiga lihat gerak-gerik kalian selama ini? Jenny jadi sering sakit, terus kamu mendadak jarang di rumah pas hari libur," Daddy melipat kedua tangan di dada, "sebagai orang tua, Daddy perlu tau kejadian apa yang terjadi selama Daddy dan Mommy nggak ada di rumah. Dan ternyata Jenny kecelakaan."

"Kenapa kalian teh nggak ngasih tau Daddy sama Mommy? Kalian udah nggak menghargai kami lagi?" tanya Mommy berhasil membuat Nino merasa bersalah.

"Bukan gitu Mom ...," Nino mengambil jeda sejenak, "anak kecil tadi korban kecelakaan Jenny, kakinya cedera padahal dia harus jualan keliling untuk makan keluarganya. Awalnya Nino cuma tanggung jawab karena Jenny yang bikin dia nggak bisa jualan, tapi semakin Nino kenal Danu, semakin Nino kenal juga arti kehidupan sebenarnya."

Nino mengambil tempat di sofa sebelah kedua orang tuanya, lalu menatap mereka satu per satu, "Mom, Dad ... dia yang bikin Nino berubah. Danu yang berhasil buka hati dan pikiran Nino kalo hidup itu terlalu singkat kalo cuma dipake main-main."

"Jadi ... dia yang bikin kamu mau mempelajari perusahaan?" tanya Daddy ragu.

"Iya!" namun dijawab tegas oleh Nino, "semua perubahan yang terjadi dalam diri Nino karena anak kecil itu."

Mommy menutup sebagian wajahnya dengan tangan karena tersentuh dengan kenyataan itu, "Kalo gitu Mommy harus ketemu orang tuanya, Mommy mau ngahaturkeun nuhun ke mereka."

[ Ngahaturkeun nuhun : Mengucapkan terima kasih ]

"Tapi Mom ...," Nino membalas tatapan Mommy, "Ibunya baru aja meninggalkan tadi pagi, makanya sekarang Nino bawa dia ke sini."

"Emang dia nggak punya keluarga lain?" tanya Daddy.

"Dia sebatang kara, Bapaknya udah lama meninggal," Nino memajukan sedikit badannya, "Daddy tau nggak? Bapak Danu itu pernah kerja di perusahaan Daddy, dan dia meninggal pas kerja."

"Siapa namanya?"

"Almarhum Wahyuddin, dia office boy yang meninggal karena kecelakaan kerja."

Otak Daddy langsung memutar memori ketika almarhum Wahyuddin kerja di perusahaannya. Memangnya siapa yang tidak mengenalnya? Menjadi office boy selama lima tahun cukup membuat beliau dikenal semua pegawai.

Suatu waktu, almarhum berinisiatif membersihkan rooftop perusahaan disaat office boy yang lain angkat tangan. Bukan tanpa sebab, rooftop perusahaan terkenal angker karena jarang dibersihkan, tapi almarhum tidak mempercayai rumor itu dan memilih tetap membereskan rooftop. Saat itu Daddy terkesan, dia ingin memberikan almarhum hadiah atas kerja kerasnya itu, namun belum sempat mereka bertemu, Daddy menerima kabar jika almarhum jatuh dari rooftop dan meninggal dunia di tempat karena kehabisan darah. Kepergiannya yang terkesan tiba-tiba menimbulkan kesedihan tersendiri untuk seluruh orang kantor.

Pantas saja Daddy merasa familiar saat melihat Danu tadi.

"Danu juga anak didik Airin." ujar Nino.

"Oh, yang kamu bilang Airin teh punya sekolah alternatif tea?" tanya Mommy dibalas anggukan oleh Nino.

"Nino sama Jenny udah terlanjur anggap Danu adik sendiri, makanya pas tau Danu sebatang kara, kita langsung ngajak dia ke sini," Nino berlutut di dekat orang tuanya untuk menunjukkan keseriusannya, "Mom, Dad, boleh ya kita rawat Danu. Nino janji, soal keperluan hidup Danu bakal Nino tanggung sendiri. Nino bakal rajin kerja biar bisa sekolahin Danu."

Mommy mengernyit bingung, "Nanaonan kamu teh? Mommy nggak setuju."

[ Nanaonan : Apa-apaan ]

Nino kira Mommy benar-benar menentang keputusannya, tapi ternyata Mommy masih meneruskan kalimatnya.

"Yang, kita angkat aja Danu jadi anak kita ya? Soalnya nanti Mommy kesepian di rumah, Jenny teh bakal sibuk UN, terus si Nino bakal sibuk kerja." bujuk Mommy sembari menggelayut manja di lengan suaminya.

Daddy terdiam memikirkan berbagai pertimbangan sebelum mengambil keputusan yang tepat, lalu dia merogoh saku celananya untuk menghubungi seseorang di seberang sana.

"Halo, Rif, lagi sibuk nggak?" Daddy mendengar jawaban Pak Arif sambil melirik istri dan anaknya yang memandang serius ke arahnya, "tolong siapkan berkas-berkas adopsi anak. Saya mau masukin nama seseorang ke dalam kartu keluarga besar Brigit."

Sontak pernyataan itu berhasil membuat Mommy dan Nino memekik kegirangan, bahkan dua anak yang sedari tadi mengintip pun merasakan kegembiraan yang sama.

Jenny merentangkan kedua tangannya, "Selamat datang di keluarga Brigit."

Danu tak tahan untuk tidak memeluk Jenny yang akan menjadi Kakak angkatnya nanti.

"Makasih, Kak."



*****



Akhirnya Danu menemukan kebahagiaannya guyss, aku ikut bahagia liat dia punya keluarga skrg. Apalagi dia langsung jadi anak sultan😂😂

Dari sini semoga kita sama-sama belajar, bahwa akan ada pelangi setelah badai😌

I blue ya💙
Dari Mawar biru yg semangat nulis bab khusus untuk Airin🙈🙈🙈

Continue Reading

You'll Also Like

38.3K 6.5K 56
Dinding berguna untuk membatasi beberapa ruangan dalam sebuah bangunan yang kokoh. Dinding adalah sekat di antara ruangan satu dengan lainnya. Sebuah...
33.3K 1.4K 32
Reza, nama yang hampir tujuh tahun ini tidak pernah dilupakannya. Nama yang sudah terlalu dalam terpahat dalam hatinya. Sebuah nama yang selalu membu...
12.2K 1.2K 40
#3 campuslife (9/5/2023) Apa jadinya kalau hatimu diretas? Terlebih kalau diretas oleh asisten lab komputer yang keren tapi serupa manusia es, dingi...
1.8M 148K 56
Pernah dengar istilah "First Love Never Dies"? Naura Alraisa Anhar sudah paham betul makna istilah yang satu itu. Selama belasan tahun, ingatan tenta...