My Precious Girlfriend ✔

By bluerosebae

631K 47.4K 1.8K

Orang-orang bilang kalo Airin beruntung mendapatkan Nino, cowok ganteng dengan aura bad boy itu mampu membius... More

Prolog
1. Airin dan Sejuta Kesabarannya
2. Keseriusan yang Tak Dianggap
3. Sadly Birthday
4. What's Wrong?
5. Mencari Ingatan yang Hilang
Pesan Rindu
6. Kesalahpahaman Ini...
7. Nino Ketika Kehilangan Arah
8. Usaha Nino
9. Bawa Perasaan
Trailer Perdana!!
10. Perebutan Dimulai
11. Panti Asuhan Kasih Bunda
12. Sekolah Alternatif
13. Danu dan Kehidupannya
14. Menebus Kesalahan
15. Ketika Airin Khawatir
16. Niat Baik
17. Kebenaran Dalam Kejahatan
19. Kesembuhan Danu
20. Peringatan Hari Jadi
21. Libur Semester
22. Be Better
23. Teman Saja
24. Kehilangan....
25. .... dan Kedatangan
26. Merasa Asing
27. Karma Butterfly
28. Rindu Ini....
29. Hari Melepas Rindu
Epilog
Bonus Chapter 1 : Keano dan Kaila
Bonus Chapter 2 : Panti Asuhan
Bonus Chapter 3 : Anniversary

18. Cinta Segitiga

10.7K 954 47
By bluerosebae

Sudah beberapa bulan terakhir mahasiswa dari berbagai UKM —Unit Kegiatan Mahasiswa— sibuk menyiapkan acara festival budaya yang berlangsung hari ini.

Walau Airin tidak mengikuti UKM apapun, dia sengaja datang lebih awal untuk mampir ke tiap stand yang ada di sana. Sudah satu jam Airin mengitari halaman universitas dan ia mulai bosan, mungkin akan lebih menyenangkan jika Airin punya teman ngobrol. Tapi Sagita sedang kumpul UKM jurnalis bersama Kelvin.

Lalu tiba-tiba Airin tak sengaja melihat Nino di stand pakaian batik, cowok itu sedang memilih pakaian dan terlibat tawar menawar dengan penjaga stand.

"Boleh, ya Bang."

"Tambah sepuluh lagi lah."

"Yaudah, bungkusin deh."

"Nino?" yang dipanggil menoleh lalu tersenyum.

"Eh, Airin. Sendiri aja?" tanya Nino setelah memastikan tidak ada Sagita atau Kelvin di belakang Airin.

"Hmm ...," Airin mengangguk, "lo beli pakaian buat siapa? Perasaan ukuran bajunya terlalu kecil buat Jenny."

"Emang bukan buat Jenny," Nino memutar bola mata berpikir, mencari alasan agar Airin tidak tahu jika ia beli baju itu untuk Danu dan Ibunya, "buat seseorang. Rahasia."

"Lo nggak balik lagi ke dunia malam, kan?" selidik Airin.

"Yaampun enggak, Rin."

"Terus kemana aja selama ini? Gue jarang lihat lo di kampus."

Nino menarik senyum penuh arti, "Kamu nyariin aku?"

"Jarang lihat bukan berarti nyariin, kan?"

Nino menghembuskan napas panjang, "Harus berapa kali aku bilang, aku tuh udah jarang hubungin Chandra sama Farel. Aku juga nggak mungkin balik ke dunia malam karena sibuk sama kegiatan lain."

Airin menyipitkan mata, tumben-tumbenan Nino merahasiakan sesuatu darinya. Sampai akhirnya cewek itu tersadar, sudah tidak ada hak untuk protes di antara mereka. Nino berhak punya privasi sendiri.

Nino mengambil sehelai selendang lalu memakaikannya di leher Airin, "Nggak usah cemberut, bidadari itu harus selalu tersenyum."

Airin menyentuh selendang itu, kehangatan di sekitar lehernya ikut menjalar ke seluruh hatinya. Ini kali pertama Nino memberikan sesuatu setelah mereka putus. Airin melihat senyum manis Nino, lalu apa ia berhak menerima ini semua dari sang mantan?

Karena tidak ingin suasana semakin canggung, Nino pun membayar belanjaannya dan mengajak Airin ke stand jajanan tradisional. Mereka mencoba semua makanan, bahkan sesekali tertawa karena ekspresi aneh yang tercetak di wajah mereka setelah mencicipi jajanan tradisional untuk pertama kalinya.

Interaksi yang terbilang langka itu sukses mencuri perhatian orang-orang sekitar, tak jarang mereka memuji Airin dan Nino sebagai pasangan sempurna. Interaksi itu sampai berhasil mencuri perhatian Sagita dan Kelvin yang berjarak jauh dari keduanya.

"Itu pasti Airin sama Nino." tunjuk Sagita pada kerumunan itu.

"Tau darimana?"

"Emang siapa lagi pasangan yang punya aura sebegitu kuatnya selain Airin dan Nino? Cuma mereka yang berhasil bikin orang-orang menghentikan kegiatan buat lihat mereka ngobrol doang."

Diam-diam Kelvin memperhatikan sekitar, ternyata benar yang dikatakan Sagita. Kelvin bahkan melihat penjaga stand dan pembelinya menghentikan aktivitas jual-beli hanya untuk memperhatikan Airin dan Nino yang asyik mencoba jajanan tradisional tanpa memperdulikan tatapan orang-orang di sekitarnya.

"Gimana kalo kita interview mereka? Secara mereka kan Dewa-Dewi universitas."

Dilihat dari kacamata jurnalistik, ide Sagita adalah ide cemerlang, dengan wawancara bersama Airin dan Nino, ia yakin UKM jurnalis akan mendapat pujian dari ketua dan pembina.

Namun dilihat dari kacamata perasaan, ide Sagita adalah yang terburuk, Kelvin ragu apakah ia sanggup menunjukkan profesionalitas kerja di atas perasaannya pada Airin.

*****


Jauh sebelum Kelvin masuk universitas, Sagita sudah jadi anggota UKM jurnalis bagian kepenulisan. Bahkan cewek itu rajin update artikel di website universitas

Sagita tidak terkejut melihat Kelvin mendaftarkan diri sebagai anggota jurnalis, terlihat dari bagaimana lihainya cowok itu mengotak-atik kameranya. Sagita hanya tak menyangka jika di acara festival budaya ini ia akan satu kelompok dengan Kelvin untuk memotret kemeriahan acara. Senyumnya terlalu lancang mengembang tiap memikirkan hal itu.

Setelah membagi wilayah dengan kelompok lain, Sagita dan Kelvin pun mulai memotret dan mewawancarai orang-orang yang hadir.

Sama seperti yang mereka lakukan beberapa jam lalu, selesai mewawancarai Airin dan Nino, Sagita mengajak ketiganya ke kantin untuk istirahat. Tugas wawancara yang dikerjakan sejak pagi, terlalu menguras tenaganya.

Sagita mengulum senyum ketika Airin dan Nino balik dengan pesanan di nampan yang mereka bawa, "Sejak kapan Dewa-Dewi universitas akur?"

Airin menghentikan tawanya setelah duduk di depan Sagita, "Kita kan emang akur, ya nggak No?"

Merasa sikunya disenggol Airin, Nino mengangguk setuju, "Mantan kan nggak harus musuhan."

"Nah gitu dong, dari dulu kek kalian akur gini. Kan gue tenang jadinya."

Airin mengangkat kedua bahunya, tak ingin ambil pusing kata-kata Sagita yang cukup menyentilnya. Karena memang setelah putus, Airin baru bisa sedekat ini dengan Nino sekarang. Hanya ada tawa lepas, tidak ada keheningan atau emosi yang biasa terjadi diantara mereka.

Airin senang sekali, dan ia akan menandai hari ini sebagai hari paling bahagia di kalender kamarnya nanti.

Ketika canda tawa Airin dan Nino mendominasi meja, mata Sagita tak sengaja melirik Kelvin yang lebih banyak diam. Walau mulut Kelvin sibuk mengunyah makanan, tapi tangannya justru sibuk memisahkan timun yang ada di batagor milik Airin tanpa sepengetahuan sang empunya, karena Airin memang sedang asyik bercengkrama dengan Nino.

Sagita tahu Airin alergi timun, tapi kenapa Kelvin harus repot-repot memisahkan timun padahal Airin tidak suruh? Cewek itu justru lebih banyak minta makanan Nino daripada menyentuh makanannya sendiri.

"Tau gitu, aku pesen bakso aja. Ternyata enak ya bakso buatan Mas Parjo."

"Dibilangin ngeyel sih," Nino memotong bakso jadi kecil-kecil lalu menyuapi Airin, "udah makan aja, lagian ini bakso terakhir Mas Parjo. Besok aku beliin deh."

"Tapi aku nggak ke kampus besok."

"Gapapa, aku anterin. Sekalian buat Bunda juga," Nino melirik Airin, "eh, Surya sama Cetta suka bakso juga nggak?"

Airin mengangguk, "Buat Ayah sekalian ya. Mumpung besok Ayah ada di rumah."

"Siap!" Nino menirukan gaya hormat ala tentara yang berhasil mengundang tawa Airin, cewek itu tak segan-segan mengatai Nino lebay.

Sagita kembali mencuri pandang pada Kelvin, kini terlihat sedikit kecewa di sorot mata cowok itu. Entah apa yang dipikirkan Kelvin, tapi ia hanya memandangi Airin yang masih tidak mengindahkan keberadaan cowok itu. Lalu Kelvin menegak habis es teh manisnya sebelum beranjak pergi dari meja.

Otomatis Sagita mengekori pandang hingga langkah Kelvin tidak terlihat. Ada apa ini? Kenapa Kelvin seakan marah dengan interaksi Airin dan Nino? Dan kenapa pula keduanya tidak juga menyadari kepergian Kelvin?

Apakah ini ada kaitannya dengan cinta segitiga?

*****


"Tunggu di sini ya, aku ke toilet dulu." ujar Airin setelah tiba di parkiran.

"Jadi kita baikan?" tanya Nino membuat kening Airin mengerut.

"Maksudnya?"

"Ngomongnya udah aku-kamu sih, aku kan jadi merasa punya kesempatan ngajak balikan."

"Dih, maunya." Airin berbalik pergi setelah menjulurkan lidah mengejek. Walau tidak melihat respon Nino, ia yakin cowok itu pasti juga tersenyum seperti dia sekarang.

Airin tidak tahu sudah berapa banyak senyumnya mengembang hari ini, terlalu bahagia hingga ia tidak sadar sudah mengganti panggilan jadi aku-kamu. Ini adalah perasaan yang sama seperti yang Airin rasakan saat pertama kali kencan dengan Nino.

Sesampainya, Airin membuka pintu toilet, dan hal pertama yang ia dengar adalah suara air keran yang bercampur dengan isak tangis seseorang. Walau samar, Airin bisa mendengar tangis itu berasal dari salah satu bilik toilet. Diam-diam Airin gentar, pasalnya bilik yang ada di pojok itu meninggalkan kesan gelap nan seram hingga membuat bulu kuduk Airin berdiri.

"Permisi ...," Airin mengetuk-ngetuk pintu bilik, "mbak baik-baik aja?"

Airin tersentak ketika air keran tiba-tiba mati, lalu perlahan pintu terbuka bersamaan dengan mata Airin yang terbelalak.

"Sagita?"

"Airin ...." panggil Sagita tersedu-sedu.

Tak tega melihat sahabatnya bersedih, Airin langsung memeluk Sagita, "Lo kenapa?"

"Kelvin ...."

"Dia kenapa?"

Sagita merenggangkan pelukan, "Dia sukanya sama lo."

Airin terkejut, ia mengerjap-ngerjapkan mata tak percaya, "Kelvin bilang gitu?"

"Enggak, gue lihat sendiri gimana tatapan dan sikapnya ke elo. Mungkin lo cuma anggap Kelvin temen masa kecil, tapi dia memperlakukan lo lebih dari sekedar itu."

"Nggak mungkin, kita berdua cuma——“

"Lo jangan nutup mata. Di sini bukan cuma gue yang ngambil jurusan psikologi, dan gue yakin lo itu bisa bedain tatapan orang yang lagi jatuh cinta."

Seketika Airin terdiam, ia hanya bisa melihat Sagita yang membasuh muka di wastafel. Sagita itu tipe orang perasa, dia mudah menebak situasi dan perasaan seseorang. Jadi apa yang dikatakan Sagita pasti memiliki verifikasi persentase hingga sembilan puluh.

"Sebenarnya gue tau perasaan Kelvin itu udah lama," spontan Sagita membalikkan badan, "waktu dia dibawa orang tua angkatnya, gue sengaja berantakin meja Kelvin karena gue yakin dia ninggalin sesuatu buat gue. Dan ternyata gue malah nemu surat cinta yang tulisannya udah dicoret-coret."

Sagita mendekati Airin, "Terus?"

"Gue kasih surat itu ke Surya, dan lo tau apa yang dia bilang?" Sagita menggeleng bingung, "Surya bilang gue bakal kehilangan Kelvin selamanya kalo gue balas perasaannya. Pacaran itu ada putusnya, sedangkan sahabat itu selamanya. Dan gue nggak mau putus dari Kelvin karena posisi kita berdua udah berjauhan saat itu."

Airin mengusap pundak Sagita, "Lo tau nggak, ketemu Kelvin sekarang adalah keajaiban, gue nggak mau kehilangan dia untuk yang kedua kalinya. Apalagi kalo lo ikut menjauh dari gue cuma karena salah paham."

"Lo beneran nggak ada rasa sama Kelvin, kan?" tanya Sagita memastikan.

Airin mengangguk yakin, "Lagian ya, gue itu masih sayang sama Nino. Mana mungkin gue berpaling dari dia."

Sagita terkekeh, ia baru bisa tertawa setelah hatinya lega, "Terus kenapa lo putusin dia kalo masih sayang?"

"Sekali-kali dia itu perlu dikasih pelajaran, gue cuma mau dia serius jalani hubungan. Bukannya main-main kayak anak SMA." gerutu Airin sembari mencuci tangan di wastafel.

"Dengan kata lain, lo mau Nino nikahin lo."

"Tuh, lo aja peka. Masa sih gue harus minta langsung ke Nino, kan gengsi."

Percakapan dua perempuan itu terdengar cukup jelas hingga keluar, membuat seseorang yang tadinya ingin mengetuk pintu langsung mengurungkan niatnya. Seseorang itu datang dari parkiran dan menjadi topik perbincangan Airin dan Sagita.

Muhammad Nino Brigit.

Orang itu Nino.

Walau mencuri dengar termasuk perbuatan lancang, Nino lega kala mengetahui masih ada kesempatan untuk menjalin hubungan dengan Airin.

Tetapi masih ada keraguan di hati Nino. Bukan karena ia meragukan perasaannya, hanya saja Nino masih belum pantas menikahi Airin. Masih banyak hal yang perlu diperbaiki dari dirinya agar menjadi suami yang baik kelak.

Dan semoga hingga hari itu tiba, Airin masih setia menunggu Nino.

Semoga saja.

*****

Sekali-kali boleh kali bikin tim AiNo bahagia, kasian selama ini dibikin emosi mulu🙈🙈

Nahloh, Nino nguping tuh. Makin pede dong dia dapetin Airin😂. Ya semoga mereka cepet nikah ya, biar kita semua dapet sepupu onlen🙈

Kalo punya sahabat deket, pasti org-org ngira mereka kembar. Kayak Airin Sagita gitu.

I blue ya💙
Dari Mawar biru yg lagi dapet feel bikin kejutan di chapter ini🤗

Continue Reading

You'll Also Like

992K 144K 61
[Celine Story] Dibalik sifatnya yang ketus, ceplas-ceplos, dan ucapan yang keluar selalu sadis dari mulutnya. Celine termasuk golongan orang-orang bu...
903K 54.9K 43
Kalluna Ciara Hermawan memutuskan untuk pulang ke kampung Ibu nya dan meninggalkan hiruk pikuk gemerlap kota metropolitan yang sudah berteman dengan...
17.9K 1.9K 25
[On going] Ketika sebuah kesalahpahaman, menyeret dua orang yang tak saling cinta. Terpaksa menikah dan tinggal dibawah atap yang sama. RANK: #1 -pa...
242K 17.4K 55
Seumur hidupnya, Cakra tidak pernah merasa seberengsek ini. Mempermainkan perasaan, mengumbar janji, serta memberikan harapan palsu pada dua orang pe...