[✓] Best Friends

Bởi uniessy

39.3K 4.3K 376

Sekuel dari Novel QUEENNORA yang semoga bermanfaat ❤ Xem Thêm

Quote
Best Friends
1. Ayah Ibu Kekasihku
2. Memilih Pemimpin
3. Pembeda Pembela dan Pencela
4. Beri Udzur
5. Teman Hijrah
6. Bangga Dengan Aib
7. Move On
8. Menolak Tapi Mendukung
9. Setelah Hijrah
10. Kenapa Ngga Bisa Cinta?
11. Penghibur yang Tak Terhibur
12. Tahan Lisan
13. Berat
14. Fitnah Dajjal
15. Itsar
16. Lengah
17. Berterima Kasih
18. Kenapa?
19. Hadiah Terbaik
20. Faqqih
21. Bagaimana Jika
22. Jaga Menjaga
23. Nabi Tidak Nonton Konser
24. Jangan Salah Bela
25. Ternyata Terjadi
26. Beda Lajur
27. Tidak Peduli Sekitar
28. Tergelincir
29. Tiada Manfaat
30. Kriteria Suami Idaman
31. Teroris Pengecut
32. Pintu Surgamu Bukan Beban
34. Bucin
35. Soal Sesat
36. Luar Biasa

33. Berpengaruh

350 59 9
Bởi uniessy

Serial BEST FRIENDS – 33. Berpengaruh

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2019, 23 Juli

-::-

Mataku mengerjap menatap layar ponsel yang menampilkan berita terkini di laman instagramku. Ini sungguh berita yang amat sangat sangat sangat mengejutkan! Huweee, ini tidak mungkin terjadi!

"NO WAY!" desisku geram, "It can't be. No way... Jinjja... Huweee!"

"What's wrong, Queen?"

Aku mendongak, menatap Nora yang baru saja kembali dengan dua gelas teh hangat tanpa gula di tangannya. Wajahnya cemas, tapi aku justru semakin memasang tampang sedih teramat sangat. Kami baru selesai makan siang bersama.

"Ini, Nora, huweee... Bagaimana aku mengatakannya?"

Kusodorkan saja ponselku padanya. Biar Nora baca sendiri.

"SongSong Couple bercerai? Song Joongki mengajukan gugatan cerai atas istrinya---innalillaahi, siapa mereka, Queen?"

"Mereka adalah dua artis papan atas di Korea sana, Nora..." kataku dengan lemah dan tanpa tenaga.

Benar-benar ya, dua orang itu adalah pasangan favoritku dalam masa ini. Cantik bertemu Tampan, lantas keduanya berbakat dalam bidang akting. Tapi...

"Mereka akan bercerai," kataku dengan dagu menempel di atas meja.

"Lalu?"

"Kok lalu sih, Nora?" Aku menegakkan punggung, menggeser gelas teh milikku, lantas mengambil sedotan stainless dari dalam tas. "Ini berita besar!" tambahku seraya menyeruput teh tadi.

"Apanya?"

Aku memutar bola mata. Oke, fine. Ini adalah salahku karena bercerita pada Nora. Mana tahu Nora tentang seberapa pentingnya berita ini, huh? Oke, semua salahku. Catat itu!

"Hah..." Helaan napasku terdengar dan kulihat Nora tertawa geli. "Lupakan, dear Nora."

"Queen," ucap Nora dengan tawanya. "Jangan kesal. Aku sungguh bertanya, apa hubungannya berita ini dengan kesedihanmu? Kau benar-benar sedih mendengar mereka bercerai? Well, oke, setiap perceraian mungkin memang menimbulkan kepedihan. Tapi, siapa mereka sampai bisa mempengaruhi mood-mu saat ini?"

Aku diam dengan mata mengerjap dan menatap jemari tangan Nora yang menggenggam gelas teh, kemudian mengangguk.

"Iya juga. Mereka bukan siapa-siapa bagiku. Oh! Lebih tepatnya, aku yang bukan siapa-siapa bagi mereka. Right? Tapi, dua orang ini adalah artis besar dan mereka... mereka punya banyak penggemar. Maksudku, kenapa mereka bercerai? Jutaan orang setuju dengan keputusan mereka untuk menikah."

"Aku tahu," kata Nora dengan senyum tipisnya. "Mereka adalah pasangan, yang saat menikah ketika itu, kau adalah orang yang amat sangat bahagia. SongSong Couple! Bagaimana bisa aku melupakannya."

Aku nyengir.

Memang sih, waktu itu aku heboh bukan main.

HELAW! Dua artis kesukaanku menikah! Mereka ME-NI-KAH! Aku bahkan sudah tak sabar hendak mengetahui seperti apa rupa anak mereka. Tapi nyatanya...

Huhu. Kesal. Sedih.

Ah, entah!

"Kau sering menonton drama mereka. Aku benar kan? Saat mereka menikah, kau senang luar biasa. Jadi, saat mereka cerai, sepertinya ada harapanmu yang diempaskan begitu saja."

"No, it's not," kelitku cepat. Padahal iya sih, aku kan mau tahu mereka punya anak berapa dan seperti apa. Menua bersama...

"Lagipula, kau berpikir rumah tangga mereka pasti akan mesra bukan main, karena baik yang lelaki atau pun yang wanita, setiap kali bermain drama selalu mendapat peran yang menakjubkan. Kau bahkan ingin punya suami yang seperti di dalam drama-drama romantis itu. Aku betul tidak?"

Mendengarnya, aku manyun semanyun-manyunnya.

"Kau sedang meledekku?"

"Tidak, aku sedang belajar tentang kehidupan," kata Nora. Wajah santainya terlihat serius atas apa yang ia ucapkan.

"Aku tidak mengerti..." balasku, pelan. Gelas tehku sudah kosong.

"Lihatlah, Queen," kata Nora begitu aku menatap dua matanya yang memandangku dengan pandangan teduh. "Kau terpengaruh atas apa yang ada dalam layar. Kisah-kisah menakjubkan di drama, momen-momen romantis. Kalau tidak salah, mereka bermain dalam serial tentara dan dokter, benar? You shared so many moments of them, yang dibuat-buat oleh penulis naskah, sutradara, dan mereka sendiri."

"Aku tidak terpengaruh!" tegasku cepat. Tapi aku memang sering memposting scene drama favoritku itu huhu...

"Kau terpengaruh, karena berkali-kali bilang bahwa aktor lelaki itu adalah pria idamanmu."

Mataku membeliak. "Did I?"

"Apa yang disajikan oleh pihak penayangan adalah hal-hal semu yang disukai milyaran orang. Tidak ada orang yang bahagia dengan sad ending. Dan tidak ada orang yang bahagia menonton aktor atau aktris yang buruk rupa. Semua hanya polesan. Dan tanpa disadari, penonton terpengaruh. Jelas, sebab mereka yang di layar itu memang berpengaruh."

Aku mengernyitkan kening.

Sungguh tidak paham dengan maksud Nora. Rasanya, aku tidak terpengaruh apa-apa.

"Kenyataan paling menyedihkan adalah ketika kita dijajah padahal kita tidak sadar bahwa kita sedang dijajah."

"Meaning?"

"Kau sering lihat iklan-iklan di media-media. Isinya adalah ajakan untuk membeli suatu produk. Demikian juga dengan drama. Bahkan ajakannya lebih besar lagi, karena penayangannya berjam-jam."

"Huh?"

"Begini, di rumah ketika masak mi instan, kau masak di mana?"

Keningku makin mengernyit. "Di panci. Kenapa?"

"Di panci warna apa?"

"Errr..." Pandanganku beralih ke kiri, mengingat warna panci di rumah--- "Kuning. Ah! Iya hehe..."

Iya, panci di rumahku warnanya kuning. Oleh-oleh dari sepupuku yang berlibur ke Korea Selatan. Aku yang minta sih, karena aku sering melihat di drama-drama, aktornya makan di panci begitu. Hehe...

"Lalu sumpitmu? Sendokmu? Lantas perawatan wajahmu?"

"Uh, tapi kan semua itu mubah. Kau juga pakai."

"Aku tidak bilang itu haram. Tapi itu membuktikan bahwa apa yang mereka jajakan benar berpengaruh," jelas Nora. "Kita bersyukur, Allah masih melindungi kita untuk tidak terjerumus ke hal yang lebih buruk lagi. Entah ada berapa banyak perempuan yang menonton drama lantas memutuskan untuk bemesraan dengan pacarnya, sebab drama itu mengajari mereka. Entah berapa banyak orang mengenakan pakaian minim dan lucu sebab aktris itu mengenakannya. Aku tidak menyebut Korea Selatan secara spesifik. Bisa dari Korea, atau bahkan dari negara kita sendiri. Seluruh tontonan yang kita lahap, sangat berpengaruh terhadap diri kita, Queen..."

Aku manggut-manggut. Tidak bisa tidak setuju.

"Dan sepasang artis yang beritanya tengah kaubaca itu sedikit banyak membuktikan ya, Queen," kata Nora. "Bahwa mereka dipuja di banyak tayangan drama, tapi tidak mampu membuat pasangan hidup mereka juga memuja mereka..."

Aku mengangguk lagi. "Too bad," komentarku. "Oh! Mungkin karena terbiasa dipuja ya, Nora? Jadi tidak sudi memuja. Gitu bukan sih?"

Kulihat Nora mengangkat bahu dan tertawa geli.

"How do I know, Queen? I'm not them."

"Arasseo!" balasku cepat, ikut tertawa juga. "Kupikir-pikir, iya juga sih. Aku bukan apa-apa bagi mereka, lalu untuk apa aku nelangsa?"

"Kalau lihat saudara di Palestina yang dijajah, kemudian kau merasa menderita, maka semoga rasa ikut merasakan penderitaan mereka itu diganjar pahala oleh Allah Azza wa Jalla. Sedangkan untuk hal ini?" Bahu Nora terangkat lagi. "Tidak ada manfaatnya sama sekali menangisi mereka."

Daguku menempel lagi di atas meja. "Arasseoyo, Nora seonbaenim."

Nora tertawa geli. "Nah, kita mau langsung ke kelas, atau kau mau beli camilan?"

"Camilan!" ucapku dengan punggung kembali menegak. "Aku mau menghilangkan ruwet atas berita ini. Rasanya es krim terdengar menyenangkan..."

"Ah, joahae!"

Dan ganti aku yang tertawa geli setiap kali mendengar Nora bicara dalam bahasa Korea. Teringat bahasan Nora, bahwa sebaik-baik Kisah cinta adalah apa yang disajikan oleh RasulNya dan para Sahabat. Tapi kenapa aku masih kerap terjebak kisah cinta dalam drama-drama ya?

Dan lagi, Nora benar. Bukan Korea Selatannya yang salah, sebab itu adalah satu negara. Tapi terpengaruh-nya kita terhadap apa yang kita tonton, itu yang bisa jadi masalah.

Fyuh!

[]

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

57.9K 2.7K 29
"Wanita itu suci, bagaikan sajadah. Karna, diatas wanita lah lelaki akan beribadah." Fatimah mengerutkan keningnya. "Maksudnya? Perempuan dijadikan s...
5.1K 561 30
Series ketiga dari "Bidadari Yang Tak Diinginkan." Mempunyai seorang adik menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Aruna. Namun, siapa sangka adik yang ia...
17.6K 368 6
[PROSES REVISI] Karena posisi peringkatnya yang berhasil Khaizan Rafif ambil, Sabrina harus menelan jika semua hobi pada olahraganya semakin tidak di...
165K 15.8K 51
Spin-off Takdirku Kamu 1 & 2 | Romance - Islami Shabira Deiren Umzey, dia berhasil memenangkan pria yang dicintainya meski dengan intrik perjodohan...