Pemilik Hatimu [Sejeong] On G...

By Dianislmy

12.4K 3.3K 3K

Tulisan masih acak-acakan. Akan aku revisi setelah tamat. Budayakan vote sebelum atau sesudah membaca ❀ Tesy... More

[1] Hari Pertama
[2] My Hero
[4] Bad Boy
Agar kau mengingatku
[5] Perasaan Apa Ini?
[6] Why ??
[7] Antara Kita
[8] Karnaval Agung
[9] Badai Datang
[10] Cerita dimulai
[11] Cemburu
[12] Awal dari segalanya
[13] Rumitnya Mencintai
[14] Salah Paham
[15] Landak Cantik
[16] Mood Booster
[17] Ada Aku di Sini
[18] Badai Telah Kembali
[19] Planetarium
[20] Gor Samudra
[21] Mimpi atau Kenyataan
[22] Aku Bahagia
[23] Hidup Yang Sebenarnya
[24] Kasus Membawa Kegembiraan
[25] Kecewa Di Momen Yang Tidak Tepat
[26] Hari Yang Menegangkan
[27] Patah Hati Kedua
[28] Cobaan atau Ujian
[29] Festival Seni
[30] Resmi Jadian?
[31] Malam Puncak
[32] Selingkuh?
[33] Dia Pacarku
[34] Berbunga

[3] Sorry

692 306 209
By Dianislmy

Mungkin pertemuanku dan kau masih bisa terhitung jari.
Tapi herannya, seluruh hatiku berhasil kau kuasai.

-Rio Erlangga-

🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿
Jangan Lupa Vote!


Happy Reading
🌵🌵🌵

"DORRRR!" kejut Nadin dari belakangnya.

Sontak ia terkejut seraya meletakan handphonenya di atas meja. Saat ini Tesya sedang duduk di dalam kelas seraya meratapi Handphonenya

Kejadian yang telah ia alami, seketika membuat moodnya berantakan. Tubuhnya masih terasa gemetar. Ia masih teringat, dengan wajah Bima yang penuh emosi.

Ia takut jika saat ini, Bima akan datang kesini untuk mencarinya.

Melihat Tesya yang hanya terdiam, seketika wajah Nadin menjadi datar.

"S-sya, lo kenapa?" tanyanya seraya merangkul Tesya, "Lo sakit?"

Ia tersenyum kaku, "E-engga kok. Gue rada ngantuk!"

"Lo sudah makankan?"

"Sudah kok, Nad. Tadi, gue makan sama bu Widia," sahutnya meyakini Nadin.

Nadin tersenyum lega, percaya akan apa yang Tesya ucapkan, "Syukur deh kalau gitu. Nih minuman lo!" Ia memberikan minuman itu.

Meskipun ia berhasil membohongi Nadin. Namun, wajahnya tak bisa bohong. Wajahnya masih terlihat tegang, dan sesekali melirik ke jendela.

"Oh iya, Sya. Kata mereka, tadi ada ribut-ribut di lapangan. Lo denger gak?"

"R-ribut-ribut apa?" gagunya.

Ia mendekat untuk berbisik, "Katanya, Bima berantem sama Rio.  Mereka ngerebutin cewek."

Mendengar ucapan Nadin, seketika matanya membulat, "G-gue gak denger, Nad!"

"Syukur deh kalau gak denger. Soalnya, mereka berdua itu musuh bebuyutan! Kepala sekolah aja,  sampai bosen nanganinnya," jelas Nadin.

Saat ini, tubuhnya kembali bergetar lantaran takut. Ia hanya menunduk, untuk mengendalikan tubuhnya. Ia menumpuk kedua tangannya di atas meja,  lalu meletakkan keningnya di sana.

Nadin yang sedang mengunyah makanan, ia tak sadar akan tingkah Tesya yang berbeda. Netranya menelusuri setiap sisi kelasnya."Loh tumben banget sih, ini kelas sepi banget kek kuburan?" ujarnya menatap seisi kelas.

"Sya, tadi... Gue ketemu sama doi! Ganteng banget—" sesaat ia terdiam, lantaran ketika ia melihat ke arah Tesya, dia hanya diam seraya menyandarkan kepalanya di atas meja.

"Sya ... Lo tidur ya?" ucapnya pelan,  menggerakan pundak Tesya.

Ucapannya tak dijawab oleh Tesya. Tesya hanya diam dan terus menunduk.

"Sya... Lo gak apa-apa kan?" Ia mendekat kepada Tesya, seraya menggenggam tangannya.

Saat ia menggenggam tangannnya, seketika matanya membulat.

"B-badan lo dingin banget..." Ia mengangkat kepala Tesya, untuk disandarkan pada kursi.

Ketika ia menyandarkan tubuh Tesya pada kursi, tubuhnya tak menolak sedikit pun. Tubuhnya, terasa sangat lemah dan dingin.

Ia menepuk pelan pipi Tesya,  untuk menyadarkannya, "Sya..."

"Fiks! Ini bukan tidur. Tapi pingsan!"

Dengan sigap ia berlari keluar kelas, untuk mencari pertolongan.

Matanya membelalak ke setiap sisi. Ia berharap akan menemukan seseorang  di koridor kelasnya.

"Sial! Kenapa gak ada orang sih!"

Nadin berlari ke kelas samping, untuk menemukan seseorang. Saat ini ia bertemu pada seorang pria. Namanya Aldi .... Ketua osis, yang merupakan mantannya.

Ia terdiam, melangkah maju dengan ragu. 

Aldi yang sadar akan kedatangan Nadin. Ia menatap langkah Nadin dengan heran.

"Di ... g-gue, " gagu Nadin yang seketika canggung  di hadapannya.

"Kenapa? Mau ngajak balikan? Sorry, gue sudah kecewa sama lo!"

Mendengar ucapannya, seketika ia tersenyum sinis, "Najiss... Siapa juga yang minta balikan!"  Ia benar-benar kesal atas apa yang diucapkan Aldi. Bisa-bisanya dia berbicara seperti itu setelah apa yang dia lakukan kepadanya. Nadin berniat untuk meninggalkan Aldi, namun mau tak mau ia harus menahan egonya demi Tesya.

"Bukan. Gua mau minta tolong ... tolong gotongin temen gue ke uks."

"Temen lo pingsan?" tanya kaget,

Nadin mengangguk, "Iya, buruan!"

"Di mana?"

"Di kelas...," sahut Nadin yang seketika panik.

Dengan spontan ia berlari meninggalkan Nadin meski bibirnya seraya bergumam, "Hhh,  kirain mau balikan ... taunya enggak."

Mereka berlari dengan sangat tergesah-gesah. Wajah keduanya terlihat begitu panik, terutama wajah Nadin.

"Di... Itu temen gue!" Ia menunjuk seraya masuk ke dalam kelas.

Ketika Aldi mendekat kepada Tesya, ia hanya terdiam dengan wajah bingung. Saat ini ia merasa ragu akan kemampuanya. Aldi tidak yakin jika dirinya akan mampu menggotong Tesya seorang diri.

"Woy, cepetan!" pinta Nadin yang lagi-lagi kesal melihat tingkah Aldi.

Mendengar ucapan Nadin, ia hanya mengangguk kemudian menggotongnya. Tanpa menunggu lama, mereka berlari menelusuri koridor dengan tubuh Tesya yang terlihat lemah dipelukan Aldi.

Nafas Aldi terdengar sangat lelah. Nadin yang melihatnya, seketika menjadi ragu dengan tangan yang memegang pundak Aldi. "Lo gak kuat ya?"

"K-kuat! Tapi ... uks kan jauh, Nad," sahutnya terengah-engah.

"Please. Tahan ya ... Cuma lo yang bisa gue andelin."

Ia hanya mengangguk, menghela nafasnya dengan kasar.

Saat ini, koridor sekolah terlihat sangat sepi.  Seluruh murid, nampaknya sedang berkumpul di kantin. Dan ada beberapa juga yang berkumpul di aula, lantaran ada pentas seni yang sedang berlangsung.

Langkah Aldi yang pada mulanya terlihat sangat pasti. Kini menjadi tertatah. Sepertinya, ia tidak kuat menggotong Tesya sejauh ini.

1 langkah...

2 langkah...

Seketika langkahnya terhenti dan hampir terjatuh.

Untung saja! Seketika Rio datang, untuk menahan tubuh Tesya. Jika saat ini, Rio tak muncul di hadapan Aldi. Mungkin saja Tesya akan terjatuh.

Menyaksikan kejadian itu, Nadin menghela nafas, "Alhamdulillah ... Untung ada lo," ujarnya kepada Rio.

"Dia sakit?" tanyanya menggotong Tesya dengan erat.

"Iya, Yo."

Segera saja Rio berjalan ke uks, mendahului Nadin dan Aldi.

Nadin berkaca pinggang,  menatap Aldi dengan kesal, "Ish lemah banget sih lo!" ucapnya kepada Aldi, yang tersungkur di lantai.

Mendapat makian dari Nadin, Aldi menghela nafas, lalu beranjak berdiri. Ia berdiri tegak tepat di hadapan Nadin. "Lemah? Lo liat pake mata! Gue sudah gotong sejauh apa? Kalo gak ada gue, siapa yang mau goton?  Lo pikir, lo bisa gendong dia?!" Aldi tak mau kalah, dengan menunjuk ke arah koridor yang telah mereka lalui.

Ia menengok dan seketika gugup. Seketika ia sadar, bahwa Aldi tak selemah yang ia ucapkan. Sudah cukup jauh dia menggotong Tesya, namun tanpa disadari mulutnya asal bicara.

"I-iya, maap... Gue mau nyusul Tesya!" ucapnya dengan sangat imut.

Ia berjalan meninggalkan Aldi, namun seketika ia menengok, "Makasih ya..."

Mendengar ucapannya, sontak Aldi terkejut dan seketika tersenyum tipis.

Melihat senyuman di bibir Aldi. Seketika matanya membulat, dan berlari meninggalkannya.

"Anjirr... Senyumnya gak berubah. Manis banget!"

Itulah yang ada di benak Nadin.

🍀🍀🍀

Ketika ia sampai di uks. Ia melihat Tesya sudah terbaring di atas kasur, ditemani Rio di sampingnya.

"Yo... Dia, sudah diperiksa?" tanyanya.

"Sudah... Kata suster, dia belum makan. Makanya pingsan," tuturnya menatap Tesya, dengan perasaan bersalah.

"D-dia belum makan? Tadi gue tanya, katanya sudah makan, Yo."

Rio menengok dengan wajah datar, "Gimana mau makan! Tadi, dia berurusan sama Bima di lapangan."

"Bima?"

"Oh, jadi... Yang kalian ributin, Tesya?!" ucapnya seketika emosi.

Rio hanya terdiam, tanpa menatap Nadin.

"Yo... Bisa gak sih, lo ataupun Bima. Gak usah bawa-bawa Tesya dalam masalah kalian!"

Mendengar ucapannya, sontak Rio berdiri seraya menatap Nadin, "Gue pergi..." ucapnya meninggalkan Nadin dari uks.
______

Kepergian Rio dari hadapannya, seketika membuat emosinya mereda. Ia tak menyanga, atas apa yang diucapkan Rio.

Mengapa, Tesya tak cerita dengannya?

Mengapa dia diam saja, berada di posisi seperti tadi?

Jika dia cerita kepadanya, maka dengan sigap ia akan datang dan melindunginya.

"Sya, bangun doong... Lo harus makan."

Seraya menunggunya, sadarkan diri. Ia pergi kekantin, untuk membelikan sebotol susu.

Ia tau, bahwa Tesya menyukai itu. Setiap istirahat, ia selalu membeli susu dan air mineral.

Tubuhnya cepat sekali dehidrasi, sehingga ia selalu meminumnya dari awal pelajaran, hingga jam pelajaran berakhir.

Ketika ia kembali di uks. Matanya langsung tertuju kepada Tesya, yang sedang bersandar seraya meneguk air minum.

Ia masuk ke dalam uks, seraya tersenyum, "Lo sudah sadar, ya... "

Tesya tersenyum seraya mengangguk.

Sontak ia meraih, sepiring makanan yang ada di atas meja. Ia mengarahkan, sesendok makanan itu kepadanya,  "Sya, makan ya... Lo belum makankan?"

Mendengar ucapan Nadin, ia menganggung dan melahap makanam itu, "Sorry ya, gue sudah bohongin lo. Karena gue bohong, lo jadi susah kek gini."

Sontak ia tersenyum lembar, "Gak apa-apa kok. Gue juga sudah tau, masalah lo sama Bima. Besok lagi, kalau ada masalah. Lo cerita ya ke gue. "

Lagi-lagi ia mengangguk, "Makasih ya, Nad."

Saat ini kedekatan diantara keduanya, terlihat begitu dekat. Ketulusan yang Nadin berikan, membuatnya sangat yakin, bahwa Nadin orang yang tepat untuk menjadi sahabatnya.

🌵🌵🌵

Thanks For Reading

Revisi 24 April 2020
Dianislmy

Continue Reading

You'll Also Like

258K 11.7K 17
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓡𝓲𝓼π“ͺ𝓷�...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.5M 20.6K 8
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
5.9M 389K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
2.6M 265K 62
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?