PRINCESS PATAH HATI (tamat)

By rayamipi

12.2K 532 190

Bercerita tentang seorang gadis populer bernama RENE MAURENNE yang sedang patah hati. Yang memutuskan hubunga... More

:: BAB 1 - ZONA PATAH HATI ::
:: BAB 2 - SURPRISE ::
:: BAB 3 - MANTRA RINDU ::
:: BAB 4 - KHAWATIR ::
:: BAB 5 - PERANG ::
:: BAB 6 - DUET ::
:: BAB 7 - LUKISAN ::
:: KENALAN YUK! ::
:: BAB 8 - BUKAN URUSAN ELO ::
:: BAB 9 - SELAMAT UNTUK KALIAN ::
:: BAB 10 - KELUARGA ::
:: BAB 11 - BACKSTREET ::
:: BAB 12 - PUTUS ::
:: BAB 13 - PACAR BARU ::
:: BAB 14 - REYHAN HADI NUGROHO ::
:: BAB 15 - CARA MENCINTAI ::
:: BAB 16 - HOROR ::
:: BAB 17 - DODO SASONGKO ::
:: KENALAN YUK! PART 2 ::
:: BAB 18 - ALASAN ::
:: BAB 20 - VASCO MAURER ::
:: BAB 21 - BALAPAN MOTOR ::
:: BAB 22 - TEMAN BARU ::
:: BAB 23 - BERDEBAR ::
:: BAB 24 - GUE SUKA LO ::
:: BAB 25 - DEBORA ANASTASYA ::
:: BAB 26 - SENSASI ::
:: BAB 27 - DIPAKSA PEDULI ::
:: KENALAN YUK! PART 3 ::
:: BAB 28 - CALON KAKAK IPAR ::
:: BAB 29 - SEANDAINYA ::
:: BAB 30 - KINTAN ELMAVI ::
:: BAB 31 - HEBOH ::
:: BAB 32 - BALIKAN ::
:: BAB 33 - HADIAH ( TAMAT ) ::

:: BAB 19 - TOPENG ::

234 12 0
By rayamipi

SEJAK tampil di pentas seni kemarin, Mia jadi terkenal. Bahkan ia diundang masuk ke ekskul musik. Rene pun terpaksa bergabung bersama Mia.

Rene selesai memainkan piano di depan seluruh murid yang mengambil ekskul musik. Sekarang, giliran Mia yang diminta untuk bernyanyi.

Rene duduk manis di bangku penonton paling belakang. Saat Mia mulai bernyanyi, Rene malah ketiduran. Membuat semua cowok langsung menoleh padanya. Rene cantik sekali saat tertidur. Ia kelihatan polos seperti bayi.

Murid-murid cowok diam-diam memotretnya. Mia jadi kesal sendiri, bukannya menikmati nyanyiannya, cowok-cowok itu malah menonton Rene yang lagi tidur. Padahalkan Mia berharap ada cowok yang terpukau mendengar suaranya, lalu jatuh cinta padanya. Ah, Mia terlalu berharap lebih.

Rene membuka matanya saat menyadari Mia sudah duduk kembali di bangku sebelahnya. Membuat semua cowok-cowok yang menatapnya langsung pura-pura sibuk agar tidak ketahuan.

Mia mendengus kesal. Selalu saja Rene yang menjadi pusat perhatian hanya karna wajah cantiknya itu.

"Suara lo hari ini lumayan bisa meninabobokan gue." komentar Rene, lalu kembali tidur sampai ekskul musik itu berakhir.

"Ren, kalau kerjaan elo cuma tidur di kelas, mending nggak usah gabung aja." kata Mia setelah mereka keluar dari ruangan musik.

"Bukannya tadi pagi, elo ya yang ngotot ngajak gue gabung ekskul musik bareng lo?" Rene jadi teringat saat Mia mohon-mohon padanya untuk ikut ekskul musik karna Mia masih tidak percaya diri jika hanya sendirian di kelas itu, dimana tidak ada satu pun yang ia kenal.

"Iya, tapi gara-gara lo tidur, anak-anak cowok pada lihatin lo mulu. Nggak fokus dengerin gue nyanyi." Mia cemberut.

"Terus, salah gue gitu?"

"Iya, karna elo terlalu cantik."

"Haaa..." Rene tergelak. "Masa sih? Perasaan gue biasa aja."

"Ini nih, cewek cantik sok merendahkan diri. Dasar!" Mia mencibir.

"Iya-iya, besok-besok gue nggak gabung lagi. Tapi sebagai gantinya traktir makan dong?"

Mia menyurut mundur sambil memengangi perutnya.

"Jangan cari alasan deh biar kabur dari gue?"

"Beneran. Gue sakit perut. Gue ke toilet dulu, elo tunggu di sini. Jangan kemana-mana. Nanti gue traktir deh." kata Mia, lalu buru-buru berlari menuju toilet.

"Tunggu di sini? Apaan tuh, emangnya gue anak kecil yang bakal hilang? Ini kan sekolahan bukan pasar." Rene menghela nafas berat. "Gara-gara Mas Kafka nyita semuanya, gue jadi gembel deh."

BUGH! BUGH!

Rene yang berniat menyusul Mia menghentikan langkah, ia mendengar sesuatu dari tangga paling ujung. Penasaran, Rene mendekat ke sana.

Rene terkejut. Seorang murid cewek jatuh setelah mengeliding tangga. Rene menyurut mundur sakit kagetnya.

"Kintan." jerit Rene tertahan melihat tubuh Kintan tergeletak tak berdaya di lantai.

"Tolong gue." gumam Kintan menatap ke arah Rene, tapi semakin lama, pandangannya mulai melemah dan gelap seketika.

Rene tanpa sengaja menoleh ke tangga, mendapati sebuah bayangan yang menatap dari atas sana. Tanpa pikir panjang, Rene menaiki anak tangga, mengejar bayangan itu.

Saat itu, murid-murid yang kebetulan lewat langsung berteriak melihat Kintan tak sadarkan diri. Rene yang mendengar teriakan itu berbalik untuk menyelamatkan Kintan.

Langkah Rene tertahan di ujung tangga karna semua mata langsung mengarah padanya. Bukan pandangan biasa, tapi pandangan menuduh. Meskipun mereka tidak mengatakan apapun, tapi Rene merasa seperti dijadikan tersangka di sini.

"Katanya, Rene dorong adik kelas sampai jatuh dari tangga."

"Gosipnya, Rene punya dua kepribadian, iya bisa berubah manis dan menakutkan."

"Cewek cantik biasanya sok baik, padahal mereka licik."

Sejak kejadian itu, rumor tentang Rene mulai beredar seantero sekolah.

Kintan yang sempat dirawat di rumah sakit, akhirnya kembali ke sekolah, meskipun ia harus menggunakan tongkat karna kaki kirinya yang patah masih dalam kondisi pemulihan.

Kintan langsung dipanggil ke ruang kepala sekolah. Rene juga dipanggil. Bu Kepala Sekolah ingin mendengar penjelasan Kintan apa yang sebenarnya terjadi.

"Saya hanya bertengkar kecil dengan Kak Rene. Lalu tiba-tiba saya terpeleset dan jatuh." jelas Kintan, lalu melemparkan senyum pada Rene. "Benar kan Kak Rene?"

Rene tertawa kecil. "Begitu ya? Kenapa nggak sekalian elo bilang, gue yang dorong lo?"

"Kak Rene nggak mungkin dorong aku. Kak Rene bercandanya nggak lucu." kata Kintan sambil ikutan tertawa.

"Ya sudah. Jika itu kecelakaan, saya bisa memakluminya. Lain kali... Rene, Kintan, kalian harus hati-hati."

"Baik Bu." kata Kintan dan Rene hampir bersamaan.

Saat mereka keluar, terlihat beberapa murid yang kelihatan menguping, tapi Rene bersikap tidak peduli.

"Kintan, lo gapapa?" tanya teman Kintan yang sejak tadi menunggu di luar. "Lo baik banget sih, padahal gue yakin lho, lo nggak terpeleset, tapi didorong."

"Iya, gue setuju." timpal temannya yang satu lagi. "Dari dulu gue nggak suka sama Kak Rene yang sok cantik itu." lanjutnya sambil berbisik.

Mia yang mendengarnya marah sekali, tapi Rene menahannya.

"Udah, biarin aja. Mereka bebas berpendapat."

"Lo gimana sih, bikin pengumuman dong kalau elo nggak bersalah. Bisa-bisa nama lo jelek nanti."

"Gue nggak salah. Apa yang harus gue takutin sih."

"Benar juga kata lo." Karena Mia percaya, Rene tidak mungkin melakukan hal itu.

--- ooo ---

"KATA teman gue yang sekelas sama Kintan, Kintan diancam biar nggak ngadu kalau Rene dorong dia dari tangga."

"Kayaknya Rene dendam sama Kintan soalnya waktu itu, Rene sempat cek-cok sama Kintan di kelas masak."

"Gue udah curiga selama ini, Rene wajahnya aja yang cantik, tapi hatinya busuk."

Karena Rene diam saja, gosip tentangnya beredar tanpa bisa dicegah. Lama kelamaan, murid-murid yang awalnya tidak terpengaruh, mulai menganggap Rene bersalah.

"Hoy! Cewek-cewek! Jangang nuduh seenaknya. Bilang aja kalian iri sampai nuduh cewek cantik seperti Rene."

"Cewek jelek mah gitu, selalu nganggap cewek cantik musuhnya."

Meskipun begitu, murid-murid cowok yang sejak dulu menjadi fans Rene masih setia mendukungnya.

Rene yang tidak tahan lagi diam-diam menemui Kintan yang kebetulan sedang jalan sendirian.

BUGH!

Rene sengaja menendang tongkat Kintan sampai jatuh ke lantai. Kintan yang terkejut hampir jatuh, tapi ia berhasil menopang tubuhnya dengan kedua kakinya.

"Mau sampai kapan kaki lo yang sudah sembuh itu diperban?" tanya Rene dengan wajah tidak bersahabat.

Kintan menyeringai. "Ah, aku ketahuan."

"Kayaknya tamparan gue kemarin masih belum cukup ya?"

"Belum! Kecuali kalau aku lihat Kak Rene menderita seperti ini. Gimana rasanya dibenci anak-anak satu sekolahan? Pasti berat banget ya? Kan Kak Rene udah terbiasa nerima cinta dari seluruh murid."

"Jangan nguji kesabaran gue, brengsek!" Rene menendang tongkat Kintan yang ada di depannya sampai membentur dinding.

"Yuhuu... Kak Rene marah. Aku sampai ketakutan tahu." Kintan tertawa.

Rene mengepalkan tinjunya kuat-kuat, sepertinya cewek di depannya ini lebih gila dari apa yang ia bayangkan.

Rene mencoba bersabar. "Mau elo apa sih?"

"Kan aku udah bilang tadi, aku mau Kak Rene menderita."

"Karna Han?" Pertanyaan itu terlintas begitu saja.

"Iya, kok tahu? Ah, aku kasih tahu semuanya aja ya, aku benci Kak Rene yang masih berharap sama Han."

Rene tersentak, bagaimana Kintan tahu?

"Aku benci Kak Rene yang diam-diam masih dirindukan sama Han. Hahaa. Lucu ya lihat pacar kita masih merindukan mantannya, tapi kayaknya nggak lagi deh. Han pasti kecewa banget saat tahu Kak Rene itu aslinya seperti apa?"

Rene terdiam. Kintan tersenyum penuh kemenangan.

"Kak Rene pasti penasaran aku tahu dari mana? Tapi yang jelas, aku tahu semuanya." Kintan mendekat saat melihat sebuah bayangan menuju ke arah mereka. "Aku tahu, Kak Rene pakai topeng. Padahal aslinya, Kak Rene itu nakutin banget dan sangat jahat." tambahnya sambil berbisik.

"Brengsek lo!" Rene emosi dan mendorong tubuh Kintan sampai membentur dinding.

"Rene, hentikan!" teriak seseorang. Han datang mendekat dan membantu Kintan berdiri, lalu mengambil tongkatnya.

Saat itu, tanpa sepengetahuan Han, Kintan bergumam pelan. "Aku menang."

"Han, dia bohong. Kakinya udah sembuh dan gue nggak ada hubungannya dengan kecelakaan di tangga kemarin." kata Rene jujur.

"Awalnya aku mau percaya, tapi setelah lihat yang kamu lakuin barusan, aku kecewa. Aku nggak percaya kamu tega nyakitin Kintan yang nggak salah apa-apa. Kalau kamu marah sama aku, lampiasin sama aku, jangan ganggu Kintan." kata Han. Membuat Kintan tersenyum penuh kemenangan.

"Gue nggak salah! Elo harus percaya sama gue? Gue mohon!" nada suara Rene terdengar mengiba.

"Berhenti di sini. Aku nggak akan laporin kamu sama kepala sekolah, tapi please jangan ganggu Kintan lagi."

Rene mengusap wajahnya frustasi. "Gue nggak masalah semua orang benci sama gue, semua orang nggak percaya sama gue, asalkan jangan elo. Karna... karna gue masih sayang sama elo."

Han terkejut karna kata-kata Rene yang tiba-tiba itu.

"Han, kaki aku sakit." sela Kintan sambil memengangi kakinya yang diperban. Sengaja, untuk mengalihkan perhatian Han.

"Kita ke UKS ya?" tawar Han dengan wajah khawatir.

Kintan mengangguk.

"Reyhan Hadi Nungroho!" teriak Rene karna Han tidak menghiraukannya dan malah fokus ke Kintan. "Apa elo lebih percaya cewek licik itu dari gue?"

Han menoleh. "Cukup! Ini peringatan, jika kamu ganggu Kintan lagi, aku nggak akan tinggal diam. Satu lagi, Kintan bukan cewek licik seperi kamu."

"Hahaa..." Rene tergelak. "Ya pergi sana, gue juga nggak butuh lo! Terserah, gue nggak peduli!" teriak Rene lebih keras membuat murid-murid yang kebetulan lewat memandangnya aneh.

Kepala Rene tiba-tiba berdenyut hebat sampai membuat kakinya lemah. Membuatnya terduduk di lantai. "Gue benci lo, Han!"
-
-
-
-

#15/07/19

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 125K 61
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
84.4K 1.3K 106
"SAJAK & QUOTE" -Terinspirasi dari perjalanan penulis -Termasuk penggalan kata penulis senior -Ditulis sejak 2015 -Sengaja ditulis dan di publis tamp...
24K 1.8K 50
- Sequel Of Gadis Kecil Ayah - (Cerita diangkat dari kisah nyata) *** Ternyata dua tahun tidak benar-benar menyembuhkan luka itu. Masih sering membay...
2.2K 67 20
Hanya sekedar menceritakan isi hati saja, wkwkwk.