My Precious Girlfriend ✔

נכתב על ידי bluerosebae

633K 47.4K 1.8K

Orang-orang bilang kalo Airin beruntung mendapatkan Nino, cowok ganteng dengan aura bad boy itu mampu membius... עוד

Prolog
1. Airin dan Sejuta Kesabarannya
2. Keseriusan yang Tak Dianggap
3. Sadly Birthday
4. What's Wrong?
5. Mencari Ingatan yang Hilang
Pesan Rindu
6. Kesalahpahaman Ini...
7. Nino Ketika Kehilangan Arah
9. Bawa Perasaan
Trailer Perdana!!
10. Perebutan Dimulai
11. Panti Asuhan Kasih Bunda
12. Sekolah Alternatif
13. Danu dan Kehidupannya
14. Menebus Kesalahan
15. Ketika Airin Khawatir
16. Niat Baik
17. Kebenaran Dalam Kejahatan
18. Cinta Segitiga
19. Kesembuhan Danu
20. Peringatan Hari Jadi
21. Libur Semester
22. Be Better
23. Teman Saja
24. Kehilangan....
25. .... dan Kedatangan
26. Merasa Asing
27. Karma Butterfly
28. Rindu Ini....
29. Hari Melepas Rindu
Epilog
Bonus Chapter 1 : Keano dan Kaila
Bonus Chapter 2 : Panti Asuhan
Bonus Chapter 3 : Anniversary

8. Usaha Nino

21.6K 1.6K 63
נכתב על ידי bluerosebae

Airin menuruni motor dengan alis berkerut, helmetnya diletakkan sembarang untuk mengikuti arus orang-orang yang mengarah pada tengah lapangan. Karena letak parkiran berada di sisi kiri lapangan universitas, memudahkan Airin melihat gerombolan orang yang sudah berkumpul mengelilingi sesuatu.

Rasa penasarannya makin memuncak kala orang-orang menyingkir seolah memberi Airin jalan. Lalu rasa penasaran itu berubah jadi bingung ketika ia mendapati Nino berjalan dari arah gerombolan orang-orang itu.

"Pagi," Nino mengulum senyum melihat Airin terkejut, "udah sarapan belum?"

Airin berusaha mengumpulkan kesadarannya, "Lo ... ngapain di sini?"

Nino memutar bola mata berpikir, "Hmm ... kuliah sambil merhatiin kamu," lalu ia berbisik, "dari jauh juga gapapa. Aku udah senang kok."

Airin mengerjapkan mata beberapa kali, masih tak memahami sedikitpun ucapan Nino. Orang-orang di sekitarnya pun ikut penasaran, terlihat dari sorot mata ingin tahu mereka.

"Mending lo pergi sekarang, bentar lagi lo masuk kelas." ujar Airin setelah melirik jam tangannya.

"Kenapa pergi? Kelas aku kan di sini."

"Maksudnya?"

"Mulai hari ini kita satu kampus. Aku pindah ke sini."

Sontak pemberitahuan mendadak itu mengejutkan, bukan hanya Airin tapi semua orang yang ikut memperhatikan mereka. Karena selain terkenal sebagai pacar Airin yang sering antar-jemput dewi universitas, Nino juga terkenal sebagai most wanted kampus sebelah. Maka jika Nino benar-benar pindah, mereka akan memiliki dewi dan dewa universitas sekaligus.

"Daddy sama Mommy tahu?" wajar Airin bertanya, karena selama mereka bersama Nino sering membuat keputusan dibelakang kedua orang tuanya.

"Bahkan Daddy sendiri yang ngurus kepindahan aku." Menakjubkan! Padahal jadwal Daddy Nino selalu padat setahu Airin.

"Kenapa pindah ke sini?" Airin melirik orang-orang di sekitarnya, "padahal banyak kampus terbaik pilihan Daddy, dan kita sama-sama tahu kampus ini jelas bukan salah satunya."

"Karena alasan aku pindah ada di sini," Nino menarik senyum manisnya, "yang diri di depanku sekarang."

Seketika suasana berubah riuh. Para perempuan memekik tertahan, terpengaruh dengan rayuan Nino walau tahu bukan ditujukan untuk mereka. Sedangkan para laki-laki kompak menyerukan semangat atas nama sesama pejaka tangguh.

Airin berusaha menekan rasa malunya saat itu juga. Ingin pergi tapi kakinya seketika kaku, perasaannya makin tak karuan saat menyadari tak ada seorang pun yang mau menyelamatkannya dari situasi memalukan ini.

Hingga tiba-tiba lengan seseorang melingkar di pundak Airin.

"Rin, lo jadi anter gue ketemu dosen, kan?" Airin menghembuskan napas lega saat mengenali seseorang itu.

Dia Kelvin. Laki-laki tampan yang hari ini memakai topi.

"Jadi," jawab Airin cepat, "ayo!" Airin sudah akan menarik Kelvin pergi ketika tangan Nino menggenggamnya.

"Lo nggak lihat gue lagi ngobrol sama Airin?" sinis Nino.

"Lihat," sebelah sudut bibir Kelvin terangkat, "tapi harus banget, ya, di depan umum gini? Jatohnya malah norak."

Nino kesal. Airin merasakannya dari genggaman tangan mereka yang mengeras hingga tanpa sadar ringisan keluar. Dengan sigap, Kelvin menarik Airin mundur ke belakang punggungnya.

"Gentle dikit kalo mau ambil hati cewek, jangan malah mempermalukan dia."

Setelahnya Kelvin membawa Airin pergi dari kerumunan orang-orang.

"Makasih, ya," ucap Airin ketika mereka cukup jauh dari kerumunan, "gue nggak tau nasib gue gimana kalo di sana lebih lama lagi."

Kelvin tak menjawab, ia sibuk meneliti wajah Airin, "Lo nggak pernah berubah," Airin melirik Kelvin sekilas, "selalu aja sungkan, padahal kalo risih ngomong. Jangan nyiksa diri kayak tadi."

Airin bergeming.

Walau benar, bukan itu alasan Airin sulit melangkah tadi. Perasaan familiar yang menghujam hatinya berkali-kali membuat Airin sulit mengendalikan pikiran.

Tanpa orang-orang sadari, sejak tadi Airin sibuk menekan dadanya berharap rasa familiar itu ikut tertekan dan hilang.

Berharap hatinya tidak goyah hanya karena perlakuan istimewa tadi.

****


"Gue nggak habis pikir sama tuh anak, bisa-bisanya pindah kampus pas tengah semester gini." ujar Sagita menggebu-gebu dibalik rak buku perpustakaan. Airin hanya mendengarkan sambil memilih referensi buku bacaan untuk tugas mereka.

"Mana alasan pindahnya nggak logis lagi. Biar sekampus ama mantan," Sagita diri di sebelah Airin, "ati-ati dia minta balikan." bisiknya kemudian.

Kali ini Airin tertawa sembari memberikan buku pilihannya untuk dicap penjaga perpustakaan, "Nggak akan. Selama ada lo dan Kelvin, gue aman."

Sagita berdeham ketika hatinya terasa aneh, "Lo ... ama Kelvin ... hmm, pacaran?"

Airin mengangkat sebelah alis lalu tak berapa lama tawanya meledak, "Hahaha ... gue? Ama Kelvin? Yang bener aja lo."

Entah untuk alasan apa, Sagita menghembuskan napas lega. Lalu tawanya lepas begitu saja.

"Yakali gitu."

Dan Airin bisa merasakan ada sesuatu yang disembunyikan sahabatnya itu.

"Lo suka sama Kelvin?" tembak Airin tepat ketika mereka keluar perpustakaan. Membuat langkah Sagita sempat oleng setelah mendengar pertanyaan itu.

"Apaan sih lo. Ngaco." walau Sagita berupaya mengalihkan wajah, tetap saja rona merah itu tertangkap jelas.

"Gue tau lo cemburu," Airin tersenyum penuh arti, "tapi apapun yang dia lakukan buat gue, itu pure karena kita temenan."

Mendengar penuturan tulus itu membuat Sagita terkekeh kecil.

"Niatnya gue mau sembunyiin perasaan ini, taunya malah elo yang peka."

"Yaelah, kita temenan bukan sehari dua hari," Airin tersenyum menggoda, "jadi apa yang bikin lo sama dia?"

"Apaan sih," rona merah itu kembali terlihat, "harus banget ngasih tau lo?"

"Ciee ... Sagita blushing." Airin menusuk pipi chubby temannya.

"Lo benar-benar minta dikuburin ya? Sini gak lo!"

Detik berikutnya, terjadi kejar-kejaran antara Airin dan Sagita yang langsung menyita perhatian orang di sepanjang koridor. Airin tertawa puas karena berhasil menjadi orang pertama yang mengetahui cinta pertama Sagita. Sebab selama mengenal Sagita, Airin tak pernah mendengar perempuan itu menceritakan laki-laki manapun karena Sagita memang belum pernah pacaran. Airin lega sebab cinta pertama Sagita jatuh pada orang yang tepat. Setidaknya ia mengenal baik laki-laki yang mampu mencuri hati sahabatnya.

Tiba-tiba lari Airin terhenti. Tepat ketika sosok lelaki berdiri di hadapannya dengan senyum menawan andalannya.

"Kampus ini luas, ya, sampai kantinnya nggak ketemu-temu."

Nino! Laki-laki itu Nino.

Sepertinya Airin harus mulai membiasakan diri bertemu Nino di pelataran kampus.

"Gimana kalo kita ke kantin bareng? Sekalian kamu kenalin kampus ini biar aku nggak nyasar lagi."

Itu jelas permintaan paling aneh yang pernah Nino minta. Ada beberapa alasan; pertama, universitas ini bukan tempat asing mengingat Nino sering bulak-balik menemui Airin sewaktu mereka pacaran. Kedua, jikapun Nino tidak mengenali universitas dengan baik, bukankah dia bisa bertanya pada orang-orang? Dan ketiga, Airin sadar jika permintaan itu hanya kedok agar Nino punya alasan menemuinya.

Tanpa menunggu Sagita sampai, Airin pergi meninggalkan Nino secepat mungkin. Dan ketika Nino ingin mengejar, langkahnya sudah lebih dulu ditahan seseorang.

"Jangan dikejar, lo udah nggak pantes buat Airin."

Nino sadar ada sorot kemarahan di mata Sagita, itu sebabnya ia memilih diam sampai perempuan itu menyelesaikan kalimatnya.

"Gue emang nggak tau apa yang bikin Airin nekat mutusin lo. Tapi yang jelas, itu pasti karena hal yang udah nggak bisa ditolerir lagi." sinis Sagita.

"Gue tau, makanya gue pengen nebus kesalahan itu."

"Nggak perlu! Dia itu udah muak sama lo," wajah Sagita memerah sebab amarahnya meluap, "si Airin yang nggak punya batas kesabaran aja nyerah ngadepin lo. Dia udah ngambil keputusan yang tepat, jadi jangan lo kacauin lagi hatinya."

Sagita langsung mengambil langkah lebar pergi sebelum amarahnya benar-benar tak terkontrol. Meninggalkan Nino yang sedikit tersentak dengan kata-kata Sagita tadi, namun itu tak menurunkan niatnya untuk mengambil kembali hati yang pernah ia sia-siakan.

"Ini bahkan belum permulaan, Git." gumam Nino.

****


Ketika pertemuan kelas berakhir, Nino sengaja menuju parkiran walau hari ini ia tidak bawa motor. Hanya karena satu alasan. Dan saat alasan itu memasuki pelataran parkir, Nino memperlebar langkah menghampiri.

"Untung aja kamu bawa motor," Nino melihat Airin sedikit terkejut, "aku boleh nebeng?"

Airin mengedarkan pandangan mencari motor kesayangan Nino, "Lo nggak bawa Johnny?"

"Dia mogok jalan, makanya dibawa ke bengkel pagi tadi," Nino mengatupkan kedua tangan di depan dada, "plis boleh ya?"

"Ojek online banyak kali." ujar Airin sembari memakai helmet ungu yang senada dengan motor matic-nya.

"Kan ada kamu. Yang udah tau alamat rumah aku."

Airin tersenyum getir setelah menaiki motornya. Memperhatikan ekspresi memelas Nino dari balik helmetnya. Ia bimbang, ingin menolong tapi tak ingin mengambil risiko lebih.

"Aku tau kita udah putus, tapi sesama mantan kita harus akur."

Airin tahu suatu saat akan menghadapi situasi ini, namun hatinya tetap kecewa setelah mendengarnya langsung.

"Lo serius nggak mau tau alasan gue mutusin lo?"

"Bukannya nggak mau. Tapi buat nebus kesalahan itu, aku hargai keputusan kamu," Nino tersenyum tenang, "karena aku mau berjuang dari awal. Demi kamu."

Baiklah!

Selain harus mulai membiasakan diri bertemu Nino, sepertinya Airin juga harus mempersiapkan hati agar terbiasa dengan serangan dadakan Nino. Seperti tadi misalnya.

****

Sepertinya kalian juga harus terbiasa menahan hati mulai sekarang. Jangan sampe jatuh hati sedalam-dalamnya pada pesona Nino.

Persis kata Nino "Ini bahkan belum dimulai" masih banyak pesona Nino yg belum diceritakan. Jadi jgn semudah itu jatuh ya🙈

Hayo siapa yg buka notif subuh-subuh kayak Nino yg nungguin chat doi semalaman😁

I blue ya💙
Dari Mawar biru yg update setelah keinget readers🙈

המשך קריאה

You'll Also Like

12.2K 1.2K 40
#3 campuslife (9/5/2023) Apa jadinya kalau hatimu diretas? Terlebih kalau diretas oleh asisten lab komputer yang keren tapi serupa manusia es, dingi...
1.8M 148K 56
Pernah dengar istilah "First Love Never Dies"? Naura Alraisa Anhar sudah paham betul makna istilah yang satu itu. Selama belasan tahun, ingatan tenta...
1.5M 79.8K 53
Amanda mencintai Daniel, Daniel memilih Maura, dan Amanda menyayangi Maura. Diri nya saat ini hanya sedang berputar di lingkaran cinta yang tidak ber...
6.6M 338K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...