My Precious Girlfriend ✔

By bluerosebae

631K 47.4K 1.8K

Orang-orang bilang kalo Airin beruntung mendapatkan Nino, cowok ganteng dengan aura bad boy itu mampu membius... More

Prolog
1. Airin dan Sejuta Kesabarannya
2. Keseriusan yang Tak Dianggap
3. Sadly Birthday
4. What's Wrong?
5. Mencari Ingatan yang Hilang
Pesan Rindu
7. Nino Ketika Kehilangan Arah
8. Usaha Nino
9. Bawa Perasaan
Trailer Perdana!!
10. Perebutan Dimulai
11. Panti Asuhan Kasih Bunda
12. Sekolah Alternatif
13. Danu dan Kehidupannya
14. Menebus Kesalahan
15. Ketika Airin Khawatir
16. Niat Baik
17. Kebenaran Dalam Kejahatan
18. Cinta Segitiga
19. Kesembuhan Danu
20. Peringatan Hari Jadi
21. Libur Semester
22. Be Better
23. Teman Saja
24. Kehilangan....
25. .... dan Kedatangan
26. Merasa Asing
27. Karma Butterfly
28. Rindu Ini....
29. Hari Melepas Rindu
Epilog
Bonus Chapter 1 : Keano dan Kaila
Bonus Chapter 2 : Panti Asuhan
Bonus Chapter 3 : Anniversary

6. Kesalahpahaman Ini...

23.7K 2K 68
By bluerosebae

Saat umur sepuluh tahun, Kelvin mengalami kegembiraan sekaligus penyesalan terbesar dalam hidupnya.

Kelvin bahagia mengetahui masih ada orang tua yang mau menerimanya sebagai anak karena sejak bayi ia tak pernah menerima kasih sayang selain dari Ibu panti. Tapi di sisi lain Kelvin menyesal, setelah ia pindah ke rumah orang tuanya, sejak itu pula ia lost contact dengan seluruh kenalannya termasuk keluarga Cendana. Bukannya enggan mencari, pekerjaan Ayahnya sebagai reporter lah yang membuat Kelvin harus mengikuti kemana sang Ayah bekerja. Bahkan sekarang adalah tahun pertama ia kembali ke Jakarta setelah empat belas tahun sang Ayah ditugaskan di Lampung.

Oleh sebab itu, saat  dirinya berhasil mengenali Airin sebagai bagian dari masa kecilnya, Kelvin senang bukan kepalang. Apalagi melihat perempuan itu tumbuh secantik sekarang, walaupun sejak dulu Kelvin memang menganggap Airin cantik.

Tapi sekarang cantiknya Airin lebih tidak manusiawi, lebih terlihat seperti bidadari yang baru turun dari surga. Tatapan memuja orang-orang membuat Kelvin semakin yakin, sebab bukan hanya kaum adam, namun kaum hawa pun turut memberian tatapan itu seolah yang melewati mereka benar bidadari. Tak peduli sesering apapun mereka melihat Airin berkeliaran di kampus.

"Kelvin!" Airin melambaikan tangannya ketika menyadari laki-laki itu ada di ujung koridor.

Bisa Kelvin rasakan pandangan iri teman-teman fakultasnya, mereka seakan tak terima dewi universitas itu melambaikan tangan ke anak baru sepertinya.

"Ada apa?" Kelvin tak kuasa menahan senyum melihat Airin mencoba menguasai diri setelah berlari sepanjang koridor.

"Malam nanti ada acara?"

Tolong ingatkan Kelvin untuk mulai berlatih bela diri sebab tatapan orang-orang di sekitarnya makin tajam.

"Nggak. Kenapa?"

"Nanti malam datang ke rumah gue, mau ada pesta barbeque buat rayain ulang tahun Ayah. Katanya, keluarga Cendana rindu sama lo."

Kelvin terkekeh, "Lo termasuk, nggak?"

"Dih, gue mah tiap hari juga ketemu lo. Apanya yang dikangenin? Yang ada gue bosen lihat lo."

Inilah salah satu alasan Kelvin menganggap Airin berbeda dari perempuan kebanyakan. Airin itu sulit dirayu. Dan itu berlaku sejak pertama ia mengenal Airin.

"Pokoknya lo harus datang."

"Iya," Kelvin tersenyum lebar, "apa sih yang enggak buat Airin."


****


Malam ini halaman belakang rumah keluarga Cendana ramai oleh suara. Mulai dari suara desis daging sapi yang dipanggang, ditambah suara ribut Surya dan Airin yang selalu tercipta tiap kali mereka ada ditempat yang sama.

"Jangan dulu, Surya! Ih, udah dibilang juga. Nanti nggak enak." dumel Airin melihat air kelapa muda bikinannya dituang susu oleh Surya, padahal harusnya sirup dulu.

"Justru enak gini. Kalo pada nggak mau, buat gue aja semua."

"Yakali lo minum semuanya," Airin mendelik kesal, "tau ah. Bete gue diganggu mulu sama lo. Udah bener tadi Cetta yang bantuin gue."

Mendengar namanya disebut, Cetta menggeleng heran, "Kakak sama Abang ribut mulu sih, kayak Tom and Jerry aja."

"Udah ah, jadi males gue."

Airin bangkit tepat ketika ponselnya yang ada di atas meja berdering, sambil menjawab panggilan, ia pergi meninggalkan halaman belakang. Panggilan sang Bunda bahkan dihiraukan.

"Si Abang kebiasaan deh. Kenapa sih ganggu Kakak terus?" omel Bunda.

"Abisnya Kakak lucu kalo lagi marah-marah." kekeh Surya seraya mengaduk minuman.

"Jangan dibiasain, kasian Kakaknya." walau diucapkan pelan, namun pandangan Bunda, Surya dan Cetta tetap tertuju pada Ayah yang sedang memanggang daging.

Cendana itu tipe orang yang jarang bicara, bahkan pada keluarganya sekalipun. Itulah mengapa Bunda anggap semua ucapan yang dilontarkan suaminya hanyalah kata-kata penting saja. Dan ia tak percaya jika malam ini Cendana menegur Surya untuk pertama kalinya.

"Malam Om, Tante." kini pandangan mereka kompak tertuju pada seorang lelaki yang berdiri di sebelah Airin.

Bunda berdiri, menghampiri lelaki itu.

"Ini beneran Kelvin?" Bunda mengusap kedua pundak Kelvin, memperhatikan tiap jengkal tubuh Kelvin dari kaki hingga kepala, "yaampun, udah gede aja."

Kelvin tersenyum menenangkan, "Tante apa kabar?"

"Baik. Ceritanya sambil duduk, yuk."

Lalu Bunda menarik Kelvin bergabung bersama Surya dan Cetta yang sejak tadi sibuk menilik Kelvin. Sedangkan Airin memutuskan meneruskan pekerjaan Bunda yang asyik mengintrogasi Kelvin.

"Airin pernah cerita, katanya kamu kuliah di universitas yang sama. Tante kira dia bohong."

"Nggak percayaan sih." celetuk Airin.

Kelvin tersenyum sopan, "Ngapain juga Airin bohong? Pertama kali ketemu aja dia nggak ngenalin Kelvin."

Bunda meringis menyesal pernah meragukan cerita Airin.

Setelah cerita panjang lebar, akhirnya Bunda tahu jika Kelvin diangkat anak oleh seorang pemburu berita. Ia bersyukur karena Kelvin diasuh oleh keluarga yang tepat, sebab ia menganggap semua anak di panti asuhan Kasih Bunda adalah anak-anaknya.

****



Nino menghisap kembali puntung rokok yang terapit dijarinya, lalu menghembuskan napas perlahan hingga kepulan asap tercipta. Pandangannya tak lepas dari kendaraan yang berlalu lalang di depan sana. Berharap diantara ribuan kendaraan yang melintas, Airin salah satu bagiannya. Namun hingga langit berubah gelap, tak ada tanda-tanda kedatangan perempuan itu.

Martha yang baru menyadari kehadiran Nino pun menghampiri.

"Lho, kok sendirian," Martha mengambil duduk di depan Nino, "tumben nggak sama Airin." Martha mengibas-ngibaskan tangan mengusir asap rokok yang menganggu indra penciumannya.

"Lo percaya nggak Airin mutusin gue?" tanya Nino dengan keputusasaan yang kentara.

Walau sempat terkejut, Martha tidak merasa aneh. Sebab jika ia jadi Airin, sudah dari jauh-jauh hari ia memutuskan Nino.

"Gue percaya banget malah."

Nino membuang puntung rokok lalu menginjaknya hingga mati, "Kenapa? Padahal sampe sekarang gue nggak percaya Airin tega ninggalin gue."

Martha menggeleng heran, tak menyangka jika tingkat kepekaan Nino benar-benar dibawah rata-rata. Dan yang paling Martha herankan adalah kenapa pula Airin mau bertahan dengan lelaki itu.

"Dengan elo yang playboy, nggak peka dan main-main, harusnya Airin udah ninggalin lo sejak dulu...."

Detik berikutnya, Martha sudah meluapkan semua kekesalannya tentang Nino yang menyia-nyiakan orang setulus Airin. Saking kesalnya, Martha tak sadar sudah mengumpati Nino disela ucapannya. Dan hal itulah yang membuat Nino mengerjap-ngerjapkan mata tak mengerti maksud dari kata-kata Martha.

"Bodo amat! Ngasih tau lo malah bikin gue emosi! Udah sana pergi. Ini tuh supermarket bukan tempat tongkrongan." lalu Martha masuk meninggalkan Nino yang makin mengernyit bingung.

"Tuh anak kenapa sih? Harusnya kan gue yang emosi." gumam Nino polos.

Tak berapa lama, matanya terbelalak lebar tepat ketika Nino melihat Ayah Cendana keluar supermarket dengan kantong belanja di tangan.

"Ayah!" yang dipanggil menoleh, lalu Nino menghampiri, "habis belanja, Yah?"

Ayah mengangguk, "Kok di sini? Di rumah lagi pada barbeque-an."

"Barbeque-an?"

"Emang Airin nggak bilang?" Nino menggeleng, "yaudah bareng Ayah aja."

Dengan senang hati Nino menerima ajakan Ayah, walau dalam hati sempat kesal karena Airin tidak melibatkannya dalam perayaan ulang tahun Ayah kali ini.

Sesampainya di halaman belakang rumah keluarga Cendana, Nino langsung bergegas menghampiri Airin. Namun langkahnya melambat kala melihat seorang lelaki asing membantu Airin, bahkan sesekali mereka tertawa seakan tak menyadari kehadirannya.

Melihat Nino terdiam, Ayah merangkul lelaki itu menuju meja, "Gabung aja."

Sontak pandangan mereka yang ada di sana teralih, mereka kompak terkejut, kecuali Kelvin.

"Eh Bang Nino, kok baru sampe? Kita udah mulai dari tadi." ujar Cetta memberikan Nino ruang untuk duduk di sebelahnya.

"Nggak ada yang ngasih tau soalnya, untung aja ketemu Ayah di supermarket depan." sindir Nino.

Airin refleks menoleh pada Bunda yang meringis, "Bunda lupa cerita ke Ayah kalo kamu udah putus."

Airin pun memutuskan tuk mengacuhkan eksistensi Nino, ia lebih memilih menyiapkan daging agar mereka segera makan. Kelvin yang ada di sampingnya gesit membantu, tak ingin membiarkan Airin kerja terlalu keras. Bahkan untuk mengambil sendok yang jauh dari jangkauannya sekalipun, karena Kelvin sudah lebih dulu beranjak membantunya.

"Biar gue aja, Ai." ucapan itu berhasil mengusik gendang telinga Nino. Lalu tak berapa lama Airin pergi meninggalkan mereka berdua.

"Lo siapa sih? Sejak kapan lo deket sama keluarga Cendana?" ketus Nino membuat Kelvin melirik.

"Lo tanya gue?" Kelvin menunjuk diri sendiri.

"Menurut lo?"

Kelvin menimbang sebentar, "Gue temen kecil Airin. Kelvin."

"Airin nggak pernah bilang punya temen cowok waktu kecil."

"Emang lo siapa sampe Airin harus cerita?"

Nino kehilangan kata-kata untuk menjawab, tadinya ia ingin mengaku sebagai pacar, namun kejadian saat Airin memutuskannya tiba-tiba muncul.

"Udah belum?" tanya Airin dengan piring berisi daging panggang.

"Udah," Kelvin menggeser sayur-sayuran yang baru selesai dipotongnya, "sekarang apa lagi?"

"Hmmm...," Airin menjentikkan jari, "oh iya, lo dicariin Surya tadi. Masuk aja ke dalam."

Kelvin mengangguk lalu memasuki rumah tanpa memperdulikan tatapan tajam Nino yang mengiringi langkahnya.

Nino mengalihkan pandangannya pada Airin, "Jadi ini alasan kamu ngotot mutusin aku?"

Seketika kegiatannya terhenti, Airin menatap Nino meminta penjelasan lebih.

"Cowok itu pasti cinta pertama kamu waktu kecil. Iya, kan?"

Entah reaksi apa yang harus Airin berikan setelah mendengar tebakan konyol itu. Ingin mengelak pun percuma karena Nino kembali melanjutkan kalimatnya.

"Jangan ngelak karena nggak ada pertemanan murni antara perempuan dan laki-laki."

Baiklah, kesabaran Airin sudah diambang batas sekarang. Ia tak sengaja membanting sendok di tangan hingga menimbulkan dentingan keras yang berhasil mengejutkan Nino.

"Tujuh tahun bukan waktu yang sebentar," Airin mengambil jeda, "kalo waktu selama itu nggak cukup buat mengenali gue, fix lo benar-benar bikin gue kecewa."

"Tapi itu faktanya, kan?"

Airin mengepalkan tangan, "Lo itu bukannya introspeksi diri kek malah nuduh gue. Kalo gini caranya, gue muak lihat lo! Mulai detik ini, jangan pernah muncul di hadapan gue lagi!" sentak Airin sambil berlalu pergi. Persetan dengan daging panggang yang mulai mendingin oleh angin malam.

Dan ketika pertengkaran itu terjadi, Airin tak sengaja berpapasan dengan Kelvin, mengabaikan panggilan lelaki itu. Hatinya terlanjur hancur mengetahui ternyata Nino punya pemikiran sedangkal itu. Ternyata benar kata Sagita dan Martha, selama ini hanya Airin yang berusaha mengerti Nino.

Dan kini Airin juga mengerti jika bukan hanya pemikiran Nino yang dangkal, tapi juga perasaannya.

Jika selama tujuh tahun bersama, hanya Airin yang mencinta.


****

Aku tuh bingung, sebenarnya Nino itu polos apa bego? Ya kali Airin selingkuh, emgnya Nino tempel sana sini.

Maaf ya aku baru update karena lagi tumbang, lagi sakit:( padahal udh niat mau rajin update ke kalian:(

Oh iya, sama mau kasih tau kalo ini bakal jadi chapter terakhir sebelum aku mudik. Dikarenakan rumah Nenekku susah sinyal, jadi aku bakal hiatus sementara. Tapi aku bakal tetep usahain kalo dpt sinyal di sana.

Selamat berlibur semua!!

Mohon maaf lahir batin juga ya, maaf kalo aku keseringan gantungin kalian.

Bluerosebae💙
Si Mawar biru yg maksain update walaupun pala lgi cenat cenut🙈

Ini Bunda, Sagita dan Airin💞

Continue Reading

You'll Also Like

3.2M 360K 42
AREA BUCIN ❕❕ ANTI BUCIN DILARANG MAMPIR❌ HATI-HATI KENA MODUS BTARA🧚‍♀️ Orang yang paling bahagia ketika Alea pindah ke kantor pusat adalah sang ad...
1M 107K 31
Dipaksa mendaki Gunung bersama beberapa anggota pecinta alam membuat Khanaraya Raisa komat-kamit melontarkan kekesalan. Belum lagi harus tersesat ber...
242K 17.4K 55
Seumur hidupnya, Cakra tidak pernah merasa seberengsek ini. Mempermainkan perasaan, mengumbar janji, serta memberikan harapan palsu pada dua orang pe...
Hurts Enough By bio

Teen Fiction

17K 1.5K 17
"Katakan apa adanya padaku. Aku tidak ingin menjadi orang yang memberimu payung saat kau kehujanan. Melainkan aku ingin kehujanan bersamamu" -Davin A...