Querencia

By mafiakangkung

287K 32.6K 23.3K

[๐™Š๐™ฃ ๐™‚๐™ค๐™ž๐™ฃ๐™œ] #๐’๐ž๐ช๐ฎ๐ž๐ฅ ๐จ๐Ÿ ๐’๐ž๐ฆ๐ž๐ฌ๐ญ๐ž๐ซ ๐Ÿ– ๐˜˜๐˜ถ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ค๐˜ช๐˜ข (๐˜ฏ.) ๐˜ข ๐˜ฑ๐˜ญ๐˜ข๐˜ค๐˜ฆ ๐˜ง๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ฎ ๐˜ธ๐˜ฉ... More

Mukadimah - Casts
Q01. Masuk Angin?
Q02. Semanis Sirup Kurma
Q03. Bekas Luka
Q04. Menjadi Raden Yang Baru
Q05. Gak Sesederhana Itu, Ananda!
Q06. Di Ujung Derita
Q07. Kado Terindah
Q08. Ananda & Raden Menuju Bahagia
Q09. Long "Dipingit" Relationship
Q10. Get Ready with Pengantin Baru
Q11. Panggil Mereka Ayah & Bunda Meong
Q12. Susu Murni Nasional
Q13. Bye-bye Raden Byutipul
Q14. Welcome Baby Girl
Q15. How to Fight Raden Wonwoo
Q16. Ketika Dominan Didominasi
Q17. Raden Miyu Maurasena
Q18. Officially Hot Daddy
Q19. Ayah dan Bunda, Mengapa Aku Berbeda?
Q20. Kapan Kerja Lagi?
Q21. Teror Paket Online
Q22. Teori Kebahagiaan Miyu
Q23. Nyicil Target Hidup
Q24. Happy Anniversary
Q26. Halo, Gigi Susu!
Q27. Ada Apa Denganmu?
Q28. Call Me Manjalita
Q29. Move Like Jaeger!
Q30. Manusia Pentol Korek Api
Q31. Bye, S2. Welcome New Member!
Q32. Kudeta Mbakyu Miyu
Q33. Little Ananda
Q34. Beruang Ngamuk
Q35. Beruang Ngamuk [v.02]
Q36. Rindu Dibayar Nyicil
Q37. Bentuk Cinta
Q38. Anak Pertama
Q39. Resolusi Baru
Q40. Jalan Jaegerku
Q41. Cinta Salah Alamat

Q25. Home...Home...Home...

5.8K 712 572
By mafiakangkung

Jika dulu cuma Raden, sekarang ada Miyu juga yang menjadi alasan. Di mana kalian berdua adalah rumah untuk Ananda pulang.

===========

Mingyu tersenyum semringah melihat putri kecilnya mengerjapkan mata. Siang hari, di mana keluarga meong ini kompak bersantai dan beristirahat. Kebetulan dia memilih terjaga lantaran memiliki tanggungan mengedit video, sehingga yang tidur hanya duo Raden saja. Namun, yang pertama kali terbangun justru Miyu yang langsung berguling di box bayi.

“Halo cantik. Udah kenyang bobonya?”

Ayah satu anak ini langsung menggendong dan mengecup pipi chubby Miyu. Mengajaknya bermain di sofa karena pekerjaan belum selesai. Maklum nanti malam video prank Wonwoo seminggu yang lalu akan rilis di kanal Ytubenya. Wajar jika dia dikejar banyak sekali dateline.

Miyu pun duduk memerhatikan apa yang dilakukan sang Ayah yang tak henti-hentinya menghujani ciuman di puncak kepala. Aroma bayi adalah favorit Mingyu selain pipi kenyal sang putri yang semakin gembul ini. Jadi, ketika dirasa mulai suntuk dengan kerjaan, Mingyu pun mencari keseruan lain dengan menggigit pelan pipi juga dagu gemas itu berkali-kali.

Beruntung Miyu masih loading, pasrah saja ketika mendapat perlakuan cinta yang cukup ekstrem.

“Miyu gak tau ya Bunda nangis waktu Mamas Tipul Ayah umpetin? Lucu banget dong ekspresinya, sampe Ayah gemes sendiri. Nanti kalo Miyu udah besar jangan lupa nonton channel Ayah ya. Subscribe sama like juga, awas kalo nggak.”

Bayi itu pun mendongak, menatap Ayahnya yang terlampau excited dengan kesibukan barunya. Lagi-lagi ciuman datang dan kali ini tangan Miyu menggapai-gapai laptop. Entah mencari pertolongan karena dikeroyok ciuman Mingyu atau dia memang ingin memegang benda itu.

“Nyanyanya.”

“Iya sayang, itu Mamas Tipul sama Oma. Miyu juga ada di sini kok. Tenang aja, kamu bakalan muncul di channel Ayah yang super gemas sejagat raya.”

Namanya juga bayi 6 bulan yang akan memasuki usia 7 bulan, wajar jika balasan yang didapat berupa ocehan belaka. Mereka pun tanpa sadar habiskan waktu yang ada dengan melihat hasil editan yang cukup oke punya. Hingga Miyu mulai risi dan hampir merengek sedetik berikutnya.

“Nananana.”

“Kenapa? Miyu mau main sama Bunda?”

“Oonaaa.”

“Jangan sayang, Budanya lagi bobok, kasian. Semalem siapa coba yang rewel bikin Bunda begadang, hm?”

Tapi gak bisa ditawar gengs, persis harga mati sebab di dalam darah Miyu mengalir semangat yang menggebu-gebu seorang Ananda Mingyu sampe penolakan sama sekali gak digubrisnya. Miyu malah mulai mendrama dengan hampir menangis jika aja Mingyu gak berinisiatif untuk bangkit dari sofa.

“Oke, Ndoro Miyu. Ayah kabulkan permintaan kamu tapi sun pipi dulu.”

Bayi itu seolah mengerti lantas mendaratkan mulutnya yang terbuka dan penuh air liur di pipi serta hidung Mingyu. Yang menjadi korban malah tertawa girang karena anaknya sangat menggemaskan. Saking gregetannya, hampir saja gigi taring imut Ananda bungsu ini menggigit dan mengoyak pipi bakpao Miyu.

Sementara di kasur sana, Wonwoo yang selama ini sudah banyak berkorban waktu juga tenaga mengurus keluarga meong tertidur dengan pulasnya. Mingyu gak enak hati namun Miyu tetap meminta mendekat pada sang Bunda. Sampai tepukan halus dan ciuman dari bayi gembul itu mendarat di pipi bersih Wonwoo.

“Ngh, M-Miyu ya?”

Aduh, cantik sekali si putri tidur.

Jadi, pengin kiss deh pangeran yang bernama Mingyu ini.

“Maaf ya Bunda malah diganggu bobok siangnya. Anak cantik kita katanya kangen. Mau main.”

Benar aja, Miyu bergerak aktif begitu Wonwoo bangkit dan merentangkan tangan untuk menggendongnya. Belum apa-apa, Miyu langsung nemplok di dada Wonwoo, memeluk orang paling cantik yang telah melahirkannya itu.

“Kasian baby girlnya Bunda ditinggal bobok. Miyu main apa sama Ayah, hm?”

“Edit video, sayang, mau jadi YTuber.”

“Serius Ananda mau aplot video yang anniversary kemarin itu?”

“Mau dongggg! Siap-siap ya, ini adalah debut episode pertama Raden dan Miyu di channel super kece. Walau Ananda takut banyak yang kesemsem sama kecantikan paripurna Raden, tapi gak papa deh. Bisa diblack list kalo ada yang macem-macem.”

Terniat sekali manusia satu ini. Emang cuma Mingyu doang yang rela menjerumuskan sang istri padahal tau akan konsekuensi. Tapi, karena dia percaya bahwa niat baik akan memberikan dampak yang baik pula berharap jika warga Ytube akan bersahabat dengan kebucinan juga keposesifannya.

“Ya udah gak papa, asal jangan yang aneh-aneh ya, Ayah. Bikin kontennya yang positif aja loh, udah punya anak sekarang kelakuan harus dijaga.”

“Utututu Bundaku sayang, seneng deh dibawelin gini. Jadi pengin hamilin lagi, kapan kita nananini?”

Wonwoo cuma bisa geleng-geleng kepala dan menutup kepala Miyu yang bersender di perutnya. Suka sembarangan emang suaminya ini kalo bicara di depan anak mereka. Mingyu yang gak merasa berdosa malah menciumi wajah bantal sang istri yang terlihat seksi.

“Nda iiiih, malu. Diliatin Miyu.”

“Masa sama bacil aja malu sih?”

“Bacil apa pula?”

“Bayik cilik, hehe. Udah ah, gak usah malu-malu. Lupa ya Raden kalo Miyu adalah hasil kerja keras kita berkeringat setiap malam? Mau Raden jaga imej juga percuma. Di ff ini tertinggal banyak jejak kenakalan kita, termasuk salah satunya ketika Raden minta di atas. WoT, alias Wonwoo on Top.”

Merah padam wajah Wonwoo. Emang ya yang namanya manusia itu makhluk paling dinamis karena sering berubah-ubah perasaannya. Dulu sebelum ada Miyu hormon menuntun Wonwoo menjadi sosok super manja. Sekarang beda kasus, dia justru lebih banyak mikir dan intropeksi diri untuk menjadi Bunda yang bisa diandalkan lagi.

Wajar dong kalo masa-masa itu membuatnya malu dan ingin lupa. Apalagi di sini Mingyu sebagai saksi hidup justru menambah rasa malu karena kerap meledek Wonwoo setiap waktu.

“Tapi, tetep ya, Nda. Di depan Miyu kita harus menjaga lisan. Kalo mau dirty talk pas kita berdua aja, gak papa, nanti Raden ladenin kok.”

“Oke lah, mantap kawan. Yeye lalala, akhirnya kode sampe juga, nanti malam nagih jatah~”

Ya sudahlah ya, Wonwoo memilih berdamai aja gak mau meneruskan kegemasannya pada sang suami. Toh, dia sendiri menikmati. Apalagi saat ini ketika Miyu sibuk bermain, Mingyu yang sudah terbebas dari beberapa pekerjaan memeluk punggung Wonwoo dari belakang.

Menggigit dengan gigi imutnya hingga Wonwoo meringis dan membalas melalui cubitan. Miyu sibuk memakan biskuit di pangkuan, gak menyadari jika di belakang sana kedua orang tua bayi cantik ini sedang sibuk bermesraan.

“Eh, Raden sayang, pergi yuk?”

“Ke mana, hm?”

Mingyu menyeringai dan semakin melebarkan senyuman dengan maksud yang belum bisa Wonwoo tangkap. Sesuai janji di bab kemarin, Mingyu berencana membawa keluarga meong untuk melihat kejutan atau hadiah hari jadi pernikahan yang pertama mereka.

Apalagi jika bukan rumah.

Wonwoo hanya bisa menatap penuh rasa ingin tahu. Bukan mengenai hadiah apa yang dimaksud, namun senyum penuh makna suaminya. Persis bocah, Ayah anak satu itu justru terlihat menggemaskan dari hari ke hari.

“Kenapa sih, Nda? Kok senyum-senyum gitu?”

“Pokoknya Raden siap-siap aja dandan yang cantik, Miyu juga sini Ayah dandanin.”

Miyu hanya bisa pasrah ketika Mingyu menggendongnya. Hampir menangis lantaran dijauhkan dari Wonwoo namun segera dikecup pipi bulat itu. Otomatis, Miyu tersenyum kesenangan mendapat ciuman dari Wonwoo.

“Aduh, kasur legend kita berantakan biskuit.”

“Nanti diberesin, Ayah. Btw, ini beneran nggak ada hal aneh, kan? Bukan prank, kan?”

Mingyu terkekeh, merasa gemas ketika teringat ekspresi Wonwoo saat dijahili beberapa hari yang lalu. “Nggak ih sayang, gak ada prank sekarang. Raden lupa ya Ananda kan belum kasih tau hadiah apa yang jadi surprise dulu.”

“Apa sih? Jangan bikin penasaran gini dong, Nda.”

Cup.

Bukannya menjawab, Mingyu malah asal mendaratkan kecup di bibir Wonwoo.

“Pokoknya liat aja nanti, kita pergi setengah jam lagi.”

•••

Satu jam kemudian, keluarga meong sudah harum dan rapi.

Wonwoo menuruti perintah Mingyu untuk mandi dan bersih-bersih. Lebih terlihat niat saja sih, secara selama beberapa bulan ini mereka lebih banyak main di rumah timbang keluar. Ya, jika tidak main ke kediaman Aldebaran dan main bersama Kakak Nabda.

Mingyu tersenyum puas melihat hasil jepretannya. Siapa lagi jika bukan bayi lucu yang sudah didandani ala parsel lebaran. Heboh beneran. Niatan berangkat yang cuma membutuhkan waktu 30 menit justru ngaret karena ritual norak bapak satu anak ini yang sibuk kebablasan fotoin Miyu.

Di samping tempat Mingyu berdiri, Wonwoo cuma bisa geleng-geleng kepala dan membereskan keperluan Miyu dalam diaper bag.

“Aduh, pusing kepala Ayah punya anak gadis secantik ini. Mau didandanin kayak apa juga aura Bunda Raden Wonwoonya menguar.”

Wonwoo tentu merotasikan mata, merasa geli karena Mingyu makin keju aja setiap harinya. Aneh loh, padahal zaman dulu ketika dia hamil paling lemah digombalin, sekarang setelah bayinya keluar Wonwoo jadi lebih dan makin sadar.

Maksudnya, dia gak mudah pingsan setelah mendengar gombalan dan rayuan Mingyu yang bisa bikin anak orang kelojotan. Seolah poros hidup Wonwoo berganti pada putri kecilnya yang semakin pintar. Gak nyangka dia tuh bisa melahirkan Miyu yang makin lucu itu.

“Berangkat yuk sayang, nanti kesorean malah kejebak macet di jalan.”

Miyu pun digendong Wonwoo sementara Mingyu membawa diaper bag. Setelah pamit pada Oma Jae dan Opa Yunho, mereka memasuki mobil. Wonwoo masih belum tau akan dibawa ke mana oleh Mingyu. Suaminya sama sekali gak ada kasih spoiler apapun itu sehingga Wonwoo memilih fokus untuk bermain dengan Miyu sepanjang perjalanan.

Ternyata gak membutuhkan waktu lama, mereka sampai di tempat tujuan yakni Griya GSM. Wonwoo berdecak heboh merasa rindu lantaran hampir memasuki 7 bulan gak berkunjung ke tempat dengan banyak kenangan itu.

Gak banyak berubah kok, cuma Wonwoo merasa sedikit asing karena bagaimanapun juga dia gak pernah keluar rumah. Paling ya mengitari sekeliling komplek Bintaro sektor 17 yang masih bisa dijangkau.

“Taraaaaa, nyampe deh kita.”

“Ananda kenapa gak bilang sih kalo mau ke Griya GSM? Kan Raden bisa bawain apa dulu gitu buat penghuni lain.”

Mingyu tersenyum bahagia. “Gak papa Bunda, emang mau kasih apa? Kayak sama siapa aja, mereka pasti ngerti kok kalo kita adalah orang tua muda yang sibuk ngurusin bayi.”

Iya juga sih, tapi kan Wonwoo pengin bawain makanan hasil buatan tangannya. Minimal selama Miyu udah Mpasi, dia bisa membuat sesuatu yang layak konsumsi. Jiwa istri sholeha berkembang pesat dalam tubuhnya, membuat Mingyu menjadi sosok suami juga Ayah yang sangat beruntung karena menikahi Wonwoo.

Tanpa menunggu lama, ketiganya keluar dari mobil lalu memasuki pekarangan Griya GSM. Wonwoo super exicited karena sudah lama dia menahan rindu ingin menghabiskan waktu di tempat yang sudah mempertemukannya dengan cinta sejati—Mingyu.

Benar aja, rupanya penghuni sedang berkumpul sore ini. Dino yang seperti biasa sibuk dengan gadget justru menjadi orang pertama yang menyadari. Memekik gemas ketika menemukan bayi secantik boneka ini.

“Iiiiih ponakan Om,” katanya antusias menghampiri Wonwoo. “Kalian gak ngabarin deh mau ke sini.”

“Elaaaaah tong, emang ini kostan siape kudu ngabar-ngabarin?”

“Ya, kan biar disambut meriah sama penghuni,” balas Dino gak sabar ingin menggendong Miyu. “Gembul amat sih ini pipi, gendong Om mau?”

Belum sempat Mingyu melarang, Miyu lebih dulu memberikan jawaban melalui gerakan tubuh yang maju seolah ingin digendong Dino. Wonwoo dengan senang hati memberikan si bayi yang makin berat ini berpindah posisi. Sementara Mingyu hanya bisa mengelus dada melihat kecentilan Miyu yang langsung nemplok dan memeluk leher Dino.

Anggota lain pun berdatangan, ada pasangan Seokmin dan Jisoo, Seungkwan dan Vernon, juga Jeonghan. Seungcheol selalu menjadi Bang Toyib lantaran sibuk bekerja, sedangkan Rowoon entah berada di mana. Yang pasti kehadiran Miyu menambah suasana menjadi super ramai dan hangat karena semuanya memekik penuh gemas.

“Oke gaes, karena Miyu masih bayi. Otomatis dia belum begitu familier dengan wajah kalian. Gimana kalo kita adain sesi perkenalan? Diem dulu dong diem, jangan berebut pengin gendong gitu, biar gue yang jadi moderator.”

Masih aja posesif dong si Ayah. Toh percuma karena semua manusia seolah terbawa suasana akan kegemasan Miyu dan berlomba-lomba membuatnya tertawa. Anaknya Raden Wonwoo dan Ananda Mingyu ini memang menggemaskannya minta dicintai. Setiap ketemu orang baru selalu mudah akrab bahkan gak jual mahal. Selalu memberikan respons yang diinginkan.

Dino si bungsu namun kini gak jadi anggota terkecil karena ada mahasiswa baru begitu profesional mengasuh bayi. Sedari tadi Miyu tertawa centil saat diajak main.

“Dash vroom vroom, arm boon boon
Lip go brr brr, hit the dru dru,” katanya dengan sedikit goyangan dan guncangan sampai membuat Miyu tertawa. Otomatis cuma Mingyu doang yang gak bisa menikmati suasana yang hangat ada.

Oke, sabar Yanda.

Ini risiko punya bayi dengan visual juwarak yang gemesnya tiada dua.

Buktinya Wonwoo di sampingnya, berdiri dengan air mata berkaca-kaca. Sensitif hatinya melihat orang-orang mencintai sang putri.

“Nah, Miyu. Yang barusan bikin Miyu ketawa dan lagi gendong namanya Om Dino. Batir Ayah dari Pantura nih. Status..., masih jomblo kan, tong? Ah, iya. Dari dulu mainannya game Hayday mulu.”

Seperti orang dewasa, Miyu mendengarkan dan pasrah saat Dino mencubit pipinya. Lalu perkenalan berganti pada pasangan bule dan kekasih semoknya yang sedari tadi puasa suara. Aslinya ingin berteriak namun tau diri karena mengganggu penghuni lain. Seungkwan cuma bisa menciumi pipi Miyu sampai si bayi geli.

“Miyuuuu, ini Ateu Kwanie. Dulu temen mainnya Bunda kamu loh, zaman Bunda Raden masih suka naik motor. Haduh, gak nyangka gue Kak lo bakalan punya anak secantik ini.”

Mingyu membela, “liat dong sekarang gimana, masih cantik dan nambah cantik, kan? Iyalah. Istri Ananda Mingyu punya.”

Semoga gak ada azab suami jumawa ya Tuhan. Wonwoo berdo'a dalam hati karena belum rela ditinggalkan oleh Mingyu saat Miyu masih kecil.

“Kalo ini nih, Om Vernon yang dulu Miyu centilin itu. Inget gak?”

Vernon meringis, terdesak oleh tatapan Mingyu juga Seungkwan yang mendadak salty dengan kenangan saat Wonwoo hamil besar.

“Hai Miyu pretty, dulu pas di perut Bunda kamu pretty, sekarang makin pretty.”

Miyu tersenyum, bahkan dari senyumnya kelihatan malu-malu. Astaga, seriusan nih bayi 6 bulan begini? Cuma turunan Ananda doang emang, Vernon yang melihat malah degdegan karena boneka gembul itu mengedip lucu. Seolah jatuh cinta untuk yang kedua kali.

“Udah lo ya jangan kelamaan liat anak gue. Mata dijaga itu mata!”

“Bebeb ih!” Seungkwan memukul bahu dan Vernon meminta maaf. Seolah kenangan zaman memijit kaki bengkak Wonwoo saat insiden remote televisi kembali teringat.

Setelah itu baru berganti pada 3 penghuni lain. Yakni satu korban keganasan pacar dan dua provokator penyebaran video centil Wonwoo saat mengandung dulu. Seokmin main nyelonong menggendong Miyu dari Dino dan seperti yang diduga, respons yang sama yakni Seokmin mendapat pelukan erat di leher.

Baby???? Uncle dipeyuk ya, sayang? Haduh, kamu kok sweet sih.”

Mulai deh orang lebay berdatangan. Tapi dilihat-lihat, postur si supir ojek online ini keliatan oke punya saat menggendong Miyu. Ibarat pose saat pemotretan keliatan lebih manly. Emang sih, Mingyu akui saat menggendong bayi apalagi bayi perempuan dan pamer di depan orang-orang tingkat kegantengannya meningkat pesat.

Seokmin jadi pengin bikin satu, gimana caranya ya bisa selucu Miyu? Adonannya apa?

“Hai baby girl, ini Aunty Jichu. Kalo yang ini Ateu Hani.”

Mingyu berniat balas dendam. “Itu loh sayang, Aunty Jichu yang dulu menuduh suara Bunda dan Ayah waktu bikin kamu mirip cicit tikus.”

Jisoo merona, malu karena saat itu dia masih terlalu polos alias belum mendapat edukasi dari Seokmin. Kalo sekarang? Beuh, jangan ditanya. Sejak cowok mancung berdarah Kalimantan ini wisuda, tingkat kedewasaannya meningkat. Mereka jadi sering berhubungan badan dan Jisoo juga sadar bahwa desahannya gak ada beda dengan milik Wonwoo.

“Maaf ya, kan Aunty gak tauuuu. Dulu Uncle Omin masih cupu, belum berani nakal-nakal.”

“Heh kamu kok sembarangan sih ngomong depan bayi. Kasian tau Miyu masih kecil dikasih denger kalimat begitu.”

Wonwoo pun mendapat teman baru yang sepemikiran yakni Jeonghan karena mengkhawatirkan akan dampak jika asal bicara. Jisoo lagi-lagi meminta maaf dan takjub melihat Miyu dengan antengnya memeluk Seokmin.

Kalau boleh jujur, Mingyu cemburu. Serasa memiliki kekasih yang terlalu sering pamer pesona pada orang lain. Padahal itu yang dirasakan Wonwoo selama ini. Apalagi jika masalah kaum hawa, makanya karma datang melalui Miyu yang merasakan situasi serupa.

“Miyu inget gak Uncle sini siapa?” Wonwoo datang menghampiri Seokmin, membuat Miyu di pangkuan bergerak heboh dan mendapat ciuman gemas dari dominan berhidung mancung itu.

Jisoo menambahkan. “Maaf ya Miyu, dulu Aunty sama Ateu Hani gak sengaja cemburu karena liat Bunda kamu sama pacar-pacar kami. Gak maksud apa-apa kok.”

“Tau nih, Miyu. Masa Uncle dulu dikira selingkuh sama Bunda kamu?” Seokmin manyun tapi sedetik kemudian tersenyum. “Padahal kan kalo belum dihalalkan Yanda kamu, Uncle mau nikung.”

Sontak seluruh pasang mata kecuali Wonwoo dan Miyu menatap gak percaya. Seokmin berikan penjelasan. “Bercanda elaaaaah, gue juga udah punya calon kali. Nanti mau nabung dulu hasil ngojek.”

Yang dimaksud cuma bisa tersipu malu sedangkan manusia yang ada di sana sibuk tertawa. Kecuali Mingyu karena dia gregetan liat Miyu diciumin terus sama Seokmin. Maklum, Uncle ganteng satu ini gak tahan gemes. Bahkan niatnya setelah menggendong Miyu akan membeli parfum atau piranti bayi yang memiliki aroma senada.

Sementara pemeran paling dominan di ff ini dan kandidat yang membuat Mingyu tersaingi datang juga. Baru selesai mandi, terlihat dari basah rintik air yang bermuara dari rambut hitamnya, Rowoon menuruni tangga dengan wajah rupawan. Menepuk tangan seolah mengerti bagaimana cara membuat Miyu langsung hiperaktif ingin digendongnya.

Benar aja dong, bahkan sampai ada pekikan gak sabar dari bayi usia 6 bulan itu ketika Rowoon merentangkan tangan.

“Nah loh, dateng juga kan. Miyu ketauan bucin Uncle Roun kan.”

Mingyu meringis mendengar penuturan Wonwoo yang terpesona melihat Rowoon menggendong dan langsung dipeluk tangan kecil Miyu. Kalo sama Rowoon jangan ditanya deh ikatan apa yang terjalin di antara keduanya. Karena Miyu begitu lengket juga penuh ekspresi.

Bukan berarti dengan Mingyu gak ada ekspresi, cuma si Ayah yang menghabiskan waktu lebih lama kadang gak sampe mendapat perlakuan menggemaskan dari anaknya. Wonwoo gak tega, mengelus punggung Mingyu yang bergetar menahan kejamnya kenyataan.

“Ponakan kesayangan Uncle Roun, kangen banget deh sama pipi embemnya,” Miyu pun menepuk-nepuk hidung mancung Rowoon seolah mengajak bermain pamannya yang ganteng itu. “Tumben kalian mampir bawa Miyu?”

“Iya, Mas. Ananda yang ngajakin katanya mau main udah lama.”

Benar juga, mumpung Miyu sibuk dengan Om-omnya, kenapa gak gunakan waktu untuk Mingyu berikan kejutan aja? Walau gak tega ninggalin, tapi jika ada Rowoon dia sedikitnya lega.

“Mas, nitip Miyu sebentar ya? Nih diaper bagnya, ada biskuit juga. Kalo nangis telepon aja, gue mau ke sebelah dulu. Yuk, sayang.”

Wonwoo belum mengerti dan gak tega meninggalkan Miyu menatap meminta jawaban. Namun nihil sis, tanpa bisa ditolak Mingyu langsung menuntun tangan Wonwoo keluar dari Griya GSM.

“Nda, Miyu ditinggalin sendiri kalo ngamuk gimana?”

“Gak akan sayang, paling juga sibuk main dan gak inget kita pergi.”

“Tapi kita emang bakalan pergi ke mana sih? Jangan jauh-jauh ya, Raden gak mau terpisah lama dari Miyu.”

“Iya Bundaku, santai ajah. Nih bentar lagi sampe.”

Emang cuma sebentar kok, mungkin cuma lima belas langkah karena tempat yang dituju persis samping Griya GSM. Rumah kosong tingkat dua yang rapi seperti baru saja diperbaiki. Wonwoo bertanya-tanya mengapa suaminya mengajak pergi ke rumah orang.

“Sandalnya pake aja sayang, banyak debu.”

“Gak sopan, Nda. Nanti yang punya rumah malah marah gimana?”

“Nggak kok, kenapa kita harus marah ngotorin rumah sendiri?”

“Maksudnya?”

Pertanyaan Wonwoo bertepatan dengan pintu mahogany yang kuncinya dibuka. Wonwoo masih menatap belum mengerti rumah yang belum ada banyak perabotan ini.

“Selamat datang di rumah kita sayang, ini hadiah yang Ananda maksud kemarin.”

Baru ketika Wonwoo melihat wajah antusias Mingyu, dia merasa lesakan emosi perlahan memasuki dada. Matanya berkaca-kaca ketika mendengar kembali kalimat bahwa rumah besar ini adalah rumah mereka.

“Nda..., ini b-beneran?”

Mingyu mengangguk, Wonwoo menghambur untuk memeluk. Akhirnya, setelah menunggu berbulan-bulan dengan ikut bersama orang tua di Bintaro, keluarga mereka memiliki hunian juga. Memiliki tempat untuk pulang juga.

“Ih, Bunda nangis? Yah, Ananda lupa gak bawa kamera dong. Harusnya diabadikan momen berharga ini.”

Wonwoo sesenggukan dalam pelukan, enggan menunjukkan wajahnya yang merah lantaran air mata sangat sulit ditahan. Ya, gimana nggak. Rumah adalah impian terbesar Wonwoo dan orang yang dia sayangilah yang mengabulkan permintaan itu.

Gimana Wonwoo gak makin sayang sama Mingyu coba?

“Ndaaaa, ini bukan mimpi, kan? Raden gak halusinasi sendirian, kan?”

Mingyu ikut terbawa emosional. Dia gak nyangka jika respons Wonwoo akan begitu berharga karena menangis tersedu-sedu. Serasa dihargai, perjuangan Mingyu membuat orang terkasih bahagia berhasil bahkan diakui.

“Maaf ya terlambat. Raden pasti udah nunggu rumah ini dari lama.”

Wonwoo diam gak merespons, masih diliputi rasa haru atas kebahagiaan yang diberikan oleh Mingyu.

“Udah sayang, masa nangis terus sih. Mau jalan buat liat-liat?”

Mengangguk cantik sebagai jawaban, Wonwoo pasrah saat genggaman tangan Mingyu membawa mengitari rumah yang sudah dibeli sejak sebulan yang lalu. Memang belum sepenuhnya terbayar dengan uang sendiri karena ada bantuan Encang Ceye juga Bapake Yongki yang ingin membantu. Namun, Mingyu berjanji untuk melunasi kekurangan itu meskipun dua orang tua terkasihnya sudah merelakan.

“Kita mulai semuanya pelan-pelan ya, Raden. Nanti Ananda nyicil barang-barang dan kita bisa segera menghuni rumah ini.”

“Anandaaaa,” Wonwoo menangis lagi, memeluk tubuh suaminya penuh rasa syukur. “Makasih banyak ya. Raden gak tau gimana cara membalas perjuangan Ananda selama ini. Rasanya gak pernah setimpal karena cuma Ananda yang selalu memberi dan berusaha membahagiakan keluarga kecil kita.”

“Mulai deh Bunda lupa ingatan,” dia kecup kening Wonwoo. Menepuk punggung istrinya yang sesenggukan. “Ini semua gak sebanding dengan pertaruhan nyawa Raden setiap mengandung anak kita. Raden udah kasih Ananda Miyu yang super lucu. Bahkan rumah yang bernilai ini gak ada harganya karena perjuangan Raden lebih di atas segalanya.”

“Nggak, sayang. Raden masih jauh dari kata pantas untuk mendapatkan ini.”

“Ih, gak like ah Raden merendah,” Mingyu manyun, menangkup pipi Wonwoo yang merona. “Kalo Raden terus-terusan begini, ganti sebagai bayarannya bikin adek buat Miyu sebanyak-banyaknya aja ya? Sanggup kan bikin rumah luas ini rame sama suara anak kita?”

Wonwoo mengangguk antusias. Berapapun anak yang Mingyu mau dia akan turuti bahkan jika harus membuat kesebelasan sekalipun. Bahkan jika harus hamil setiap setahun sekalipun Wonwoo gak masalah. Dia sudah memberikan seluruh diri dan hidupnya pada cowok berdarah Tegal itu.

Apapun dan berapapun akan Wonwoo berikan untuk membuktikan rasa cintanya.

“Makasih banyak Ananda, Raden bahagia. Sangat bahagia.”

“Ananda juga berterima kasih karena Raden udah mau sabar,” Mingyu membenarkan letak poni Wonwoo yang berantakan. “Jika dulu cuma Raden, sekarang ada Miyu juga yang menjadi alasan. Di mana kalian berdua adalah rumah untuk Ananda pulang.”

Wonwoo tersenyum manis. “Pulang ya? Jadi inget waktu Ananda nyuruh Raden pulang ke hati Ananda. Sekarang Raden sadar, betapa berharganya memiliki Ananda sebagai tempat untuk Raden jadikan rumah.”

“Dan rumah ini akan memfasilitasi banyak kenangan agar kita selalu merasa dekat, Raden.”

Memang benar, bukan wujud yang Wonwoo maksud sebagai rumah. Bangunan ini tampak sebagai hunian yang akan menyimpan sejuta cerita, namun sesungguhnya alasan dua insan yang saling mencintai ini merasa nyaman dan pulang justru karena diri masing-masing. Karena pelukan dan kasih sayang masing-masing.

Sebagai orang tua, Wonwoo dan Mingyu berharap jika sosok mereka akan menjadi rumah untuk Miyu dan adik-adiknya pulang. Untuk kembali mencipta kenangan yang lengkap akan kenyamanan juga kebahagiaan.

•••

Setelah mendapat kejutan berupa rumah, tentu Wonwoo semakin banyak alasan untuk mencintai Mingyu.

Karena kucuran cinta tidak berhenti sampai di situ, namun juga kualitas waktu yang diberikan khusus berdua. Sebagaimana seorang pasangan yang membutuhkan privasi, Mingyu mengajak Wonwoo berkencan. Ya, hanya menonton film di bioskop juga pergi ke tempat yang penuh kenangan.

Sementara Miyu diambil alih oleh Opa dan Omanya yang dengan senang hati mengasuh. Sejak memasuki Mpasi, kuantitas Miyu untuk menyusu memang tidak segila beberapa bulan sebelumnya, beruntung juga Miyu mau bekerja sama meminum ASI perah.

Entahlah, Wonwoo gak tau kenapa Miyu jadi susah untuk nenen. Sebab setiap waktu minum tiba, bukannya menikmati susu, bayi gembul itu malah menggigit putingnya. Tentu Wonwoo terkejut sampai menangis kesakitan. Gigitan monster ASI cilik itu sungguh bertenaga, melebihi hisapan Bapaknya yang bernama Ananda.

“Nda, pulang yuk. Raden gak enak nih perasaannya.”

Usai mampir di toko buku untuk mencari buku parenting, Wonwoo mengajak Mingyu pulang karena sedari tadi hatinya sesak tanpa sebab. Mungkin insting Ibu kali ya, karena meski sudah terbiasa ditinggal setengah hari, kali ini terasa berbeda. Seperti fokus Wonwoo tertuju hanya pada Miyu saja.

Dia mencoba menelepon Daddy Yunho atau orang rumah. Namun tak kunjung diangkat dan menambah rasa penasaran juga khawatir Mingyu yang menyetir.

“Nggak apa-apa kok, Miyu mungkin cuma nangis aja. Hari ini kita cuma pergi 4 jam gak selama kemarin.”

“Tapi, dada Raden sesek, Nda. Takut aja Miyu kenapa-napa. Mana dari semalem cranky banget, disuruh nenen gak mau. Ludahnya makin banyak, kasian.”

Kayaknya gak asing deh gejala itu, Mingyu seperti pernah mendengar dari Dokter Yoona mengenai tanda-tanda namun lupa apa tepatnya. Dia pun memilih fokus menyetir hingga sampai sedetik kemudian.

Benar aja, keadaan rumah Bintaro cukup chaos karena terdengar suara tangisan Miyu hingga ke ambang pintu. Wonwoo sigap berlari, menghampiri gadis cantiknya yang tantrum menjelang malam hari.

“Sayang, cup cup cup. Bunda pulang yaaaa, udah jangan nangis. Maaf tadi pergi sebentar.”

“Miyu kenapa, Pa?”

Mingyu datang mengelus punggung Miyu dan menunggu jawaban Papa mertua yang cukup kewalahan karena amukan Miyu sulit diredakan.

“Dari semenjak bangun sejam tadi udah keliatan rungsing, Papa gendong Miyunya gak mau berhenti ngerengek. Agak demam deh tubuhnya.”

Wonwoo bisa merasakan panas itu, jelas khawatir karena putri cantiknya adalah anak pintar yang tidak pernah menangis hingga seheboh ini. Bahkan dua minggu lalu saat bermain di Griya GSM Miyu bermain dengan Om-omnya.

“Demamnya tinggi juga ya. Apa kita mau ke Dokter aja sekarang?”

Wonwoo sama sekali gak fokus, hanya bisa menahan tangis karena Miyu menangis sampai suaranya habis.

“H-hape Raden di tas, Nda. Tolong ambil dan telepon aja.”

Sementara sang Ayah sibuk menghubungi, Wonwoo dengan penuh kasih sayang Ibu menyenandungkan lullaby dan elusan sayang agar Miyu tenang. Meski gak berhasil 100 persen, namun tangisan yang perlahan mereda membuat hatinya lega.

Ibu mana sih yang tega melihat anaknya demam hingga menangis heboh seperti ini?

Kalaupun iya Miyu sakit, Wonwoo cuma ingin segera membawa anak cantiknya menemui Dokter Yoona. Gak kebayang sekacau apa tangisan Miyu selama sejam yang lalu saat dia dan Mingyu pergi. Jujur, karena hal itu Wonwoo merasa bersalah.

“Nda gimana?”

“Dokter Yoona ada di rumah, katanya datang aja. Ya udah Raden, Ananda bawa selimut buat Miyu dulu ya.”

Wonwoo mengangguk, masih mengecup puncak kepala Miyu yang panas dan berdo'a.

“Semoga Miyu cantikku gak papa, Tuhan.”

•••

Ututu kasian Miyunya Ayah Nda, tanda-tanda numbuh gigi susu atau apa ya? Wkwk

Gak kerasa udah bab 25 aja, kalo ff saya yg lain mungkin akan ada beberapa chapter lagi menuju tamat. Apakah di sini harus ditamatkan segera juga?

Gimana ya, sayangnya saya masih pingin ngehalu keluarga meong ini. Mungkin sampe baby-babynya Raden Ananda tumbuh besar. Yang artinya bakalan tembus banyak chapter.

Masalahnya cuma satu, apakah aunty-aunty sudah ada yang bosan? Sudah tergeser oleh pesona Kakak Raja di lapak sebelah?

Semoga masih ada yang mau baca ya, tolong sayangi keluarga meong ini juga. Jangan dilupakan gitu aja (・´з'・)

Oh iya, untuk sebutan Aunty/Ateu/Bunda/istri pada pihak submisif di sini gak ada maksud untuk missgendering dan lain2 kok. Ini dilakukan demi kebutuhan plot belaka, jika gak berkenan, saya mohon maaf. Maaf apabila kurang nyaman 🙏

Btw selamat membaca 💚💜

Love,

Yoon Kangkung 😘

Continue Reading

You'll Also Like

149K 15.2K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
66.3K 6.7K 20
Romance story๐Ÿค Ada moment ada cerita GxG
71.4K 7.3K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
75.8K 6.7K 41
ยฐ WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ยฐ โ€ข Brothership โ€ข Friendship โ€ข Family Life โ€ข Warning! Sorry for typo & H...