[✓] Kakak + Day6

fnza19 tarafından

274K 27.9K 5.3K

Menjadi satu-satunya perempuan dalam keluarga Aksara tak lantas membuat Jinara diperlakukan bagai ratu oleh k... Daha Fazla

Revisi
Aksara bersaudara!
Dongeng Masa Kecil
Para Abang bersatu
Rencana terselebung
Jalan-jalan
Kebenaran?
Sendiri
Ingatan yang hilang?
Perlahan
Calon ibu
Pangeran Dani?
Hilang!
Mencari Jinara
Diculik
Kehilangan Jinara
Wilnan dan Dava
Penculikan Aksara Bersaudara
Sebuah fakta
Memori
Seperti dulu
Drama
JEPANG, KAMI DATANG!!!
Bukan Bunda!
Bertamu
Bertemu
Jalan malam
Reuni bersama bunda
Kencan (+8 stalker)
Kencan (+8 stalker) part 2
Salam perpisahan kita
Khawatir
Mantan
Jayandra vs. Jinara
Gibah dan Nostalgia
Wisuda
A few years later
We will go home together, with you
Lamaran
Mantan Dava?
SAH
Day6 series

Selamat datang kembali, Ayah.

4K 560 174
fnza19 tarafından

Mahendra membuka perlahan kedua matanya saat cahaya matahari menyoroti wajahnya. Ia mengerjap pelan kemudian menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya kembali untuk mengurangi sesak yang ia rasakan. Hal yang pertama kali ia lihat adalah jendela besar yang menampilkan matahari terbit dan burung-burung berterbangan, tak lama, sebuah senyuman merekah di wajahnya karena merasa beban yang ia tanggung terangkat.

"Mahendra? Kau sudah bangun?" Tanya Minara yang sedang mengupas apel, Mahendra menoleh dan mendapati wajah istrinya itu terlihat terkejut. "Mi..na?"

Minara tersenyum dan mengangguk. Ia kemudian menyimpan apel dan pisaunya lalu berjalan menghampiri Mahendra. Wanita cantik itu membungkuk dan mengecup dahi Mahendra."I'm back, dra."

Mahendra memandang tidak percaya dan kemudian setetes air mata mengalir dari kedua matanya. Namun Minara langsung mengusapnya dengan lembut. "Apa ini sungguh?"

"Iya, ini aku." Jawab Minara. "Aku masih hidup. Surprise."

Mahendra tersenyum haru dan menangis, Minara kembali membungkukkan badannya dan mencium Mahendra. Menyalurkan semua perasaan yang telah lama menyakiti nya. Mahendra perlahan membalas ciuman itu dengan lembut, keduanya terlarut dalam perasaan rindu yang perlahan pudar. Perasaan yang telah lama hilang itu muncul kembali dan setetes air mata kembali menitik dari mata Mahendra karena ia sangat bahagia.

"BUNDAAAAAAAAAAA." teriakan dari luar mengejutkan keduanya dan membuat ciuman keduanya terlepas.

Minara buru-buru merapihkan rambutnya dan berdiri setenang mungkin agar anak-anaknya tidak curiga sedangkan Mahendra hanya terkekeh pelan.

BRAK

Pintu di dobrak oleh si bungsu menggunakan tenaga dalam membuat orang yang berada di dalam ruangan itu berjengit.

"Jinara, pelan pelan, nak! Lupa kalau ayah mu masih sakit!" Tegur Minara, sedangkan Jinara masuk ke dalam dengan muka cemberut dan menghentakkan kakinya. "Bunda, Bang Key tuh!!" Tunjuk Jinara ke ambang pintu, di sana sudah ada Key yang berdiri dengan tenang.

"Kenapa lagi?" Tanya Shaka yang baru saja bangun dari tidurnya. Ia terbangun karena suara teriakan Jinara dan gebrakan pintu, padahal ia baru saja tidur.

"Jinara bisa tidak sih sehari aja gak ngerusuh?" Omel Dava dengan suara serak khas bangun tidurnya. Ia dan Shaka baru tertidur setelah shift jaga mereka.

"Kenapa?" Tanya Minara gemas karena Jinara mengganggu waktu berduanya dengan sang suami. "Habis darimana kamu? Bukannya istirahat, demam kamu tuh belum turun, nak."

"Tadi kan Bun, kita itu ke bagian khusus ibu hamil dan anak." Jinara mulai bercerita.

"Terus kenapa?" Tanya Dava dengan malas.

"Ngapain kamu kesana? Cek kandungan?" Sarkas Jay yang baru saja datang bersama Wilnan dengan makanan dan kopi di tangan mereka.

"Ngapain sih? Mulai deh random nya."

"Aku tuh lagi jalan-jalan." bela Jinara saat ia malah dipojokkan oleh para kakak menyebalkan nya.

"Mana ada jalan-jalan, lagi sakit juga". Sanggah Key kemudian duduk di sebelah Dava.

Kelima kakak Jinara itu duduk berjajar sembari memakan makanan yang tadi Jay bawa. Sedangkan Jinara berdiri sembari menjelaskan ceritanya pada para kakaknya itu. Di sisi lain Minara mendengus dan duduk di  samping Mahendra sembari kembali mengupas apel.

"Terus kenapa?"

"Terus yah Bun, aku ikut duduk sama ibu-ibu hamil terus tanya-tanya. Tentang kehamilan, bagaimana cara hamil terus gaya apa sih tadi Jinara lupa namanya. Jinara dapet banget banyak ilmu. Di sana tuh aku disangka lagi hamil muda padahal nggak tuh. Para ibu-ibu tuh ngasih tips katanya cara memuaskan suami saat hamil. Aku kan jadi penasaran dan mau punya suami biar ilmu nya tersalurkan."

Semuanya langsung menghela nafas, memang pikiran Jinara itu sulit ditebak. Entah apa yang dia pikirkan sampai-sampai melakukan hal konyol seperti itu. Sedangkan Jay langsung tersedak kopi saat mendengar perkataan Jinara yang sedikit vulgar itu.

"Kenapa kamu nanya kek gitu sihhh? Ada-ada saja." Ucap Shaka.

"Gaya apa hayo? Sini abang jelaskan lebih lanjut, lebih lengkap loh." Sambar Key, ia melambaikan tangannya pada Jinara dan memberi kode jika sang adik harus menghampirinya. Selesai mengatakan itu, Key langsung ditimpuk oleh bantal. Yang paling kencang itu Shaka, karena tidak rela Jinara dinodai oleh pikiran kotor nya Key.

"Key jangan mulai. Mau dibetot pakai gaya, apa?" Tanya Shaka galak disertai dengan pelototan menyeramkan.

"Tiba-tiba..-"

Semuanya kembali terdiam, membiarkan Jinara selesai bercerita dengan mata tetap mengawasi Key agar tidak berbicara sembarangan.

"Ada satu orang perempuan, cantikkkk banget. Mantannya Bang Key ternyata, namanya Mbak Irene."

"Yang mana sih?" Tanya Wilnan bingung karena mantan Key sangatlah banyak dan jikalau dikumpulkan bisa mencapai satu kelurahan.

"Gak tahu, saking banyaknya mantan key gue lupa." celetuk Jay.

"Aaaaaa gue inget, yang mantan terindah Bang Key kan? Yang Bang Key ditinggalin soalnya waktu itu dia masih burik?" Tebak Dava membuat Jinara mengangguk semangat.

"ENAK AJA GUE DIPANGGIL BURIK," seru Key tak terima.

"Ahhh gue inget, yang gara-gara putus dia, Key galau sebulan?"

"ELAH BANG, KOK YANG LO INGET CUMAN BAGIAN ITU?"

"Terus terus?"

"Mbak Irene ini ternyata lagi cek kandungan. Padahal belum nikah kan yah, aku jadi bingung sendiri, terus dia nanya ke Jinara."

"Irene kan gak kenal kamu kalau gak salah, kok bisa nanya kalau gak kenal? Terus kamu tahu darimana dia belum nikah?" Tanya Wilnan.

"Iiii kan tadi aku tanya tanya. Terus gibah deh."

"Dia nya nanya apa?"

"Udah berapa bulan? Gitu.."ucap Jinara menirukan gaya bicara Irene.

"Lo jawab apa?"

"Gak dijawab, soalnya bang key tiba-tiba datang. NAH DISINI NIH BAGIAN NYEBELIN NYA!!"

"GIMANA GIMANA?" Tanya Jay bersemangat jika berhubungan dengan keributan. Sebagai manusia penikmat keributan, ia sangat menantikan adanya adegan baku hantam, terlebih sang adik bungsu yang barbar sekali seperti banteng mengamuk.

"BANG KEY DATANG, NARIK AKU TERUS USAP PERUT AKU TERUS BILANG 'ADEK SAYANG, SURUH BUNDA PULANG DULU YAH, KAN BUNDA LAGI SAKIT' GITU COBA. AKU KAN JADI GELI SENDIRI, KALAU SAMA KAK YUKO MAH YAH TIDAK APA-APA." seru Jinara kesal.

Semuanya langsung tertawa terbahak-bahak. Terutama Jay yang sepertinya puas menertawakan Jinara dan Key.

"TERUS MBAKNYA NANYA, 'KEY INI SIAPA?' ALA SINETRON GITU. DAN KALIAN TAU BANG KEY JAWAB APA?"

Mereka menggeleng kompak. "APA APA?"

"SI ABANG JAWAB GINI, 'ISTRI GUE' TERUS CIUM JINARA COBA. PIPI AKU SUDAH GAK POLOS LAGI POKOKNYA AAAAAAA JINARA KESEL. KAK YUKO MAAFKAN CALON ISTRI MU INI."

"HAHAHAHA BALAS DENDAM KE MANTANNYA GITU BANGET SIH ANJIR KEY HAHA."

Key di ujung sana hanya tersenyum kalem, dan menikmati secangkir kopinya dengan tenang. Dalam hati ia malah tertawa puas karena merasa senang berhasil membalaskan dendam walaupun Jinara menjadi umpan. Ya habis, dendam dan rasa sakit itu masih membekas sampai saat ini.

"Terus terus ceweknya gimana?"

"NAH YAH, SI MBAKNYA TUH NAHAN NANGIS GITU TERUS MINTA MAAF KATANYA NYESEL, MAU NGAJAK BALIKAN. TAPI AKU KAN JUGA MAU IKUTAN KESERUAN, ENAK SAJA ABANG AKU DIGITUIN, DULU NINGGALIN EH SEKARANG KOK GAMPANG BANGET NGAJAK BALIKAN"

"Nge-drama kamu?" Tebak Wilnan, Jinara mengangguk semangat.

"AH GUE NYESEL GAK DISANA. PASTI SERU"

"TERUS AKU BILANG DEH 'LO JADI CEWEK KEGATELAN BANGET SIH,SINI GUE GARUKIN' EH JINARA MALAH DITAMPAR. KESEL GAK TUH!! BANG KEY BUKANNYA BELAIN AKU MALAH KETAWA! BAYANGKAN GIMANA PERASAAN JINARA DISANA. TERUS, KAKEK NIEL DATANG..-"

"HAHAHAHA."

"TERUS TERUS?"

"KAKEK NIEL BILANG, 'JINARA UDAH DIPERIKSA? INGAT ISTIRAHAT' DAN ITU MEMBUAT SEMUANYA RUNYAM. AAAA KESEL POKOKNYA. TERUS BANG KEY BILANG GINI, 'UDAH KEK, SI KEMBAR SEHAT KOK', KE HALU AN MAS JUNA INI SUDAH MELEBIHI AKU LOH. APANYA YANG KEMBAR SIH KESEL AKU TUH."

"HAHAHAHAHAHAHAHA KEY SURAM."

"TERUS IBU-IBU DI SANA TUH PADA LIATIN GITU, KAN AKU MALU. TERUS AKU LANGSUNG BALIK KANAN BUBAR JALAN KAN, EH SI MAS BIAN INI MALAH TERIAK 'SAYANG TUNGGU', APAAN BANGET KAN."

"JANGAN PANGGIL GUE BIAN, JINARA. KEY, JUNA ATAU KEYANDRA. NOT BIAN ATAUPUN SABIAN!!"

Semuanya tertawa terbahak-bahak, dan Minara yang diam memperhatikan langsung tersenyum. Sudah lama ia tidak melihat keceriaan dan kebahagiaan anak-anaknya secara langsung. Minara menoleh ke arah Mahendra, dan suaminya itu ternyata sedang tertawa geli mendengar cerita Jinara.

"Jinara? Gak akan ketemu ayah dulu? Saat malam menangis, sekarang malah dicuekin." celetuk Minara membuat cerita Jinara terhenti. Si bungsu itu menoleh, "Emang ayah sudah sadar, bun?"

"Udah lah, kamu daritadi teriak kenceng banget ayah mu jadi bangun nih"

Aksara bersaudara dengan segera bangkit an menghampiri Mahendra, mereka mengelilingi tubuh sang ayah dan menatap pria itu haru juga bahagia. "AYAHHHHHHHHHH WELCOME BACK" seru mereka berbarengan.

Minara menjitak kepala anak-anak menggunakan gelas plastik yang ada di sana. "Kalian tuh, ayah masih sakit udah teriak teriak!"

"Sakit Bunda." Keluh Jay yang mengusap dahinya yang baru saja terkena jitakan gelas dari sang ibu.

"Makanya kalem dulu dikit astaghfirullah. Anak siapa sih kalian?"

"Anaknya Bu Minara sama Pak Mahendra lah, siapa lagi?"

Mahendra terkekeh, kemudian mencoba untuk bangkit dan duduk. Shaka langsung membantu sang ayah untuk duduk dan bersandar. Mahendra menatap satu persatu wajah anak dan istrinya itu dengan tatapan haru dan tak percaya. "Ayah gak mimpi kan? Kalian ada disini?"

"Yang masih mimpi tuh Jinara yah, terus saja berhalusinasi ingin menikah muda." jawab Dava tajam."Dan baru kali ini gue lihat orang mimpi tapi belum tidur."

"Iiii biarin, daripada yang halu ngaku-ngaku punya istri sama anak kembar!" Sindir Jinara pada Key yang kini mendelik di tempatnya berdiri.

"Gak yah, ini emang kita. Sebenernya apa yang ayah denger itu gak bener. Itu adalah bagian dari rencana, maafkan kami, Ayah." jawab Wilnan yang sepertinya sedang waras. Ia memandang ayahnya itu dengan wajah penuh rasa bersalah.

"Tapi..- berita..-"

"Itu hoax yah, kayak status Jinara sama Yuko." Celetuk Jay yang mengibarkan bendera perang pada si bungsu.

"AKU DIAM LOH BANG JAYANDRA, KOK ANDA MEMANCING KERIBUTAN YAH?" Sewot Jinara kesal yang membuat Minara dengan segera membekap mulutnya agar tetap diam dan tidak berisik.

"kita akan ceritakan semuanya asal ayah sembuh dulu." ucap Shaka sembari tersenyum.

"Ayah, jangan stress lagi. Kasian Bang Jay merasa tersaingi kalau ayah stress. Biarin aja Bang Jay stress sendiri ayah jangan." Ujar Jinara sedih.

"MULAI DEH JINARA, MULAI NGAJAK RIBUT."

"KAN ABANG DULUAN YANG TADI MANCING."

"Boleh ayah peluk Jinara?" Tanya Mahendra tiba-tiba yang menghentikan perdebatan yang dilakukan oleh Jinara dan Jay.

Jinara memeluk Mahendra dengan erat dan meletakkan dagunya di pundak sang ayah. "Boleh dong yah, ayah rindu aku? Hmmmm aku sudah ada di sini kok, jadi ayah tidak perlu khawatir lagi."

"Ayah sayang kamu, maafkan ayah yah nak.."

"Aku maafin asal restuin aku sama Kak Yuko yah, ayahku yang ganteng tapi bohong."

Mahendra terkekeh dan mengusap kepala Jinara lembut. Merasa tak percaya jika anak bungsunya itu masih hidup dan ada di depannya. "Jinara beneran mau menikah?" Tanya Mahendra

"GAK AYAH, ITU MAH KE HALUAN JINARA AJA." Seru Jay.

"Semua orang juga mau nikah atuh ayah." Jawab Jinara. Ia melepaskan pelukannya lalu memandang sang ayah dengan tatapan memelas.

"Ayah belum setuju..-"

"WEYYYYYY AYAH DI PIHAK KITA. HAHAHA DENGER TUH "

"WELCOME TO PROTECTIVE SQUAD DAD!!"

" yaudah aku sama bunda mau pulang aja ke Jepang." Jinara merajuk dan kemudian ia mendekat menuju Minara.

"Ayah restui kamu nikah kalau udah umur 20 tahun..-" jelas Mahendra dengan nada tak rela, apalagi anaknya baru berusia 17 tahun dan perjalanan hidupnya masih panjang. Tapi rupanya, si bungsu memang bercita-cita menikah muda.

"Iya ayah," Jinara lebih baik menurut saja daripada kondisi ayah nya semakin memburuk. Mengalah sekali bukan berarti kalah kan? Dan para kakaknya sudah menyeringai penuh kemenangan, membuat Jinara hanya mendengus pasrah.

"Yuko mana si?" Tanya Mahendra bingung.

"Itu loh, anaknya Yuta." jawab Minara sembari menyiapkan bubur untuk sarapan Mahendra

"Ahhh Yuko itu, kirain siapa. Yang waktu kecil pernah bawa Jinara main di comberan itu?"

"Iya, cuman Dava dulu kan galak banget makanya langsung dipisah."

"Ayah kenal?" Tanya Jinara antusias.

"Dulu pernah ketemu beberapa kali..-"

"Berarti ayah tahu, kan? Menurut ayah gimana?"

"Tahu, hmmm menurut ayah gak gimana-gimana." Jawab Mahendra santai dan membuat si bungsu menatapnya datar tanpa mau bertanya lebih lanjut. Malas rasanya jika hanya ia yang antusias seorang diri.

"Bunda, Paman Dani mana?" Tanya Jinara lalu tangannya menyomot sepotong apel yang ada di piring.

"Mengurus sidang Citra," Jawab Minara.

Jinara mengangguk mengerti, Citra memang sudah ditangkap oleh polisi dan terkena pasal pembunuhan berencana dan penyiksaan terhadap anak di bawah umur. Syukurlah jikalau semuanya sudah kembali normal. Semoga Citra dibukakan pintu taubat dan menyadari kesalahannya.

Berbicara tentang Citra, Jinara sudah memaafkan wanita itu kok, Minara juga, tapi hukum tetap saja berlaku.

"Mengenai Citra, Ayah meminta maaf pada kalian semua. Ayah tahu selama ini Ayah salah, terutama padamu Minara. Maafkan kesalahan aku selama ini. Aku tahu aku salah dan mungkin kesalahanku tidak bisa dimaafkan, tapi, maukah kamu mengulang semua ini kembali? Kita bangun kembali keluarga yang bahagia tanpa adanya kebohongan di antara kita? Dan aku sadar jika selama ini aku sudah jatuh cinta padamu, persetan dengan perjodohan karena aku memang sudah terikat denganmu sejak awal." Tanya Mahendra serius, kedua matanya menatap Minara dengan harapan sang istri menyetujui permintaan egoisnya.

Minara menoleh dan mengangguk keci. Ia lalu memeluk Mahendra. "Iya."

Aksara bersaudara yang melihat kedua orangtuanya berdamai pun tersenyum senang dan mereka menatap keduanya dengan tatapan hangat.

"Ayah, aku mau bercerita." Sela Jinara tanpa beban menghancurkan momen romantis antara Minara dan Mahendra yang jarang terjadi.

Mahendra menoleh dan tersenyum. "Cerita apa, nak?"

Mendapat lampu hijau dari sang ayah, Jinara tersenyum dan menceritakan semua yang terjadi pada Mahendra, dari awal mula mengapa Minara pergi dan memalsukan kematiannya sampai kejadian kencan dirinya dengan Yuko. Padahal Shaka tadi sudah bilang jikalau akan menceritakan semuanya jika Mahendra sudah sembuh karena ditakutkan fakta yang sebenarnya membuat Mahendra pusing dan membuatnya semakin sakit.

Minara menggeleng maklum lalu menyuapi Mahendra sembari mendengarkan Jinara bercerita. Ia sesekali menimpali cerita Jinara sembari terkekeh gemas.

"Jinara rindu ayah tidak?" Tanya Mahendara yang diangguki oleh Jinara. "Rinduuu, tapi kata Bang Wilnan katanya tenang saja. Ayah tidak apa-apa eh malah sekarat. Ayah kalau tidak bisa tidur, bayangkan saja wajah Jinara nanti juga tidur. Jangan minum obat obat kayak gitu ah, nanti overdosis lagi."

"Ayah bayangin wajah lo jadi mimpi buruk, gak bisa tidur jadinya." Celetuk Key pedas.

"Ohiya, kalau tak salah Yuko memberimu kancing, untuk apa?" tanya Mahendra bingung sekaligus penasaran.

Jinara tersipu malu. "Jadi, di sana tuh ada kebiasaan jika lulus sekolah itu perempuan akan meminta kancing atau dasi ke pria yang mereka suka. Kalau pria itu memberi dengan senang hati, berarti si pria juga suka. Nahh, karena Kak Yuko inisiatif memberi, jadii.. "

"Jadiii? Yuko suka lo gitu? Geer banget sih." Potong Dava yang terlihat tak suka.

"NAH ITU!! IH IRI DAN DENGKI SAJA YAH BANG DEWA NIH."

"Yang Jinara bicarakan itu benar, di Jepang itu emang seperti itu. Katanya letak kancing teratas dekat dengan jantung yang di mana melambangkan perasaan." bela Minara

"TUH KAN..- AKU TUH GAK HALUSINASI. SIRIK AJA HERAN. HABIS AKU ULANG TAHUN KE 20, AKU MAU NIKAH! NIKAH POKOKNYA KALAU GAK DIRESTUI MAU KAWIN LARI."

"Berarti pas ulangtahun ke 20, kamu dipingit selamanya biar gak kabur!"

"Kita jodohin aja Yuko sama cewek Jepang."

Jinara memalingkan wajahnya kesal karena para kakaknya yang menyebalkan ini, padahal yang akan menikah itu ia tapi mereka yang repot. Tiba-tiba, Ia mengerjap saat kepalanya mendadak pusing dan pandangan matanya buram. Bungsu Aksara itu menyentuh hidungnya saat ada sesuatu yang keluar.

"Bunda...-" Jinara memandang Minara dan menunjukkan jarinya yang sudah dipenuhi oleh darah. Minara melotot kaget dan bergegas mencari tisu, karena Jinara sudah mimisan.

BRUK

"EH JINARA, KENAPA?"

Dan berakhir lah pagi itu dengan suasana panik dan ribut karena Jinara pingsan membuat Daniel yang baru datang sampai menggeleng di ambang pintu karena keributan mereka itu terdengar sampai ujung lorong rumah sakit.













•••
.
.
.
05/04/2019

Direvisi 28/11/2020

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

12.7K 2.2K 38
(REVISI) Soobin selalu ditanyai kapan nikah sama orang tuanya. Jawaban Soobin masih belum ada sampai dia baca buku yang seharusnya dia baca 8 tahun y...
3.7K 177 9
"Success is not final, failure is not fatal: It is the courage to continue that counts." "Keberhasilan bukanlah akhir, kegagalan bukanlah fatal: Keb...
2.5K 190 5
kisah 7 anak dream yang memiliki kekurangan dan kelebihan masing masing. bisa saja ada didunia nyata, tapi tidak semua. masih pemula, jadi kalo adala...
13.8K 1.7K 39
[2A1 Series] Eira Fresca Anuhea. Namanya full berarti dingin, mungkin kehidupannya juga ikut dingin jika tak ada Bayu, tetangga lima langkah yang sel...