[✓] Kakak + Day6

By fnza19

275K 28.1K 5.3K

Menjadi satu-satunya perempuan dalam keluarga Aksara tak lantas membuat Jinara diperlakukan bagai ratu oleh k... More

Revisi
Aksara bersaudara!
Dongeng Masa Kecil
Para Abang bersatu
Rencana terselebung
Jalan-jalan
Kebenaran?
Sendiri
Ingatan yang hilang?
Perlahan
Calon ibu
Pangeran Dani?
Hilang!
Mencari Jinara
Diculik
Kehilangan Jinara
Wilnan dan Dava
Penculikan Aksara Bersaudara
Sebuah fakta
Memori
Seperti dulu
Drama
Bukan Bunda!
Bertamu
Bertemu
Jalan malam
Reuni bersama bunda
Kencan (+8 stalker)
Kencan (+8 stalker) part 2
Salam perpisahan kita
Khawatir
Selamat datang kembali, Ayah.
Mantan
Jayandra vs. Jinara
Gibah dan Nostalgia
Wisuda
A few years later
We will go home together, with you
Lamaran
Mantan Dava?
SAH
Day6 series

JEPANG, KAMI DATANG!!!

4.7K 627 83
By fnza19

DOR

DOR

DOR

"ABANG, CEPETAN ELAH KELUAR. KITA MAU BERANGKAT INI." Jinara menggedor pintu kamar Jay dengan brutal dengan harapan Jay keluar dan mereka semua bisa langsung pergi ke bandara. Sedari tadi Jay hanya merajuk dan enggan untuk keluar kamar.

"BODO, GUE GAK IKUT." teriak Jay dari dalam diiringi suara gedebuk yang lumayan keras.

"PUNDUNGAN BANGET SI LO AYAM, BURUAN KITA BENTAR LAGI TAKE OFF. KALAU KETINGGALAN PESAWAT KITA MAU TERBANG PAKE APA HAH?" ini Key yang sudah lelah dengan sikap Jay yang kekanakan itu.

"YA SUDAH KALIAN PERGI AJA ELAH RIBET AMAT."

"LO YANG BIKIN RIBET ANJIR."

"BERISIK DAVA, ENYAH LO PADA."

"HEH, KALAU NGOMONG GAK PERNAH DIPIKIR DULU." Tegur Dava lalu menendang pintu kamar Jay dengan keras.

"LO TURUNIN DULU GENGSI SAMA EGOIS NYA LAH, INGET TUJUAN NYA KITA TUH MAU NYARI BUNDA." Teriak Key.

"LO ITU YANG PALING GEDE BANG JAY, KENAPA SIFAT LO MALAH KEKANAKAN BANGET SIH?" ini Wilnan, yang menyuarakan kekesalannya akan sikap Jay.

"ABANGGG AYOO KELUAR. MAU KITA TINGGALIN? RUMAH MAU DI KUNCI..-"

"YA SUDAH SIH KALAU LO GAK IKUT, BALIK LAGI SANA KE AYAH SAMA CALON BUNDA LO ITU." saking kesalnya, Key sampai mengatakan hal setajam itu.

Ceklek

Pintu kamar terbuka, menampilkan wajah Jay yang sangat kusut dan cemberut. Yang lain diam-diam menghela nafas lega.

"Gue ikut, tapi koper kalian yang bawa. Gak mau tau." titahnya kemudian melongos pergi ke bawah meninggalkan para adiknya yang sedang melongo.

"KOK GITU SI?"

"ANAK-ANAK, AYOO CEPAT." seru Dani dari lantai bawah.

"Gimana nih?" Tanya Sakha membuka forum diskusi dadakan.

"Yaelah, si ayam pasti cuman menggunakan kesempatan ae. Ogah gue mah." kesal Key.

"Eh Abang, tadi koper mana yang isinya unfaedah?" Tanya Jinara, mencari jalan aman untuk mereka semua.

"Yang kuning ayam." Jawab Key dan menunjuk sebuah koper berwarna kuning.

"Berarti kita bawa koper yang satunya lagi aja." usul Dava yang mengerti arah pernyataan Jinara.

"Jangan, sebenernya isi dua koper itu unfaedah semua sih. Menurut aku, mending bawa yang tas aja. Soalnya itu isinya baju." usul Sakha yang memang sudah tau isi semua koper Jay karena tadi Jay berkemas bersama Sakha.

"CALL, SETUJU."

"Kalian sudah siap kan? Kuy berangkat. Sebelum itu kita berdoa dulu." usul Sakha yang langsung di angguki oleh para adiknya.

Mereka berlima, langsung membentuk lingkaran. Bersama-sama berdoa agar dilancarkan dan segera dipertemukan dengan sang bunda dengan Sakha yang memimpin doa.

"Aamiinnn." ucap Sakha mengakhiri sesi berdoa.

"Oke guys, kuy kita berangkat!!" Instruksi Sakha membuat yang lain bersiap untuk membawa koper masing-masing dan pergi ke bawah.

"JEPANG, KAMI DATANGGGG."

"Khatamin dulu bahasa Jepang lo baru ngomong gitu, Bang Key."

"Abang Key kan mau kayak film film, biar dramatis gitu."

"Serba salah gue." Keluh Key.

"Sampai jumpa nanti my sweet home."

"So Inggris."

"Nyinyir aja si Bang Key, heran."

"Sudah jangan berantem kita sudah telat hey.. eh eh pamannn-"

"EHHH PAMAN, TUNGGU KAMIII"

Kelima bersaudara itu langsung berlari menyusul Dani yang rupanya hampir meninggalkan mereka karena terlihat Dani sudah memasuki mobil.

----

Key menarik kopernya dengan tergesa-gesa, ia berjalan dengan cepat ketika mereka sudah tiba di Bandara Haneda, Tokyo. Ia berjalan menuju jalan keluar karena tidak sabar melihat bagaimana Jepang. Di belakang, ada Dava dan Jinara yang saling berpegangan tangan dan juga terkagum-kagum melihat suasana kota Tokyo yang melebihi ekspektasi mereka.

"Bang Key semangat soalnya sudah ada niat main sama cewek Jepang." celetuk Jinara membuat Key menoleh dengan tajam. "Kagak yah, gue cuman mau lihat bunga sakura langsung!"

"Alah, alasan. Paling gak, Abang mau ketemu idola abang yang sering main film itu kan? Yang film nya sering abang tonton?" Timpal Dava.

"Terserah kalian lah, gue capek di fitnah terus. Merasa terdzalimi gue tuh," cibir Key lalu kembali melanjutkan langkahnya.

Langkah mereka bertiga terhenti ketika mereka secara tidak langsung melihat sesuatu yang menakjubkan. Bunga sakura, yang sedang berguguran di atas mereka, ditambah banyaknya orang yang berlalu-lalang menambah kesan menakjubkan Jepang di mata mereka.

"Kita di Jepang," gumam Key terharu dan memandang sekeliling dengan takjub.

"GILAAAAAAAAAA". seru Jay kemudian ia menghirup nafas dalam-dalam dengan sebuah senyuman lebar di wajahnya

"Selangkah lagi menuju Bunda," ucap Jinara dan Dava kompak.

Mereka berdiri berjajar dan menatap bunga sakura yang berjatuhan dengan takjub. Dani hanya tersenyum kecil melihat bagaimana polosnya mereka semua.

"Oke, bentar lagi ada jemputan. Kalian tunggu disini yah." ucap Dani, ia kemudian berjalan menjauh untuk menelpon seseorang yang menjadi kenalannya di negeri sakura itu.

"Abang Jay sudah tidak pundung lagi?" Tanya Wilnan pada Jay dengan wajah polosnya,

"Apaan sih?" jawab Jay jutek.

"Kita satukan tekad dan tujuan untuk mencapai visi dan misi guys." ucap Jinara dengan mengepalkan tangannya semangat.

"Kok gue dengernya kayak iklan kampanye yang sering ada di tv yah?" Komentar Wilnan, Jinara hanya tersenyum polos karena kata-kata nya itu memang diambil dari sana.

"Aku harap, kita segera dipertemukan dengan bunda, yah." ucap Sakha penuh harapan, pandangannya tak lepas dari kepingan bunga sakura di atasnya.

Jay tersenyum tipis, matanya menatap sendu Sakha. "Bima..-" panggilnya lembut membuat Sakha menoleh.

"Kita bakal ketemu sama bunda, Bima yang sabar yah..-" ucap Jay memberi semangat pada adik kesayangannya itu. Kemudian dirangkulnya pundak Sakha, sedangkan Sakha hanya tersenyum sebagai jawaban.

"BERPELUKAAANNN" seru Jinara. Si bungsu itu menerobos di antara Jay dan Sakha kemudian memeluk keduanya erat sembari tertawa. Key, Wilnan dan Dava pun mengikuti Jinara dan memeluk Jay dan Sakha. Mereka berenam kini saling berpelukan dengan Jinara berada di tengah dan mereka semua tertawa.

"Kalau misalnya kita langsung ke kantornya Minara, kalian capek gak?" Tanya Dani yang sepertinya selesai menelpon. Para anak Mahendra dan Minara itu langsung menoleh serentak dengan semangat.

"NGGAK, PAMAN." jawab mereka berenam dengan semangat yang membara.

"Kita bakal ketemu bunda, sedikit lagi." gumam Sakha pelan, namun karena posisi mereka sedang berdekatan sehingga yang lain dapat mendengar dengan jelas.

"Kalian bakal terus berpelukan kayak gitu? Gak akan pergi?" Tanya Dani geli.

"Di sini dingin, paman, hehe, sekalian aja menghangatkan diri." jawab Dava dengan senyum lebar.

"Tunggu, akan ku foto kalian. Posisi kalian lucu soalnya." Dani membuka kamera di handphone-nya kemudian memfoto para keponakannya itu dengan senang hati. "1...2...3 SENYUM"

"Ayok pergi..-" Ajak Dani setelah ia berhasil memotret keenam keponakannya itu.

"BUNDAAAA KAMI DATANGGGG." seru mereka bersamaan menarik perhatian orang-orang di sekitarnya.

Dani kembali menghela nafas panjang, pasrah atas kelakuan mereka yang kadang membuat ia mengusap dada sabar. "Pelukannya dilepas dulu nak, kalian mau jalan kayak begitu?"

---

Mobil silver itu melaju membelah jalanan padat ibu kota Jepang itu, walaupun macet namun tidak menyurutkan semangat Aksara bersaudara untuk bertemu dengan sang bunda. Saking semangatnya membuat sang paman sedari tadi mengucapkan istighfar beberapa kali.

Dani menyenderkan kepalanya pada kaca mobil, sudah tidak terhitung ia berapa kali meringis dan menghela nafas menghadapi kelakuan para keponakannya yang sedang kumat ini.

Pria itu menoleh pada Yuko— temannya yang kini sedang mengemudi, bermaksud untuk meminta Yuko bersikap maklum karena kelakuan anak-anak Aksara yang jikalau disatukan mampu membuat orang pusing kepala itu. Yuko hanya tertawa pelan, pertanda ia maklum dengan sikap anak-anak dibelakang itu.

"BERI KISAH KITA SEDIKIT WAKTU~ SEMUA NYANYIIIII~" Jay, sang pelopor karaoke memberi tanda para adiknya untuk meneruskan lirik lagu yang sedang ia nyanyikan.

"SEMESTA MENGIRIM DIRIMU UNTUKKU~"

"KITA ADALAH RASA YANG TEPAT, DI WAKTU YANG SALAHHHHHHHHHH~"

Dava, Sakha dan Key yang duduk di jok paling belakang melambaikan kedua tangannya seperti penonton acara musik seraya bernyanyi. Di jok bagian tengah, ada Jay yang menggunakan botol minuman sebagai mic, sedangkan Jinara dan Wilnan bertugas sebagai backsound.

"Ganti lagu ganti~" request Key.

Wilnan langsung menghentikan lagu yang diputar dan menggantinya.

"WAKTU PERTAMA KALIII~" mereka semua kompak bernyanyi saat lagu yang merupakan favorit mereka berputar.

"KULIHAT DIRIMU HADIRRRR~ ASIK MANG, JEPANG DI GOYANG."

"INI BUKAN DANGDUT JINARA!!"

"YA SUDAH DANGDUT, BANG WILNAN GANTII."

"SIKATTTT."

"YO YO AYO YO AYO YO YO AYO ASIKKK."

Dani semakin menggeleng dan Yuko hanya tertawa. Apalagi saat musik dangdut berdendang dan mereka semakin liar bergoyang.

"Yuko-san, gomen ne?" sesal Dani pada Yuko yang duduk di sampingnya.

"It's fine." Balas pria Jepang bernama lengkap Nakamoto Yuko itu.

"KEJORA~ SAMPAIKAN RINDU INIIIII~" nyanyi Jay dengan nada tinggi kemudian setelahnya disoraki oleh para adiknya.

"Kalian mau makan dulu gak?" Tanya Dani, mereka semua lantas berhenti sejenak dan berfikir.

"Sudah lapar belum?" Tanya Jay sembari melihat satu persatu wajah adiknya. Namun yang didapati hanya gelengan kompak. "Nggak paman, masih kenyang."

Mobil tiba-tiba berhenti di depan sebuah gedung pencakar langit. Yang artinya, mereka sudah sampai di tempat tujuan, yaitu kantor tempat di mana Minara bekerja.

"私たちは到着しました." ucap Yuko sembari menoleh ke belakang dengan senyuman menawan. (Kita sudah sampai.)

Jinara sempat terpana dan ia terpaku pada senyuman Yuko, namun tangan Jay langsung menutup matanya dan tidak membiarkan ia untuk menikmati senyum Yuko yang tampan itu.

"Belum muhrim, zina mata." sungut Jay kesal,

"お届けいただきありがとうございます" kali ini Sakha berbicara dengan nada yang sopan lalu membungkuk kecil. (Terimakasih telah mengantar kami)

Jinara, Dava, Key, dan Wilnan hanya mengerjap karena tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan oleh Sakha. Mereka seperti terdampar di planet asing dan tidak mengerti apapun.

"後で連絡します、ありがとうユコ" Dani melepaskan seatbelt-nya lalu menoleh ke belakang di mana para keponakannya sedang memasang wajah bingung. "Kita sudah sampai, ayo turun."

"Ah iya iya paman."

Satu persatu dari mereka turun dari mobil, tak lama mobil yang didalamnya ada Yuko itu langsung pergi.

"Paman, barang-barang kita gimana?" Tanya Sakha yang khawatir dikarenakan barang-barang berharganya ada di dalam koper.

"Dibawa Yuko ke hotel, jadi ntar kita pulang tinggal merapihkan barang saja."

"Paman, tadi itu namanya Paman Yuko?" Tanya Jinara antusias, para kakaknya langsung memandang sinis karena jiwa overprotektif mereka seketika bangkit.

"Dia masih muda Jinara, jangan dipanggil paman. Dia masih kuliah dan kira-kira seumuran dengan Jay. Dan kebetulan, dia sedang kerja sambilan sebagai tour guide, hmmm, dia juga termasuk anak teman ibu mu loh."

"Wahhh bisa dong kalau Jinara deketin?"

"Nggak nggak, Yuko sudah punya pacar. Ayok masuk masuk." sewot Dava kemudian menarik tangan Jinara untuk masuk ke dalam. Namun Jinara enggan menurut dan menarik kembali tangannya. "Apaan sih Abang iii sewot amat?"

"Jangan kegatelan Jinara, kebiasaan setiap ada cowok ganteng dikit aja." kali ini Key menyuarakan ketidaksukaannya.

"Tau tuh, semua aja diembat."

"FYI, Yuko masih jomblo kok." Ucap Dani yang tidak mengerti situasi.

"ASIKKK, paman minta nomernya dong."

"Kita masuk saja, panas di sini." ajak Sakha kemudian menarik tangan Dani, bermaksud untuk mengalihkan Dani yang sudah akan memberikan nomor Yuko pada Jinara.

Jinara terdiam ketika Dani malah dibawa kabur oleh para kakaknya, ia cemberut kemudian memandang Jay yang berada di sampingnya dengan tatapan merajuk.

"Ayo masuk." tapi Jay memilih untuk tidak mengindahkan tatapan Jinara.

Jinara membuang muka dan memandang ke arah lain, tanpa sengaja ia melihat seseorang di ujung jalan sana dan kedua matanya membelalak kaget saaat mengenali orang itu. "Lohhh,itu kann..-"

Jinara menajamkan penglihatannya agar dapat melihat dengan jelas, dan tanpa pikir panjang ia berlari menjauh dari Jay untuk mendekati orang tersebut dan menerobos orang yang sedang berjalan di sana, dan membuat Jay panik karena melihat sang adik yang tiba-tiba berlari.

"JINARA, MAU KEMANA?" Teriak Jay namun tak digubris oleh Jinara.

Jay langsung berlari mengikuti Jinara karena khawatir akan terjadi sesuatu pada adik bungsunya itu.

"OJI-SANNNN...- JI-SANNNNN" teriak Jinara meneriaki seseorang, tak perduli kini ia menjadi pusat perhatian orang-orang.

"JINARA TUNGGU HEY, DEK!! MAU KEMANA KAMU?"

Sementara itu, di lain tempat dan di waktu yang sama, terlihat seorang wanita tengah membawa setumpuk map di tangannya, ia menghela nafas pelan ketika matanya menatap tumpukan map lain yang ada di sisi lain meja nya. Ia memijit bahu nya yang pegal kemudian mengecek satu persatu isi map tadi.

"Minara-chan!!"

Wanita tadi langsung menoleh saat ada seseorang yang memanggil namanya. Disana terdapat seorang wanita lainnya yang tengah berdiri di ambang pintu.

"Nani?" (Apa)

"Darekaga anata o sagashiteimasu." (ada yang mencari mu diluar)

"Ah ne, arigatou."(terimakasih) Ucapnya lalu membungkuk kecil.


















•••
.
.
.
•••
28/03/2019

Direvisi 14/11/2020

Continue Reading

You'll Also Like

YES, DADDY! By

Fanfiction

300K 1.7K 9
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar
57.5K 868 24
Satu per satu kisah akan memberikan kesan dan pesan yang berbeda. Ambillah yang menurutmu baik, buang buruknya tapi coba perbaikilah jika kau mau men...
9.4K 1.8K 53
[Tamat] "Ketika kamu jatuh cinta lagi, setelah terjebak pada cinta pertama" ___________________________________________ Sudah terjebak kenangan cinta...
782K 57.9K 53
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...