Anomali Hati (Completed)

By MrsKMayer

2.1M 146K 5.9K

Kayra Venusia Rasjid. Diplomat dan politisi muda kebanggaan Indonesia. Menghabiskan 40% waktunya di Kantor, 3... More

Prologue
part 1. The Guy With Black Coat
Part 2. Again?
Part 3. Thinking Of You.
Part 4. Truth.
Part 5. Heartbreak Girl
Part 6. Dreaming With a Broken Heart
Part 7. Kill 'Em With Kindness
Part 8. Bangkok
Part 9. New Year
Part 10. New Year (2)
Part 11. New York City
Part 12. Dilemma
Part 13. Confession.
Part 14. Revealing the Sky
Part 15. Kayser's PoV
Part 16. Dunia Per-Lambean Instagram
Part 17. Singapore
Part 18. Awal Baru?
Part 19. Anomali
Part 20. Ketakutan Kayra
Part 21. Singapore (With Kayser)
Part 22. Mimpi Buruk Kayser
Part 23. Langit Diantara Kayra dan Kayser
Part 24. Makan Malam Yang (Tidak) Sempurna
Part 25. Short Getaway
Part 26. Bom Waktu, Akhir Kisah?
Part 27. Hello again, Sky
Part 28. Flirting Game
Part 29. Friends, Lovers or Nothing
Part 30. Lamaran
Part 31. Langit
Part 32. Rumpi Sydney
Part 33. Langit Sakit?
Part 34. Tentang Kayra
Part 35. D's Bachelorette Party
Part 36. Gara-Gara Lambe Instagram (Lagi)
Part 37. Uptown Girl(s)
Part 38. Kampanye Kayra
Part 39. Gelar baru
Part 40. He Gave Her Comfort
Part 41. Tim Cheerleaders Kayra
Part 42. Kado Misterius
Part 43. He Really Loves You, Kayra
Part 44. Jawaban Kayra
Part 45. Karenina Hamilton?
Part 46. Am I Enough?
Part 47. Maybe, I'm Home
Part 48. Happy Birthday Kayra!
Part 49. You're Still The One
Part 50. Mr and Mrs?
EPILOG
Extra Part
Extra Part (2)
Lover

Part 34 (B). LDR

20.1K 1.6K 44
By MrsKMayer

Sedikit lebih pendek dari chapter sebelumnya! Awas typo(s)

Jangan lupa vote dan comment!

....

Long distance relationship is complicated as hell.

Setidaknya itu yang aku dapatkan setelah hampir dua minggu ini aku dan Langit berhubungan jarak jauh. Mungkin keadaan akan menjadi jauh lebih baik jika salah satu dari kami ada di Indonesia, tapi yang terjadi adalah selama seminggu ini aku ada konferensi di Milan, sedangkan Langit ada business trip di Hong Kong selama hampir dua minggu. Selain perbedaan waktu yang lumayan jauh, jangan lupa jet-lag yang sering mempengaruhi waktu tidur dan mood kami.

Sepertinya siapapun itu pasanganku, aku akan selalu tinggal di waktu dan tempat yang berbeda dengannya karena tuntutan pekerjaan.

Masalah yang terjadi di apartemen ku minggu lalu, aku sudah berusaha mencoba melupakannya. Sebenarnya awalnya aku sempat marah dan sedikit kecewa dengan apa yang Langit lakukan kepadaku, dia sudah melewati batasan yang aku tentukan. Bahkan mungkin jika aku sudah merasa tidak nyaman atas apa yang ia lakukan, hal itu sudah masuk ke ranah pelecehan seksual. But then again, it's Langit Tjakrawijaya who can never get his hand off his pants. Jadi ya aku harusnya sudah bersyukur ia bisa berhenti ketika aku memintanya untuk berhenti.

"Jadi hari ini kemana aja, Key? Fountain de Trevi? Makan gelato? Belanja?"

Aku menggeleng "Boro-boro! Seharian aku cuma konferensi doang di ballroom hotel, terus nanti ada undangan makan malam di rumah konsulat jenderal Indonesia untuk Itali!" Aku tersenyum kecut "Astaga, I want to shop! Aku di Milan yang merupakan salah satu sentral fashion dunia dan masih belum shopping?"

"Sabar, babe. Atau mau aku aja yang belanja untuk kamu?"

Aku mengaplikasikan primer ke muka ku dan menatap Langit yang ada di layar dengan sini "Belanja dari Hong Kong!"

"Loh aku kan memang lagi di Hong Kong" ia tertawa puas "Nanti malam salam ya untuk Oom Fauzi"

"Kamu kenal sama konsulat jenderal nya?"

Langit mengangguk "Teman main golf Ayah dulu"

Lain kali ingatkan aku kalau keluarga Langit memiliki koneksi dimana-mana "Anyway, kamu mau apa dari Milan?"

"Kamu." Langit tersenyum menggoda "Aku mau kamu, bisa kan?"

"Serius!" Aku memandang Langit yang ada di layar dengan malas "We're not having this conversation again, ya"

"Key,"

"Ya?" Aku menanggapi panggilan Langit tanpa mengalihkan pandangan dari kaca

Iya. Kami melakukan video call sembari aku bersiap-siap untuk makan malam. Apa? Mau menghujat kami karena seperti ABG yang menjalani LDR? Terserah, aku tidak peduli. Yang jelas aku menyukai hubungan ku dengan Langit.

Ia menatapku tanpa berkedip "Kamu ganti baju yang benar dulu gih, tapi jangan dimatiin facetime-nya"

Aku menatap Langit tajam, dasar ya pria satu ini! Aku menggunakan silk-robe milik Agent Provocateur karena tidak ingin mengotori pakaian ku. Tapi dia malah berpikiran kemana-mana

"Hehehe" ia mengedip genit membuatku tidak tahan untuk tidak memutar mata malas "Eh iya babe, kemarin aku lihat di Instagram kalau Agent Provocateur di Europe lagi ada sale loh"

Aku bergumam menanggapi informasi - tidak cukup - penting itu "Terus kenapa?"

"Kamu ga mau shopping? Kalau mau, nanti aku kasih budget khusus"

"LANGIT!"

Ia terbahak mendengar bentakan ku "Bercanda babe," ia menetralkan tawa nya "Tapi kalau serius juga ga apa-apa kok, I love to see you in AP like this"

Aku mengacuhkan ocehannya dan mengaplikasikan Dior Backstage Foundation yang ku beli di duty free Changi kemarin sambil mendengar cerita Langit. Aku merasa gatal di tulang selangka ku dan menggaruknya, menyebabkan bagian depan robe ku sedikit terbuka

"Lagi dong,"

"Apanya?"

"Buka-nya" ia terkekeh

"That's it ya, one more flirtatious dirty talk from you, and no more video call from me" aku berusaha tegas kepada pria yang otaknya sepertinya sedang berada di dalam celana ini. Ia tersenyum kuda dan menguap "Kamu ngantuk? Jam berapa sih sekarang di Hong Kong?"

"Lumayan," ia mengecek jam di pergelangan tangannya "Udah jam dua belas malam ternyata"

"Ya udah tidur gih, aku mau dinner juga. Sweet dream, Sky"

Ia mengangguk "Sure I will, sebelum tidur soalnya pemandangannya kaya gini. See you in my dream, Babe" Belum sempat aku mengoceh tentang dirty talk-nya Langit sudah mematikan panggilan kami. Aku hanya bisa mendesah pasrah, entah lah, aku sendiri bingung mengapa sampai sekarang aku masih bertahan dengan pria ini.

Maybe, I start realizing what I actually want with him.

Dan mungkin saja, aku butuh sosok Langit yang mampu mewarnai hidupku yang cenderung monoton ini.

...

"Putri," aku berbisik memanggil asistenku "Psst! Putri!"

Putri yang daritadi sibuk dengan ponselnya gelagapan menanggapi ku"Eh, iya Mbak? Kenapa?"

"Saya lapar, tapi mau makanan Indonesia. Kamu tau ga dimana?" Perut ku sudah bosan dengan pasta, rissoto, dan lasagna yang beberapa hari ini masuk. Aku ingin sesuatu seperti bebek goreng atau pun rawon, malah kalau bisa aku membawa bebek sinjay atau rawon setan sekalian kesini.

"Aduh, kalau di Milan saya kurang tau Mbak"

Aku berdecak kesal "Ah gimana sih kamu ini, katanya kamu sekolah lama di Milan! Terus kamu tau-nya apa?"

"Kalau Prada yang di Vittorio Emanuele lagi sale, saya tau Mbak" ia tersenyum sumringah menunjukkan email berisi info diskon tersebut kepada ku.

"Kamu mau kesana?" Putri mengangguk "Ok, bareng ya."

Putri memang sering membuatku naik darah, tapi bila sedang perjalanan dinas ke luar negeri kami akan kompak saat akan shopping seperti ini. Putri sendiri sebenarnya merupakan anak dari salah satu direktur BUMN dan ibu nya memiliki butik yang cukup terkenal, namun ia harus bekerja dari bawah dulu sebagai asisten ku sebelum mengambil alih butik milik ibu nya

"Eh iya, tadi yang ngobrol waktu coffee break sama Mbak Kayra siapa?" Aku mengernyit bingung, yang mana? "Yang rambut nya strawberry blonde itu loh Mbak, terus pakai Dior head-to-toe"

Aku baru teringat siapa yang dimaksud Putri "Oh, itu delegasi dari Prancis. Bagus ya baju nya? Gaji nya dia juga besar sih Put, antara $50.000-100.000 setahun, jadi wajar bisa beli designer dress kaya gitu walaupun kondisi ekonomi Uni Eropa lagi ga bagus"

Ia mengangguk "Iya Mbak, bagus. Kenapa Mbak Kayra ga blow-up ke publik biar gaji-nya bisa kaya delegasi Prancis itu tadi Mbak?"

"Ga perlu lah Put, saya gaji segini juga sebenarnya udah lumayan banyak kok untuk standar Indonesia. Rasanya malu kalau minta gaji naik hingga kisaran $75.000 setahun kalau upah buruh di Indonesia bahkan naik-nya susah."

Ia mengangguk setuju "Iya lah mbak ya, ga perlu salary sebanyak itu setahun kalau pacarnya Mas Langit"

"PUTRI!" Aku melotot "Kamu ya, kebiasaan!"

Ia tersenyum canggung mendengar teguran ku "Mbak, tapi kalau saya boleh tau Mbak Kayra sekarang serius sama Mas Langit?"

Aku mengela nafas "Ya bisa dibilang begitu sih. Despite his record, Langit is a good person. Dan cara dia memperlakukan saya... membuat saya merasa sangat istimewa dan diinginkan. Dan dengan Langit, sejak pertama kali kami memulai saya tidak pernah merasakan menjadi nomor dua, I've always been his priority." sebenarnya aku sendiri bukan tipe manusia yang suka membagi kehidupan pribadi dengan co-worker nya. Bahkan hanya segelintir orang di kantor yang tau kalau sekarang aku sedang menjalani hubungan dengan Langit, Putri sendiri mengetahui hal ini karena kami sempat bertemu di pesta pernikahan salah satu kolega Langit dan Langit pernah berkata kepada ku kalau ia mengenal Putri secara personal juga. You know how rich people and their tiny little world is. Sejujurnya aku sangat menyukai apa yang terjadi diantara aku dan Langit sekarang. Band legendaris Queen pernah berkata dalam lagunya, ada satu Crazy Little Thing Called Love tetapi mereka juga berkata Too Much Love Will Kill You. Jadi apa yang ku lakukan dengan Langit adalah satu hal yang ku jaga agar tetap berada di batas normal, agar aku tidak terlalu mencintai Langit terlalu dalam karena aku takut... bila terlalu mencintai seseorang justru cinta itu sendiri yang akan membunuhku.

Kalau dulu aku pernah berkata, dengan Kayser kami hanya rasa yang tepat di waktu yang salah, mungkin dengan Langit aku berhak berkata bahwa kami adalah rasa yang tepat di waktu yang tepat.

Damn Langit Tjakrawijaya, what did you do to me? A grown up woman should never fall this easily.

"Put, sini deh" aku menunjukkan dua kemeja Ralph Lauren berwarna biru muda dan biru-putih dengan motif kotak-kotak kecil kepada Putri "Kamu tau Pak Langit, kan?" Ia mengangguk "Menurut kamu dia cocok ga pakai ini?"

"Cocok aja kok Mbak, Mas Langit kalau pakai slim-fit kaya gitu bagus"

Aku mengangguk setuju dan melihat koleksi blazer perempuan lainnya dari Ralph Lauren, setelah selesai berbelanja aku memutuskan untuk makan gelato di cafe sekitaran Galleria Vittorio Emanuele dan menghubungi Langit

"Hi babe," ia tersenyum sumringah, masih menggunakan setelan kerjanya di dalam mobil "Lagi dimana?"

"Habis shopping, kamu dimana?"

"Baru pulang dari site." Aku tersenyum melihat wajah lelah Langit "Shopping apa aja tadi?"

One more thing about Langit, dia belajar sangat keras demi bisa dianggap pantas untuk menempati posisinya sekarang. Masih banyak hal yang perlu ia pelajari.

"Aku beli kemeja untuk kamu, I think blue sky will fit you" ia tersenyum tetapi kemudian matanya memicing melihat shopping bag yang ku taruh diatas meja "Oh sama ini tadi aku belanja sedikit sih di Prada, mumpung di Milan"

"Beli apa?"

"Uhm, handbags" aku tersenyum malu, tidak hanya Kayser saja sebenarnya yang protes akan hobi ku mengkoleksi handbags, Langit pun kadang heran atas hobi ku mengkoleksi handbags "Aku beli handbags sekalian investasi ya! Memang kamu aja yang bisa investasi dengan koleksi Richard Mille dan Patek Philippe?"

Ia tertawa mendengar ku yang sudah protes dahulu sebelum ia protes "Iya iya, Kayra. Terserah kamu, uang juga uang kamu. Padahal CC-ku lagi ada promo untuk di Europe" aku memandangnya menyelidik, curiga akan kalimat lanjutannya "Tapi kalau pakai CC-ku kamu juga harus belanja di Agent Provocateur atau La Perla. Gimana?"

"SKY!"

Ia tertawa puas melihat muka ku yang memerah "Jangan galak-galak dong, babe. Kasihan delegasi negara lain kalau kamu galak-galak gini"

"Aku ga galak kok" aku mencoba membela diri

"Oh ya? Terus kenapa delegasi Saudi sama Malaysia sampai takut sama kamu?"

Aku menatapnya bingung, darimana ia tau kalau aku tadi membuat delegasi dari kedua negara tersebut K.O?

"Well, it's human right and woman empowerment forum. Kalau mereka masih kolot begitu, ga salah kan seandainya aku mempersilahkan mereka untuk walk out sekalian seandainya mereka masih mau mempertahankan argumen patriarkis mereka itu?"

"Dasar lioness" aku memutar mata kesal dan melahap gelato ku "Udah dulu ya, Key. Udah mau sampai tempat meeting selanjutnya"

"Okay, good luck for the meeting Sky"

"Sure. Take care babe, and Kayra.... I think I'm in love with you"

Aku terdiam mendengar ucapan Langit yang terakhir. What was that, Langit?

Aku hanya bisa tersenyum dan berkata

"You too."

Continue Reading

You'll Also Like

1.9M 228K 68
"Daripada galau tiap hari, kenapa nggak nikah sama gue aja? You know me. I'm a good man. Cowok kampret takut komitmen gitu buat apa dipertahanin?" -S...
365K 27.3K 48
Bisa jadi ini adalah cerita yang menunggu untuk kau temukan. So ya, terimakasih sudah menemukanku. Tentang cara semesta menarik benang-benang kusut...
130K 8.7K 22
[READY EBOOK😍] Pernah mempercayai seseorang, tapi kenyataan hidup justru terlalu pahit untuk dikenang. Dilecehkan pacar sendiri, ditinggal pergi ta...
458K 19.6K 51
Aku korban tapi kenapa aku juga yang disalahkan? Risa menjadi korban pelecehan seksual oleh teman sekelasnya. Laki-laki penyendiri yang ia percayai t...