BERDETAK (Berakhir dengan Tak...

By Penjejak_Rasa

68.4K 13.5K 7.6K

โ™ก[BERCERITA SEPENUH RASA]โ™ก ๐ŸŒŸGenre Cerita: General Fiction๐ŸŒŸ Follow dulu ya sebelum membaca Neira, seorang ga... More

01. Ketidaksengajaan
{Tokoh Cerita}
02. Mengejutkan
03. Tak Terduga
Pemberitahuan!
โ™ฅTeruntuk Pembaca Aktifโ™ฅ
"BERDETAK" Segera Kembali !!!
04. Keterpaksaan Rasa
05. Awal Takdir
06. Hidup indah yang tak terjamah
07. Cinta dan Luka
08. Penyesalan
09. Memilih Bertahan
10. Bersandiwara?
๐Ÿ’“BERDETAK๐Ÿ’“
11. Fakta Baru
12. Keanehan yang Mengherankan
13. Terulang, Kembali Mengenang
Menyapa
14. Masa Lalu
15. Alasan
16. Perubahan Seiring Waktu
17. Perlakuan Manis
18. Menghitung Detak Waktu
19. Ada Debar Karenanya
21. Mengurai Perasaan
22. Berserah Diri
23. Luapan Perasaan
24. Emosi yang Diuji
25. Suatu Kenyataan
26. Kepedihan Tak Tertahan
27. Luka dan Fakta
28. Terusik Kenangan
29. Sidang Mediasi
30. Konsekuensi
๐Ÿ’•Apa Kabar?๐Ÿ’•
31. Sidang Perkara Perceraian
32. Perihal Keresahan
33. Insiden Tidak Terduga
34. Titik Kebenaran
35. Mengurai Dalam Sepi
36. Terhempas Ketika Lepas
โ™ฅSEKUEL~BERDETAKโ™ฅ
๐Ÿ’•COVER SEKUEL BERDETAK #2๐Ÿ’•
INFO PENTING BERDETAK 2
#Singgahโค
#Mohon Doa Restu๐Ÿ’ž
Baca di Kwikku

20. Sepercik Petang Mengusik Tenang

1.1K 265 146
By Penjejak_Rasa

"Sepercik petang yang mengusik tenang. Datang menjalar dalam ruang sadar. Karenanya, bentuk ujian teruntuk tegar dan sabar."
*****

"Nei..!" Sebuah suara yang terdengar dekat membuat Neira menggeliat.

"Bagun, Nei." Kali ini disertai sebuah tepukan di pipi Neira membuatnya mengerjapkan mata, lalu kedua kelopaknya perlahan terbuka sempurna.

Seketika dilihatnya sepasang mata gelap yang tengah menatapnya.

Saat Neira mengedarkan pandangan ia tersadar telah berada di dalam kamar dan ternyata di sana ada pula kedua mertua serta adik iparnya.

Jadi dia...

Seketika pipi Neira bersemu merah membayangkan jika Reyhan menggendongnya menuju kamar mereka yang mungkin saja di hadapan mertua dan adiknya ini.

Ketika kesadaran mengikat. Neira kini merasa malu terlebih saat mengingat kejadian di mobil tadi saat traumanya kembali mencuat.

Betapa tidak, di bawah pengaruh ketakutannya dia dengan segera mendekap Reyhan begitu erat dan enggan melerai pelukannya, sehingga membuat laki-laki itu tidak bisa mengemudi dan akhirnya menghubungi sopir pribadinya untuk menjemput pulang mereka.

Ketika mereka berpindah duduk di kursi belakang pun Neira masih tetap mendekapnya lalu perlahan samar-samar matanya terpejam entah karena tertidur atau tidak sadarkan diri, yang jelas setelahnya Neira tidak mengingatnya.

"Kau tidak sedang beranggapan kalau seorang sopir yang telah menggendongmu bukan?" Seketika Neira mengubah air mukanya mendengar ucapan seseorang yang masih duduk di sisi ranjangnya. Tidak lain adalah Reyhan.

Sedangkan ketiga orang di sana terkekeh kecil mendengarnya.

"Sudahlah... Kau ini bisa saja menggoda isterimu yang bahkan baru tersadar." Ibu Raniya menepuk pelan bahu puteranya.

"Bagaimana, Nak...apakah kau merasa pusing?"

"Iya, sedikit, Bu."

"Rey... Beri dia obat dan ayo kita biarkan dia beristirahat."

Suaminya memang telah memeriksa keadaannya saat pingsan, meski kondisi fisiknya bukan hal yang perlu dikhawatirkan tetapi kondisi jiwanya tengah terguncang.

Sepeninggal mereka Reyhan mengangsurkan satu butir obat dan segelas air yang langsung diminum oleh Neira.

"Tenangkan dirimu," ucapnya sesaat sebelum beranjak pergi. Lalu terdengar suara gemericik air di dalam kamar mandi.

Neira menghela napas resah beberapa saat. Selama ini ia selalu menutup rapat sisi rapuhnya di hadapan orang lain. Namun, kini laki-laki berpredikat suami itu telah mengetahui sisi lain dari dirinya.

Sejujurnya Neira menyesalkan hal itu.

Neira memutuskan setelahnya dia akan membersihkan diri karena sore semakin beranjak petang untuk segera bersiap menunaikan panggilan-Nya.

*****

"Nak, bagaimana sudah merasa lebih baik?" tanya Ibu Raniya saat melihat Neira mendekat ke ruang makan itu.

"Alhamdulillah, sudah Bu." Neira tampak lebih segar dengan pakaian santai berwarna biru.

"Syukurlah, ya sudah ayo makan," ajaknya untuk bergabung bersama Ayah dan Reyhan yang telah ada di sana, lalu Elladya datang mengambil duduk di sebelah Neira.

Baik mertua maupun sang adik enggan untuk membahas kejadian sore tadi. Juga segan untuk berkomentar mengenai traumanya jika justru akan melukai Neira. Tentang itu semua bukan hal yang perlu dibicarakan. Mereka berpikir  melihat Neira baik-baik itu adalah bagian terpenting.

"Kak, nanti kalau kami sudah pergi pasti rumah ini jadi sepi... Tapi, Kakak jangan sedih loh ya?" Elladya nimbrung sembari memamerkan deretan giginya yang putih.

"Tentu tidak dong...kan ada Kak Reyhan," Ibu Raniya menimpali ucapannya sembari melirik ke arah Neira yang seketika mendapatkan anggukan kepala beriringan dengan senyumnya yang mengembang.

Meski sejujurnya ada benarnya yang dikatakan adik iparnya itu. Ia mungkin saja akan merasa kesepian jika hanya bersama Reyhan di rumah sebesar itu. Bisa jadi kehangatan di tengah keluarga ini akan berkurang atau sama sekali hilang. Namun, entahlah toh itu hanya kekhawatiran dalam hati kecil Neira.

"Kita harus liburan bersama sebelum Ayah, Ibu dan Adikmu ke Australia."

"Nah, ide Ayah sangat bagus. Setuju!" sambar Elladya dengan mata berbinar penuh kegirangan.

"Ibu juga setuju. Kalian juga kan?" tanya Ibu Raniya sembari menatap harap anak dan menantunya itu secara bergantian.

"Tentu setuju."

"Setuju!"

Hampir bersamaan keduanya menjawab setelah Neira lalu disusul Reyhan.

"Oya, kita mau liburan ke mana, Yah?" imbuh Elladya masih dengan ekspresi senangnya.

"Lihat saja nanti," Ayah lucas berkata penuh teka-teki sembari tersenyum penuh arti.

"Apa kata Ayah deh... Asal liburan kali ini ke banyak tempat yang menyenangkan," jawab Elladya penuh semangat.

"Kau pasti akan suka nanti," jawab Ayah Lucas kepada sang anak. Lalu tatapannya beralih ke anak sulung dan menantunya itu.

"Jadi kalian berdua agendakan jadwal kosong, untuk lima hari di pekan depan bulan ini," imbuh sang ayah.

"Baik, Ayah." jawab Neira dan Reyhan bersamaan meski tanpa kesengajaan.

Sang ibu hanya tersenyum mendapati kekompakkan putera dan menantunya.

Kemudian mereka mulai menikmati hidangan makan malam itu sesuai selera masing-masing. Tampak sate, beberapa tumisan sayuran hijau dan telur mata sapi terhidang di atas meja.

*****

Waktu yang dinanti pun tiba. Malam itu langit gelap pekat. Bumi pun terlelap hanya tampak lampu-lampu samar bergermerlap bagaikan kunang-kunang yang tersebar menyelimuti sunyi, meski begitu tetap indah terlihat dari atas ketinggian ribuan kaki.

Seperti saat ini.

Neira memanjakan kedua bola mata bersama hati yang berdecak kagum atas kuasa nyata Ilahi.

Menikmati pemandangan malam yang tentu saja memiliki keindahan tersendiri, berbeda dengan siang hari.

Ya, mereka telah duduk santai bersandar di dalam kursi pesawat yang akan membawa mereka menuju Negara Jerman. Entah apa yang sedang terbesit dalam pikiran masing-masing tentang liburan yang diatur oleh Ayah Lucas kali ini.

Neira sesekali melirik ke arah Reyhan yang duduk di samping sedang memainkan ponselnya. Tampak acuh tak acuh dengan pemandangan memukau di sebelah kanan jendela duduknya.

Diketahui laki-laki itu dengan mudahnya meminta izin dinasnya sedangkan Neira bertepatan dengan hari libur untuk minggu tenang sebelum para mahasiswanya melaksanakan UAS semester genap.

Pun Elladya yang hanya tinggal menunggu hasil pengumuman kelulusannya.

Beberapa saat kemudian ada seorang pramugari datang menawarkan sesuatu kepada sang mertua dan adiknya yang duduk di kursi bagian depan. Bagi Neira saat melihatnya dia terlihat cantik dan anggun.

Namun, beberapa saat kemudian anggapannya lenyap tak bersisa. Tepatnya hal tak terduga itu terjadi ketika ia berada di depan Reyhan.

Pramugari itu dengan lancang dan tak segang memberi tatapan dan bahasa tubuh seakan berusaha menggoda. Apakah dia lupa? Siapa orang yang sedang berada di hadapannya?

Mungkin dia beranggapan Reyhan laki-laki rupawan dengan segenap kharisma, sejenis dengan yang pernah ditakhlukannya.

"Kau butuh istirahat? Sepertinya matamu terlalu lelah..." tawarnya datar terjeda sejenak sementara pramugari itu masih menampilkan ekpresi terbaiknya, karena merasa mangsanya telah terjerat rayuan mautnya.

"Karena terlalu sering kau gunakan untuk menggoda banyak pria. Jadi sebaiknya kau tidak perlu bekerja mulai detik ini!" sindiran telak terdengar sangat dingin tepat menusuk hati siapapun yang akan mendapat lontaran pedas darinya itu.

Seketika air muka wanita itu berubah merah padam, menahan malu dan marah bersamaan. Seakan baru tersadar dari kesalahan fatal yang telah dia lakukan. Sesegera mungkin meminta maaf kepada tuan mudanya dengan mata berkaca-kaca. Entah apa yang berkecamuk dalam pikirannya hingga bisa nekat berperilaku demikian.

Berulang kali ia memohon maaf bahkan hingga bersimpuh di hadapan Reyhan yang masih menatap tajam, penuh intimidasi yang mampu melumpuhkan pihak lawan. Bahkan bagi Neira itu adalah tatapan yang mengandung ekspresi paling mengerikan yang pernah ia saksikan.

"Pergi! Panggil seseorang yang lebih sehat kemari. Dan jangan pernah muncul lagi di hadapan kami selama penerbangan ini." Bentaknya hingga membuat tubuh wanita itu bergetar dalam keterkejutan dan ketakutannya.

Sementara sang ibu yang menjadi salah satu orang yang menyaksikan hal itu hanya menghela napas melihat kemarahan putera sulungnya. Tentu ia sangat hafal sifat dan tabiat sang anak.

"Ba-baik, Tuan," jawab Pramugari itu terbata dengan suara bergetar lalu segera beranjak pergi. Tanpa sepatah kata apapun lagi.

Setelahnya hanya terjadi keheningan.

Neira tidak berani untuk menanggapi atau pun berkomentar tentang kejadian barusan. Reyhan yang berada di sampingnya seakan menjadi sosok yang jauh berbeda dari yang diketahuinya.

Ternyata aku belum benar-benar mengenal pribadinya...

*****

Beberapa jam lamanya telah berlalu.
Neira mengerjapkan mata setelah sempat tertidur beberapa saat siang itu. Pesawat telah mendarat sempurna pukul 10.00 waktu Berlin.

Mereka bersiap turun dari pesawat.

Setelah tiba di bandara Berlin Mereka lalu dijemput sebuah mobil berwarna hitam. Dalam perjalanan Neira mengedarkan pandangan menelisik setiap lekuk kota dengan bangunan-bangunan kuno dan modern yang unik dan berartistik.

Bulan mei merupakan pertengahan musim semi yang begitu asri dan pepohonan akan lebih menghijau. Cuaca Jerman akan lebih hangat dan cerah sampai akhir musim panas bulan oktober nanti.

Setelah beberapa saat lamanya mobil itu melaju, maka tibalah di sebuah hotel yang tak kalah indah dari bangunan yang dilihat Neira tadi.

Mereka memutuskan untuk beristirahat dan hanya menikmati fasilitas hotel untuk hari pertama ini dan esok hari akan dimulai petualangan yang diharapkan menyenangkan.

*****

Hari kedua siang ini mereka memulai perjalanan yang telah diatur oleh Ayah Lucas dan betapa terkejutnya Elladya saat memasuki bangunan sebuah galeri seni bernama Galerie Michael Schultz itu menampilkan karya-karya seni yang begitu memukau.

"Wow, galeri seni ini indah Ayah," ucapnya berdecak dengan mata berpendar kekaguman. Memang gadis remaja ini sangat menyukai segala macam bentuk seni.

"Sudah Ayah katakan bukan... Jika kau pasti akan menyukainya." jawab Laki-laki paruh baya itu seraya mengulas senyum.

Rupanya Ayah dan anak ini memiliki selera yang serupa. Neira membatin sembari memangut-mangutkan kepala.

Karya luar biasa ini memang patut untuk dikunjungi. Tidak ada seseorang yang tidak menyukai ini. Serunya lagi menuntun kakinya menghampiri sedang ekor matanya menelisik deretan galeri seni yang terbingkai rapi. Indah sekali lukisan yang terpampang di sana.

Ah, sepertinya aku harus meralat ucapkanku. Neira tak percaya ketika melengoskan kepala ke belakang.

Mendapati Reyhan berdiri dengan mata yang terpusat pada ponselnya.

Ternyata ada yang tidak tertarik di sini... Apa sih yang lebih menarik dalam benda pipih itu?

Neira geleng-geleng kepala dengan sikap suaminya yang tidak peduli dengan keindahan seni di sekitar. Benar. Bahkan sejak keberangkatan mereka kemarin malam. Ia mengingat hal itu.

Akhirnya Neira memilih untuk mengabaikannya. Ia beringsut mengekor mertua dan adiknya yang tengah asyik menikmati setiap detail lukisan.

Neira sesekali mengabadikan diri berpose bersama beberapa karya seni. Ia juga memotret ayah, ibu dan sang adik. Ya, begitulah hal yang sangat menyenangkan baginya. Berkunjung ke tempat-tempat bersenibudaya dan bersejarah juga yang berkaitan dengan wisata alam ia sukai.

Karena sesekali berjalan lalu menatap ponsel membuat Reyhan membentur tubuh seseorang. Laki-laki itu terkejut sesaat ketika mendongakkan kepala. Dia... wanita masa lalunya ada di depan mata.

Neira sempat melirik sekilas lalu ketika melihat Reyhan yang ternyata sedang terlibat dalam percakapan yang serius dengan seseorang, membuatnya beringsut mendekat.

Saat lamat-lamat memperhatikan keduanya. Tiba-tiba saja Reyhan mendapatkan pelukkan mesra dari wanita muda itu.

Melihat hal itu... Entah mengapa Neira merasa ada sisi dalam dirinya yang tercubit. Lalu menyisakan panas yang menjalar di rongga dadanya. Menyesakkan untuk sekadar bernapas normal. Udara di sekitar seakan raib tak bersisa dari jangkauan helaan napasnya.

Sesesak inikah melihatnya dalam pelukkan wanita lain?

*****

Liburan di Jerman masih terus berlanjut. Banyak tempat yang mereka kunjungi satu persatu dari museum, pantai, taman hiburan dan ada banyak festival seru yang digelar di bulan mei itu.

Namun, Neira merasakan hal berbeda sekalipun yang di kunjunginya adalah tempat atau wisata favoritnya. Pikirannya entah jauh berkelana ke mana. Terasa ada hal mengganjal berkecamuk di pangkal rongga dada. Meskipun Neira tidak tahu menahu penyebab pastinya.

Hanya saja perasaan tidak tenang tengah hadir, seakan telah terusik sepercik ketidakberesan. Namun, Neira dengan tegas mengenyahkan pikiran-pikiran buruk yang tengah berkecamuk.

Hingga liburan selama lima hari pun telah usai, tanpa meninggalkan kesan kebersamaannya dengan Reyhan.

Laki-laki itu terkadang memilih tetap berada di hotel dengan berdalih lelah. Kenyataan memang Neira dapat melihat ekpresi tak bersemangatnya.
Entahlah...

*****

Mereka tiba di Yogyakarta pada pagi hari. Baik ayah dan ibu mertua serta adik iparnya sangat senang menikmati liburan itu. Meski sedikit berbeda dengan Neira.

Seperti biasa mereka beraktivitas sehari-hari. Reyhan dengan kesibukkan dinasnya di Rumah Sakit dan Neira sibuk dengan rutinitas mengajarnya.

Ia tidak pernah menanyakan perihal siapa wanita yang ditemui Reyhan tempo hari. Neira hanya ingin keterbukaan suaminya itu secara sadar kepada dirinya. Atau ia akan berusaha melupakan hal yang telah ia lihat. Mungkin pilihan terakhir tepat menurutnya. Meski tak mudah untuknya.

Dua minggu berlalu. Tanpa terasa bulan ramadhan pun tiba. Mereka menyambut dengan bahagia penuh suka cita. Bulan suci yang berlimpah pahala bagi siapa saja seorang muslim dan muslimah yang taat beribah dan berbuat kebajikan.

Elladya juga telah mengetahui hasil kelulusannya sebagai salah satu siswi SMA yang dinyatakan lulus. Tentu ia sangat bahagia.

Tiga hari setelahnya perpisahan di keluarga James terjadi. Ya, kepindahan Ayah Lucas, Ibu Raniya dan Elladya ke Australia. Tempat kelahiran sang ayah.

"Sudahlah jangan sedih... Nanti saat hari raya idulfitri Ibu tunggu kalian di sana." Tepukkan pelan di bahu untuk menenangkan sang menantu.

Neira mengangguk lemah. Rasa sedih di hatinya menuai genangan bening di kelopak matanya. Mereka kembali perpelukan untuk terakhir kali saling melepaskan.

"Jaga Neira!" perintah tegas dari Ayah Lucas sembari menatap dalam penuh arti kepada Reyhan.

Laki-laki itu menganggukkan kepala sembari tersenyum tipis.

Neira melepaskan kepergian mereka. Mertua dan adiknya itu yang sudah ia anggap layaknya keluarga sendiri. Tentu Neira memiliki rasa cinta untuk mereka.

*****

Pada dua malam berikutnya dengan susah payah Neira menyiapkan sesuatu. Ya, memberikan kejutan di hari ulang tahun Reyhan.

Sepulang kerja usai dijemput Arkan, ia membuat kue dan menghiasinya dengan rapi dan cantik. Meski Arkan sempat mengusulkan untuknya agar membeli kue saja, tetapi kakaknya itu tetap bersikeras membuatnya sendiri.

Hal yang masih Neira ingat adalah suaminya itu begitu menyukai buatannya dan perpesan agar ia membuatnya dihari jadinya.

Sehingga sepulang dari kampus, Arkan harus rela mengantar Neira berbelanja kebutuhan dalam pembuatan kue itu.

Lelah? Tentu. Sejujurnya ia sangat merasa lelah. Namun, ia mengesampingkan semua keluhan fisiknya yang meminta segera direbahkan itu.

Karenanya di sinilah ia. Duduk sendiri berpeluk sepi menunggu kedatangan sang suami.

Sesekali ia beringsut menuju jendela berharap mendapati sosoknya, tetapi yang dinanti nyatanya tak juga pulang menghampiri.

Hingga waktu menunjukkan pukul 12.00. Neira yang tertidur di sofa ruang tamu itu mengerjapkan mata beberapa kali setelah samar-samar mendengar deru mobil memasuki gerbang rumah mewah itu.

Sesaat kemudian terdengar langkah kaki mendekat.

"Rupanya dia sudah pulang...." gumam Neira tersenyum semangat di sisa-sisa kantuknya.

Sebelum pintu itu terbuka lebar dari luar. Ia telah beranjak berdiri mengambil posisi di depan pintu. Dengan jantung berdegup menyusup rasa hangat yang lembut. Menunggu sang empu membukanya.

Harapannya, kejutan itu berhasil membuat Reyhan tersenyum senang.

Ceklek!!!

"Selamat hari jadi, Kak Rey!" pekik Neira renyah sembari memamerkan deretan gigi putihnya. Kue beserta lilin yang menyala telah ada di kedua rengkuhan tangannya.

Hening beberapa saat Neira menantikan reaksi terkejut sekaligus senang darinya...

"Apa-apaan ini... Tidak perlu lagi kau bertingkah seperti seorang isteri!"

Deg!!!

Seketika Neira tertegun di tempatnya. Bukan ucapan terimakasih yang cukup pantas diterimanya. Justru ucapan itulah yang bahkan tak pernah ia bayangkan akan terdengar memekakkan gendang telinga dan menyesakkan dada telah terlontar kasar dari mulutnya.

Braakkk!!!

Terdengar keras bantingan pintu tepat di depan matanya. Laki-laki itu berjalan cepat menuju tangga dengan kaki panjangnya.

Untuk sekian lama, setelah Reyhan bersikap baik bahkan terkesan manis dan tidak berperilaku kasar lagi. Tentu ini adalah hal yang sangat mengejutkan sekaligus menyesakkan bagi Neira yang masih diliputi rasa ketidakpercayaan mencerna ucapannya barusan.

Tiba-tiba mata Neira memanas. Air matanya terasa mendesak menyeruak lalu seketika jatuh mengaliri pipi pucat pasinya.

Hanya pandangan kosong yang tampak di ruang matanya. Kue itu pun jatuh berserak dari tangan Neira yang bergetar. Berserak seperti pangkal hatinya yang retak berjarak.

Neira menangis dalam kebisuannya. Ia terluka dalam helaan sesak napasnya.

******

Bersambung....

Maluku, 27 Maret 2020⭐

*Part kali ini penuh dilema saat aku menulisnya, karena suatu dan lain hal. Akhirnya itu hasil akhirnya.

**Hufft tidak tega membuat Neira terluka lagi di part ini.😔🤧🤧

***Apa yang kalian rasakan ketika membaca part ini?

Part ini adalah part yang terpanjang sepertinya.

Ayo jangan lupa simpan dalam Reading list kalian supaya dapat pemberitahuan setiap update bagian terbaru cerita ini.😊😊

Share dan follow akun instagramku ya @penjejak.rasa

Yang merasa sudah vote dan berkomentar berarti kalian bagian dari penyemangatku untuk kembali menulis kisah ini. 💞❤
Terimakasih !!

Daah sampai jumpa di bab selanjuutnya 😊

Salam
Penjejak_Rasa

------------------------

Salam!

"BERDETAK"_Berakhir dengan Takdir.

Semoga "BERDETAK" selalu di jantung kalian,
karena sebuah rasa yang tak mampu diluapkan.

>%%%<

Continue Reading

You'll Also Like

13.9K 1.1K 25
โ๐Ÿ๐ญ. ๐Š๐ข๐ฆ ๐ƒ๐จ๐ฒ๐จ๐ฎ๐ง๐ โž Setelah hari kelulusannya waktu itu, Dara pikir dirinya tidak akan bertemu lagi dengan lelaki yang pernah mengisi sekal...
453K 2.9K 5
Akurnya pas urusan Kontol sama Memek doang..
1.2K 286 22
Jevika, seorang penyair yang tinggal sendiri di desa terpencil yang jarang di jamah manusia. Ayahnya seorang politisi terkenal dan menyembunyikannya...
702 62 6
Perjodohan mengubah kehidupan seorang Reihacharan Atthr Kawiswara. ๐ˆ๐ง๐ ๐ข๐ง๐ง๐ฒ๐š ๐›๐ž๐ ๐ข๐ง๐ข ๐ฆ๐š๐ฅ๐š๐ก ๐›๐ž๐ ๐ข๐ญ๐ฎ! Pemuda berandal yang senang...