Sweet Psychopath Boyfriend [...

By Exitozdki

26.3M 1.3M 113K

Tersedia di toko buku kesayangan Anda. Sometimes, my hands are itching to kill someone, but I have promised... More

HAPPY READING
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Bonus Part
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
Special Brithday Dita & Salsa
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
49
50
51
52
Author Note
Extra Part 1
Sequel!
VOTE COVER
TELAH TERBIT

48

341K 17.3K 2.6K
By Exitozdki

Setelah Raga dan Siska bangun dari tidur mereka pukul satu siang. Raga mengantar Siska pulang ke rumahnya.

Kedatangan Siska langsung dihadiahi beribu-ribu pertanyaan dari Sang Ibunda tercinta, sedangkan Alvian dan Raka tak mengetahui jika Siska tidak pulang semalamㅡ Alvian dan Raka sedang berada di Bandung karena mengurusi urusan perusahaan di sana.

Omong-omong Raka sudah bekerja di salah satu perusahaan milik Alvian, posisi laki-lakinya itu langsung melejit naik menjadi seorang CEO.

Siska menjadi jarang bertemu dengan kakak laki-lakinya itu semenjak Raka menjadi seorang CEO. Raka berangkat bekerja sebelum Siska bangun tidur dan kembali ke rumah setelah Siska tertidur dengan nyenyak. Siska mengerti bagaimana keadaan Raka saat ini, ia pasti sangat lelah karena telah bekerja keras. Ia hanya berharap agar Raka selalu diberikan kesehatan dan umur panjang.

Tadi, Raga membantu Siska menjelaskan pada Salma jika semalam Siska menginap di salah satu rumah temannya.

Oh, maafkan anakmu karena telah mencoba membohongimu Salma.

Setelah memastikan Siska pulang dengan selamat dan mencoba menjelaskan alasan Siska tidak pulang semalam. Raga pamit pulang karena ada sebuah urusan yang harus ia urus.

Raga memacu ferrarinya dengan kecepatan sedang di tengah-tengah jalanan Ibu Kota yang tak terlalu padat. Matanya memandang dengan serius jalanan yang mayoritas dipenuhi dengan kendaraan beroda dua.

Sebenarnya ada sebuah kuman yang harus ia basmi, tapi rasanya tak akan menyenagkan jika ia tidak bermain-main terlebih dahulu.

Tadi, ada seseorang yang mengajaknya bertemu di salah satu cafe di kawasan Bintaro. Raga hanya mengiyakan tanpa banyak bicara.

Mobil ferarri Raga berhenti dengan mulus di parkiran cafe yang terlihat cukup ramai. Hari ini Raga memakai sebuah kemeja dengan lengan digulung hingga siku dan celana jeans yang dipadukan dengan sneakers putih kesayangan. Topi hitam juga tak luput dari punck kepalanya.

Raga melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, pukul enambelas tigapuluh.

Ting

Lonceng berbunyi saat Raga menarik pintu cafe, kakinya berjalan mencari seseorang yang harus ia temui.

Pandangan seluru cafe tertuju pada Raga yang berjalan dengan aura gelapnya. Mata tajam Raga menelisik setiap sudut berharap segera menemukan seseorang yang ia cari.

Mata tajam Raga menemuka seseorang di sudut cafe yang tangannya melambai ke arah Raga.

Raga langsung mendudukan tubuhnya di depan seseorang yang tengah tersenyum genit padanya.

"Aku kira kamu gak bakal dateng, Ga!" seru seseorang itu sambil menggigit bibirnya, menggoda.

"Gak usah sok akrab. Ada apa, Lusi?" Raga berbicara dengan nada dingin dan pandangan mengintimidasi.

Seseorang itu adalah Lusiana Margaretha. Ya, Lusi yang mengajak Raga untuk bertemu di salah satu cafe di kawasan Bintaro ini.

Lusi menegangkan tubuhnya saat mendengar nada suara Raga juga mendapat tatapan intimidasi dari Raga, namun dengan cepat Lusi merubah semua itu dengan senyum merekah yang sangat menggelikan di mata Raga.

"Gak ada apa-apa kok, Ga. Aku cuma mau lebih akrab aja sama kamu," ucap Lusi sambil tersenyum manis. Lusi menumpukan wajahnya pada kedua telapak tangannya di atas meja. "Tadi kenapa gak masuk sekolah?"

"Bukan urusan lo. Kalo gak ada hal penting yang pingin lo bicarain, gue pergi," ujar Raga sambil menekankan kata penting di kalimatnya. Raga berdiri dari duduknya bersiap untuk pergi namun dengan cepat Lusi menarik tubuh Raga untuk kembali duduk.

"Kamu gak capek emangnya, Ga? Kamu juga belom pesen sesuatu," ucap Lusi dibuat semanis mungkin.

"Saya tidak membuang waktu berharga saya untuk hal tidak penting seperti ini." Raga mengatakan itu semua dengan formal dan penekanan di setiap katanya. Raga bangkit dari duduknya lalu berjalan dengan langkah lebar untuk segera keluar dari cafe bernuansa hangat itu.

Lusi menyeringai ganas. "Sebentar lagi, Raga. Hanya butuh beberapa bukti lagi dan kamu bakal jadi milik aku seutuhnya," desis Lusi tajam.

Di dalam mobil, Raga mengambil sesuatu dari kantong celananya, menekan beberapa digit angka di benda persegi panjang berlogo apel digigit miliknya lalu menempelkannya di telinganya.

"Halo, tolong carikan data-data Lusiana Margaretha. Saya mau data itu sudah masuk ke email saya nanti malam jam 10," ucap Raga pada seseorang di sebarang telepon lalu mematikannya sebelah pihak.

Raga kembali menghubungi seseorang, Rico. Raga ingin meminta bantuan dan bercerita sesuatu pada sahabatnya itu. Bagaimanapun bagi Raga, Rico tetap sahabat terbaiknya.

"Halo, Rico."

"Halo, ada apa, Ga?"

"Lo di mana?"

"Di apartemen, kenapa?"

"Tunggu gue di sana."

"Em, ok."

Lagi-lagi Raga mematikan ponselnya sebelah pihak. Meletakkan ponselnya di dashboard mobil lalu menghela napas kecil.

Raga menyalakan mesin mobilnya lalu menginjak pedal gas hingga mobil farreri itu melaju dengan kencang.

Perjalanan dari Bintaro hingga apartemen Rico memakan tigapuluh menit waktu perjalanan.

Ting

Pintu lift terbuka di lorong sepi lantai 6. Raga berjalan dengan tergesa menuju unit apartemen Rico.

Tanpa permisi, Raga menekan beberapa digit angka password apartemen Rico yang sudah dihapalnya.

"Rico," suara Raga terdengar menggema di apartemen Rico yang terasa sepi.

Dengan langkah tergesa, seseorang berlari menghampiri Raga hingga

Brukk

Seseorang itu terjatuh karena tersandung karpet berbulu tebal milikinya.

"Ceroboh," ucap Raga sambil mengulurkan tangan, bermaksud menolong seseorang itu yang tak lain dan tak bukan adalah Rico.

Rico menerima uluran tangan Raga sambil menyengir tak berdosa.

"Ada apa? Tumben banget lo mau dateng ke sini," ujar Rico dengan kekehan di akhir kalimatnya.

Rico berjalan ke arah lemari es lalu membuka lemari es dengan dua daun pintu itu, matanya mencari-cari sesuatu yang bisa ia makan atau minum. Dan matanya menemukan dua buah kaleng cola yang tergeletak mengenaskan, mulutnya meringis melihat itu.

Dengan dua kaleng kola di tangannya, Rico berjalan menghampiri Raga yang sudah tergeletak di atas karpet berbulu tebal milikinya.

Rico melemparkan satu kaleng kola yang ia pegang pada Raga.

"Kenapa? Siska minta putus sama lo?" tanya Rico asal sembari menyesap kola yang sudah ia buka dan duduk di tempat yang sama seperti Raga.

"Shut up, Rico," ujar Raga tajam.

Rico terkekeh pelan. "Kan, kalo Siska minta putus sama lo gue bisa ngantri jadi calon pacar barunya."

Raga melempar sebuah bantal sofa yang tepat mengenai kepala Rico.

"Sakit, Ga!" seru Rico sembari mengelus kepalanya, walaupun tak sakit tapi sedikit memusingkan.

"Makanya diem!" balas Raga kesal.

"Jadi, ada apa?"

"Lusi."

"Oh Lusi, setelah putus sama Siska lo mau pacaran sama Lusi, gitu?"

Shit, Raga sedang tidak ingin bercanda kali ini.

Wajah Raga berubah menjadi garang, intonasi bicaranya pun muali meninggi. "Shut your fucking mouth!" seru Raga marah.

"Wow, calm down, Bro. I am just kidding."

"Sekali lagi lo bercanda, gue jahit mulut lo," desis Raga tajam.

Rico bergidik ngeri mendengar ancaman Raga. "Ok, ok. Ada apa?"

"Dia itu kuman yang harus gue basmi," ucap Raga serius. Tangannya mulai membuka kaleng kola yang diberikan Rico.

Rico mengangguk paham. "Gue tahu."

Raga menyesap cola itu dengan perlahan, menikmati sensasi minuman itu di lidahnya. "Gue minta bantuan lo buat musnahin dia."

Rico tersenyum tulus. "Tanpa lo minta gue bakal tetep bantu."

Raga melirik Rico menggunakan sudut matanya. "Thanks."

Rico terkekeh pelan. "Tapi, ini gak gratis."

Raga menengok ke arah Rico dengan dahi berkerut. "Berapa yang harus gue bayar?"

Rico tersenyum menang mendengar pertanyaan Raga. "Gue mau mie ayam, lo bayarin gue makan mie ayam, ya!" seru Rico senang.

Kerutan di dahi Raga segera menghilang mendengar jawaban Rico.

Raga mengangguk mengerti, menenggak cola itu hingga tandas lalu bangkit dari posisi duduknya.

"Ayo!" seru Raga sembari berjalan ke arah pintu keluar unit apartemen Rico.

Rico tersenyum senang sembari mengikuti langkah Raga.

Akhirnya ia bisa makan mie ayam sepuasnya tanpa perlu membayar.

TBC

A/N: Sorry kalo part ini gak terlalu greget. Btw, gara-gara habis nonton film fifty shades of grey gue jadi kepikiran kalo cerita ini dibikin ver CEO-nya :v


Serius nih gak mau follow Raga? Mana tuh teamnya Raga, masa dikit banget? Yang stalk lebih banyak dari yang follow malah.

Continue Reading

You'll Also Like

3.9M 213K 44
Posesif adalah caraku mencintaimu, agar kau tetap ada di sampingku dan tidak pergi dari hidupku🔪 #1 in possessive, 10 Juni 2020 #1 in acak, 15 Juni...
7.7M 291K 20
Pepatah mengatakan jika jodoh adalah cerminan diri, apa kalian percaya? Lalu bagaimana kisah antara sang badboy yang jatuh cinta pada seorang gadis...
1.1M 44.9K 128
Dihadapi oleh kenyataan yang menyakitkan, Shella menjadi lelah untuk menjalani hidupnya. Ia berjalan tanpa arah dan tanpa jiwa. Kepercayaan yang dita...
2.6M 209K 58
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Zenolya, dewi segalanya, dari awal tahu jika Hairoz adalah dewa kekelaman. Tapi Zenolya tidak menyangka jika Hairoz ternyata...