[✓] Kakak + Day6

By fnza19

274K 27.9K 5.3K

Menjadi satu-satunya perempuan dalam keluarga Aksara tak lantas membuat Jinara diperlakukan bagai ratu oleh k... More

Revisi
Aksara bersaudara!
Dongeng Masa Kecil
Para Abang bersatu
Rencana terselebung
Jalan-jalan
Sendiri
Ingatan yang hilang?
Perlahan
Calon ibu
Pangeran Dani?
Hilang!
Mencari Jinara
Diculik
Kehilangan Jinara
Wilnan dan Dava
Penculikan Aksara Bersaudara
Sebuah fakta
Memori
Seperti dulu
Drama
JEPANG, KAMI DATANG!!!
Bukan Bunda!
Bertamu
Bertemu
Jalan malam
Reuni bersama bunda
Kencan (+8 stalker)
Kencan (+8 stalker) part 2
Salam perpisahan kita
Khawatir
Selamat datang kembali, Ayah.
Mantan
Jayandra vs. Jinara
Gibah dan Nostalgia
Wisuda
A few years later
We will go home together, with you
Lamaran
Mantan Dava?
SAH
Day6 series

Kebenaran?

6.5K 759 50
By fnza19

Jinara mengeryit, "Aku... amnesia? Maksudnya?"

"Ekhem..." Dava berdehem keras sembari menyikut lengan Shaka setelah Jinara bertanya demikian. Bungsu kedua Aksara bersaudara itu menyadari jika ada satu hal yang telah Shaka langgar dalam perjanjian mereka selama ini yang tidak disadari oleh Shaka maupun para saudara yang lain. Tentang tidak menyinggung soal ingatan Jinara yang hilang di hadapan Jinara apapun yang terjadi.

Shaka yang tersadar melakukan kesalahan pun dengan segera menoleh ke arah Jinara dan tersenyum, "Gak lah, abang bohong barusan, hehe. Soalnya mana mungkin Jinara amnesia, btw gimana akting aku, guys?"

"Gilaaaaa bagus banget, lo cocok deh jadi pemain film. Pasti casting lusa di terima. Tapi harus banyak latihan biar kelihatan natural ya. " respon Jay dengan cepat untuk menyelamatkan Shaka.

"Ohhh, Bang Sakha lagi latihan akting." jawab Jinara sekenanya, masih berada di antara percaya dan tidak percaya dengan ucapan Shaka yang mencurigakan.

"Hahaha iya, Shaka kan lagi casting sinetron azab, doakan yang terbaik aja." Ucap Jay yang kini merangkul pundak Shaka.

Jinara menyipitkan matanya curiga dan terus menatap ragu ke arah Shaka, yang lantas membuat kelima pria Aksara itu berkeringat dingin karena tidak tahu harus mengelak seperti apa lagi menghadapi pertanyaan penuh curiga yang akan dilayangkan oleh Jinara nantinya.

"Eh, kita ngemil dulu yuk sebelum main sepeda. Lihat dong, gue bawa banyak snack." Ajak Key yang mencoba mencairkan suasana dengan mengangkat satu kresek putih yang isinya adalah berbagai jenis cemilan. Ia mengirim kode lewat tatapan matanya kepada Wilnan untuk melakukan sesuatu yang bisa mengalihkan perhatian Jinara dari Shaka.

"INGINNN." Namun sayangnya, Wilnan tidak menangkap kode yang dilayangkan oleh Key karena ia bersama dengan Jay dan Dava langsung menyerbu Key dan berusaha merebut makanan di tangannya.

"Dek, tangkap." Ujar Dava yang melempar dua keripik kentang pada Jinara yang sedang sibuk melamun, membuat si bungsu langsung menoleh dengan kedua alis bertaut bingung. "Ini...?"

"Jatah kamu, ntar di tikung Wilnan. Makan yang banyak."

"Tumben baik?"

"Ya sudah sini balikin kalau gak mau." Ketus Dava dan berusaha merebut kembali makanan yang sudah ia beri pada Jinara. Namun, Jinara langsung memeluk erat makanan itu dan menjauhkannya dari jangkauan tangan Dava. "Eh iya. Makasih bang, hehe."

"Hm, kurang baik apa gue coba?" cibir Dava.

"Iya-iya bawel."

Keadaan berubah menjadi hening. Semilir angin pagi berhembus membawa udara sejuk yang jarang mereka rasakan. Jay sudah bersandar pada batang pohon sembari menikmati pemandangan pagi dengan mulut yang dipenuhi oleh makanan, di paha si sulung itu ada Wilnan yang sedang menikmati musik sembari memejamkan mata. Key sudah memisahkan diri untuk berfoto dan berlarian untuk membuat konten, sedangkan di sisi lain, Jinara tampak sibuk memperhatikan gerak-gerik Shaka yang tengah mengobrol dengan Dava sembari berbisik ria.

"Main sepeda kuy, gue lihat ada sewa sepeda di sana. Ayok nyewa." ajak Key setelah puas berlari mengelilingi tempat mereka piknik. Ia menarik tangan Wilnan yang sedang tertidur dan memaksa adiknya itu untuk bangun.

"Nanti aja abangg.." rengek Wilnan namun tidak diindahkan oleh Key.

"Kalian jangan malas! Kalau mau tidur ya di rumah. Bang Jay, ayooo!!"

"Ntar aja, kunci, mager nih. Lo aja gih, duluan atau ajak Shaka atau Dava aja." Titah Jay saat tangannya ikut ditarik oleh Key.

Key mendengus kesal dan menatap tajam kedua orang pemalas itu. "Ayok, gak? Atau gue bocorin semua rahasia kita ke Jinara sekarang?"

"Istigfar, ancaman lo, dasar kunci. Iya ayoo, kayak anak kecil ah mainnya ancaman." Walaupun mengomel karena tidak terima, akhirnya Jay bangkit dan dengan langkah berat ia mau menemani Key untuk menyewa sepeda.













-----











Tak terasa matahari sudah mulai terbenam. Menandakan jika hari sudah akan berakhir dan malam akan segera datang. Sakha selaku yang paling waras langsung menyuruh mereka membersihkan semua kekacauan yang terjadi. Karena jika tidak begitu, bisa-bisa mereka mendirikan tenda dan menginap disini. Masing-masing sudah melaksanakan aktivitasnya sendiri mulai dari mengumpulkan sampah, membereskan peralatan makan dan melipat tikar.

"Dek, buangin sampah dong." jiwa bossy Jay kumat., padahal sedari awal mereka sudah membuat perjanjian untuk tidak membuat Jinara melakukan kegiatan apapun selama rencana dilakukan.

Jinara yang tidak sadar diperintah menurut saja dan melakukan apa yang Jay katakan. Ia mengumpulkan sampah yang masih berserakan di sekitar mereka, mengumpulkannya dalam satu kantong lalu berjalan menuju tempat pembuangan sampah yang berada lumayan jauh dari mereka tanpa penolakan sedikit pun.

Key yang melihat Jinara akan membuang sampah langsung menyodorkan sebuah kaleng soda. "Nitip dong."

"Iya, ada sampah lagi, gak?" Tanya Jinara yang di balas gelengan oleh Key.

Setelah selesai dengan urusan sampah milik Key, Jinara kini melanjutkan kembali perjalanannya menuju tong sampah untuk membuang sampah yang telah ia kumpulkan.

"DEK, AWAS JATUH!!" seru Sakha khawatir saat melihat langkah Jinara yang terlalu terburu-buru.

BRUK

Baru saja Shaka selesai berkata demikian, tubuh Jinara terjatuh menyapa tanah akibat tali sepatu yang tidak terikat sempurna. Untungnya saja sampah yang ia bawa tidak berserakan dan membuat ia bekerja dua kali. Tak lama berselang, terdengar suara tawa menggelegar milik Jay dan Key yang dapat dipastikan jika mereka sangat bahagia melihat sang adik yang terjatuh.

"Kan Abang sudah bilang, kenapa sih? Hati-hati kalau jalan." seruan Sakha kembali terdengar namun tidak membantu apapun karena Jinara harus berjuang sendiri untuk bangkit.

"Itu tanahnya gapapa? Takutnya lecet." timpal Key kemudian kembali tertawa bersama Jay.

"Cepetan, sudah soreee. Kita mau pulang." Wilnan memperingati.

"Aishhh para lelaki ini..." Cibir Jinara kesal. Ia dengan segera membersihkan celananya yang kotor oleh tanah dan langsung membuang sampah ke dalam tong. Saat sedang membersihkan celana miliknya, gerakan tangannya terhenti saat ia merasa menyentuh sesuatu yang basah di bagian belakang celananya.

"Eh?" Jinara otomatis melihat ke arah tangannya yang menyentuh sebuah cairan. Ia membelalak kaget dan seketika merasa panik saat menyadari jika seharian ia tidak berganti celana di saat datang bulan melanda. Ia kembali duduk di tanah sembari memikirkan cara untuk keluar dari masalah yang tiba-tiba saja datang.

"Ih, saking serunya kok gak sadar sih aishhh."

Melihat Jinara yang terduduk kembali dibandingkan berjalan pulang, tak ayal membuat kelima pria yang sedang menunggu si bungsu itu saling berpandangan bingung. Mereka mempertanyakan tingkah aneh Jinara yang malah kini sedang melamun menatap kosong tanah seperti orang kebingungan.

Karena khawatir akan kondisi si bungsu, Shaka langsung bergegas menghampiri disusul oleh yang lain.

"Kamu kenapa? Sakit?" Tanya Shaka yang kini ikut berjongkok di samping Jinara.

"Kenapa? Gak bisa berdiri?" Tanya Key.

"Kaki kamu luka? Sakit? Gara-gara jatuh tadi?" Timpal Wilnan yang mencoba meluruskan kedua kaki Jinara dan memijatnya pelan.

Jinara menggeleng kecil dan memandang ragu wajah khawatir kelima kakaknya. Ia ragu apakah mereka akan mengerti tentang permasalahan yang tengah ia hadapi secara mereka adalah seorang laki-laki? Jinara menjadi segan sendiri saat permintaannya sudah di ujung lidah namun sulit terucap.

"Terus kenapa?"

"Mau di gendong Sadewa?"

Dava menoleh dengan cepat ke arah Jay saat kakak sulungnya itu malah menyebut namanya. Ia melotot tak terima, namun sayangnya Jay pura-pura tidak melihat itu dan memilih fokus pada kondisi Jinara.

"Heh, kenapa sih? Di tanya itu di jawab dong, sayang." Tanya Key.

Jinara menunduk sehingga rambut panjangnya yang tidak terikat menutupi wajahnya. Ia menggigit bibirnya ragu sembari memainkan jari-jarinya gugup. "Adek bocor."

"Hah? Apa apa?" Tanya Jay sembari mendekatkan telinganya pada Jinara karena suara Jinara yang terlampau lirih dan tidak dapat di dengar.

"Kenapa sih?"

"Abang beliin adek roti Jepang dong.." pinta Jinara dengan muka memelas. Ia mendongak, menatap saru persatu wajah bingung kakaknya itu dengan harapan mereka mengerti akan kode yang ia berikan. Namun sayangnya, Jinara lupa jika para kakaknya ini buta akan wanita dan bukan termasuk jenis orang peka.

"Roti Jepang? Di mana yang jual? Perasaan gak ada deh,"

"Apa hubungannya jatuh sama roti Jepang coba?"

"Mungkin roti Jepang itu obat penahan sakit? Ah tau ah, gue bingung."

"Ehh roti Jepang kayak gimana sih? Emang ada?"

Key tiba-tiba mendengus geli melihat tingkah polos para saudaranya yang masih buta tentang seluk beluk kehidupan wanita. Ia yang mulanya berdiri segera mengubah posisinya menjadi jongkok dan berbisik di telinga Jinara, "Apa merk-nya? Bebas? Yang sayap atau yang biasa? Emang banyak banget?"

"Emang roti ada sayapnya?" Tanya Shaka yang tidak sengaja mencuri dengar ucapan Key pada Jinara. Ia menatap tidak mengerti ke arah sang adik yang kini malah tertawa, menertawakan kepolosan Shaka.

"Terbang dong kalau ada sayapnya?"

"Pamali ganti magrib, ntar aja di rumah yah?" Tawar Key lembut seolah ia sudah terbiasa menghadapi situasi macam ini.

"Tapi bang..."

"Apalagi ini di luar. Pake jaket Abang dulu yah?" Tanya Key yang dibalas anggukan setuju dari sang adik.

Key melepas jaketnya dan membantu Jinara untuk berdiri. Setelah itu, ia melilitkan jaket miliknya pada pinggang Jinara dan memastikan jika bagian belakang tubuh adiknya itu tidak terlihat oleh mata telanjang. Di sisi lain, Aksara bersaudara yang lain hanya bisa terdiam sembari memperhatikan dan berpikir tentang apa hubungannya roti, magrib, dan jaket.

"Coba balik badan, keliatan gak?" Titah Key dan dengan ragu Jinara berbalik badan. "Gak kok, kuy pulang."

Key dengan segera menggandeng tangan Jinara dan menariknya untuk berjalan menuju mobil, meninggalkan 4 orang yang masih duduk diam karena tidak mengerti apa yang terjadi.

"Beli rotinya jadi gak?" tanya Wilnan membuyarkan lamunan mereka tentang roti Jepang.

"Eh eh.. OH GUE PAHAM DONG HAHA." ujar Jay bangga.

"Emang kenapa bang?"

Jay membisikkan apa yang dia tau kepada ketiga adiknya. Dan dalam sedetik mereka menyadari betapa tidak pekanya diri mereka dan tertawa bersama. Dalam hati, mereka bertekad untuk lebih memahami wanita ditambah mereka mempunyai satu adik wanita yang perlu dijaga dan dipahami dengan baik.

"AYO KITA PULANG, GUYS." teriak Key yang sudah ada di dalam mobil membuat yang lain dengan segera menyusul.

Perjalanan pulang terasa hening karena biang rusuh sudah tidur. Siapa lagi kalau bukan Jinara. Satu-satunya wanita dalam 6 bersaudara itu sudah tertidur pulas di jok depan dengan headset yang menyumpal telinganya. Jay yang sedang berbaik hati mengambil alih kemudi dan menjadi supir setelah rengekan Key yang mengatakan tidak enaknya menyetir. Di bagian belakang, sudah ada Shaka dan Key yang sedang mengobrol dan si kembar, Dava dan Wilnan sedang mencoba tidur.

Mobil mereka berhenti di lampu merah, Jay yang tidak menyukai kesunyian mencoba membuka percakapan sembari menunggu lampu menjadi hijau. Ia menoleh ke arah spion untuk melihat wajah adik-adiknya. "Kapan-kapan kita piknik lagi lah, ajak ayah nanti."

"Boleh, tapi rasanya kurang kalau gak bully Jinara." Keluh Key yang memancing reaksi dari si kembar di bangku belakang.

"Bener. Gue sudah nahan-nahan buat gak bully dia. Kayak ada yang hampa gitu seharian ini tanpa bully Jina."

"Tapi, tumben loh, Jinara diem, nurut gitu. Gak barbar kayak biasanya."

"Soalnya kita gak nyebelin ke dia." Ucap Shaka.

"Dia tidur bang?" Tanya Dava pada Jay yang sedang menghitung berapa jumlah motor yang ada di depan mobil mereka.

Jay menoleh sekilas ke samping, di mana Jinara berada lalu mengangguk. "Tidur, noh sudah ngorok."

"Baguslah. Setidaknya kita gak perlu capek suruh dia tidur."

"Bimaa.." panggil Jay tiba-tiba yang membuat Sakha yang sedang bermain handphone lantas menoleh. "Iya bang?"

"Jangan diulangi, ya." ucap Jay lembut. Ia melihat reaksi Sakha melalu kaca spion yang berada di atasnya, dan reaksinya memang sesuai dugaan, Sakha menunduk dan membuang muka. "Maaf,"

"Berhenti menyalahkan dirimu sendiri, Bima. Bunda pergi itu takdir, Jinara amnesia itu juga takdir. Tidak ada yang salah, " jelas Jay yang mendadak bijak. Ia memegang erat kemudi mobil sembari mencoba terus mempertahankan senyum konyol miliknya.

Wilnan, Dava dan Key seketika memilih bungkam. Karena ini adalah masalah kedua kakak tertua mereka. Dan jika Jay sudah memanggil nama Sakha dengan 'Bima' berarti itu adalah percakapan mereka berdua dan jangan ada satu pun baik Dava, Key atau Wilnan yang boleh menyela. Biasanya, mereka menyebut ini percakapan serius.

"7 tahun sudah berlalu, Bima. Jangan menyiksa diri mu dengan terus terlarut dalam kesedihan. Aku pun merasakan sakit dan kehilangan, kita semua sama disini. Kita kehilangan bunda, kita kehilangan sosok yang berharga. Jangan buat diri mu seolah yang paling menderita disini." nasehat Jay. Lalu saat lampu hijau sudah menyala, Jay kembali menjalankan mobilnya.

"Tapi bang.."

"Jangan motong dulu, aku belum selesai ngomong." Tegur Jay.

Shaka menunduk sembari menyandarkan tubuhnya ke kursi. "Iya maaf."

Tiga orang yang ada di dalam mobil kembali menganga kagum ketika melihat Sakha begitu nurut pada Jay dan Jay yang sangat terlihat berbeda dari biasanya. Jay yang mereka lihat sekarang adalah Jay yang memerankan sosok kakak sulung yang baik, dewasa dan pengertian. Tidak ada Jay yang bobrok, tsundere dan receh. Dan bahasa yang mereka gunakan itu 'aku-kamu' bukan 'lo-gue'. Ini adalah sebuah kejadian langka yang hanya terjadi dalam sekian purnama.

"Aku tau kok Bima, kamu pasti nyesel gak nungguin mereka di kamar saat itu. Tapi, apa kamu gak pernah mikir, kalau ada yang lebih nyesel dari kamu? Itu aku, Bima, andai aja dulu aku gak ngusulin liburan, bunda pasti masih ada dan Jinara bakal baik-baik aja. Andai aja dulu aku gak ngusulin buat tidur sendiri-sendiri, andai aja dulu aku gak nyuruh Jinara coba mandiri. Semuanya pasti gak bakal terjadi kan?" Jay menjeda ucapannya.

"Tapi, sekarang yah sekarang. Semua yang terjadi itu dulu dan jadikan sebagai pembelajaran. Tugas kita sekarang adalah jaga Jinara, dia sekarang permata satu-satunya keluarga Aksara. Jinara satu-satunya orang yang bisa ngobatin rasa kangen kita ke bunda. Sifat, wajah bahkan kebiasaan bunda sangat mirip dengan Jinara kan?"

"Jinara benar, Bima,. Janji yang telah kita buat dulu, harus ditepati. Jaga Jinara dari semua orang yang ingin menyakitinya. Kita berdua punya tugas itu. Kita juga harus jaga adik kita yang lain, kita harus jaga ayah juga biar gak nikah lagi. Oke?"

Sakha tersenyum tipis. Sudah lama ia tidak melihat sisi Jay yang lain semenjak Bunda nya tiada. Sebenarnya, sikap Jay yang sekarang itu adalah untuk menutupi semua kesedihan dan penyesalan dia di masa lalu. Seketika, Shaka merasa egois dan gagal menjadi seorang kakak yang baik bagi adik-adiknya.

"Sudah ah jangan melow, geli gue." ujar Jay membuyarkan momen haru mereka.

"Aelah, barusan aja keknya berwibawa. Sekarang gesrek lagi." komentar Wilnan.

"Kalau gue kek gitu, kalian malah aneh. Dah, ini juga pembelajaran buat kalian, ya. Jangan terus terpaku dengan masa lalu dan jangan sembarangan berucap dihadapan Jinara."

"IYA, ABANGGGG." Jawab serempak Key, Dava dan Wilnan.

Mereka semua kini tertawa bersama untuk mencairkan suasana yang sempat tegang karena percakapan Shaka dan Jay. Tanpa tau, jika sejak awal, Jinara tidaklah tidur dan mendengar semua percakapan mereka.

'Amnesia?? Jadi aku emang amnesia? Tapi kenapa?'



























•••
.
.
.
•••
16/01/2019

Direvisi 26/09/2020

Continue Reading

You'll Also Like

1.4K 228 8
Dari sekian rumah yang pernah aku lewati, tidak ada tempat untukku menepi. Rumah Papa sudah bahagia dengan keluarga barunya, rumah Mama sudah tenang...
14K 813 13
[TIDAK BISA DILANJUTKAN] Gak maksa, cuma kalo bisa tolong follow ya.. [SLOW UPDATE] 𝙎𝙥𝙤𝙞𝙡𝙚𝙧 "Tugasmu hanya melayaniku. Hanya aku. Kau hanya b...
6.5K 865 23
(Sudah tamat & part lengkap) Kana diputuskan secara sepihak oleh Bastian, mantan kekasihnya yang pindah ke Australia. Masih belum move on dengan Ba...
61.8K 5.6K 47
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...