Secret Fantasy ✧°• [Ongniel]

By jaetoyoung

120K 12.6K 2.4K

;; OngNiel area, jan salah lapak, bahasa semi-baku, cerita sangat sangat mainstream. iseng aja ini mah INI... More

(1) cuap cuap me
(2) [#1] stupid
(3) [#2] Office Mate
(4) [pt.2] Office Mate 🔞
(5) [#3] Nothing Without You
(6) [#4] My angry boy
(7) [#5] Teacher
(8) [#6] 비
(9) [pt.2] Nothing Without You
(10) [pt.2] Teacher
(11) [pt.3] Office Mate
(12) [#7] Precious Than Anything
(13) [#8] You Know?
(14) [#pt.4] Office Mate
(15) [#9] 지겨줄게
(15) [#10] Nakal!
(16) 지겨줄게 pt.2
(17) [pt.2] Precious Than Anything
(18) [pt.3] Precious Than Anything
(19) [#11] I miss you
(20) [#11] Kindegarden
(21) [#12] Skuter
(22) [pt.2] Kindegarden
(23) [pt.3] Kindergarden
(24) [#13] Daddy
(25) [#14] Meet you make my day gets better
(27) [pt.3] Meet you make my day gets better
(28) [pt.5] Office Mate
(29) [SEQUEL] I miss you
(30) [pt.2] You Know
(31) [pt.6] Office Mate
(32) [pt.4] meet you makes my days get better

(26) [pt.2] Meet you make my day gets better

1.6K 230 26
By jaetoyoung

Daniel membaca dengan sesekali mengerjakan dokumen yang tertera di atas meja kerjanya. Pekerjaan begitu banyak hari ini.

Daniel memencet sebuah bel pada telepon yang ada di atas mejanya, "Hwang Minhyun, bisa aku meminta klarifikasi penanaman saham dari perusahaan Kim?" Tanya Daniel sambil membolak balik kertas yang ia pegang.

"Ah baiklah, tuan."

Daniel melepaskan tangannya dari tombol itu lalu ia kembali mengerjakan dokumennya. Tiba tiba seseorang dengan map hitam memasuki ruangannya. Ia berjalan mendekati meja Daniel.

Daniel mendonggak sedikit, "oh minhyun-ssi.." ucap Daniel ketika melihat kedatangan sekretarisnya. Minhyun mengangguk lalu mrmberikan sebuah map hitam yang berisikan kertas ke depan Daniel. Daniel menerimanya lalu kembali sibuk dengan pekerjaannya.

"Tuan, anda terlihat sibuk.." ucap Minhyun.

Daniel tersenyum samar sambil tangannya sibuk mengerjakan pekerjaannya, "Kau tau sendiri, kita sedang di masa sibuknya di akhir tahun seperti ini.." Daniel menaikkan kacamata bacanya.

Minhyun mengangguk pelan,

Daniel mendonggak, menghadap Minhyun, "Oleh sebab itu Minhyun semangat kerjanya ya~" ucap Daniel dengan memberikan senyuman senang diakhir kalimatnya.

Minhyun yang diperlakukan sperti itu terkekeh pelan. Melihat senyum yang seperti itu tentu saja siapapun akan jatuh kepada Daniel. Untungnya Minhyun tidak punya perasaan sejenis itu terhadap atasannya. Hanya saja atasannya tidak seperti atasan lain yang suka memerintah, galak dan menyebalkan. Daniel benar benar ramah meski tampak luarnya sangar dan menakutkan.

"Baiklah tuan. Saya akan berusaha sebaik mungkin.." Ucap Minhyun yakin. Daniel yang mendengarnya mengacungkan sebelah jempolnya lalu kembali mengerjakan pekerjaannya.

Minhyun membungkuk sekilas lalu membalikkan badannya untuk melanjutkan pekerjaaanya di luar ruangan ini. Namun langkahnya terhenti ketika ia melihat jam tangannya, "Oh tuan. Maaf menganggu,.."

Daniel mendonggak, melihat Minhyun,

"... anda tidak lupa janji anda dengan tuan muda Daehwi?"

"Tentu tidak. Memang kenapa?.." Daniel meletakkan pulpen dari jarinya ke meja.

"Sekarang sudah jam pulang Daehwi." Ucap Minhyun karena biasanya ia yang menjemput Daehwi jadi ia selalu ingat.

"Benarkah?!" Tanya Daniel panik. Ia melihat jam tangannya. Ia membuka kacamatanya lalu ia berdiri dan langsung mengambil mantelnya. Daniel mengambil kunci mobilnya yang ada di laci mejanya.

Selagi Daniel mengambil kuncinya di laci, Minhyun menyadari bahwa ada sesuatu yang harus ia sampaikan, "Oh ya tuan."

"Hm?"

"Banyak dari wanita yang pernah anda kencani, dan juga beberapa perusahaan mengucapkan selamat ulang tahun kepada anda." Ucap Minhyun.

"Ne?" Daniel mendapatkan kuncinya.

"Bahkan mereka memberikan anda hadiah. Saya sudah letakkan di meja ruangan anda." Ucap Minhyun swmbil menunjukkan sebuah meja yang tertempel pada dinding yang ada di ruangan Daniel.

Daniel mengikuti arah tunjuk sekretarisnya. Daniel sedikit tercengang dengan beberapa kotak dengan berbagai ukuran tersusun menggunung di meja itu.

"Ah.." Daniel memekai mantelnya, "Buat Minhyun-ssi saja.. aku tidak tertarik.." ucap Daniel dengan menggeleng pelan. Dia berjalan menuju pintu ruangannya, saat melewati Minhyun, ia menepuk pundak Minhyun dengan tersenyum, "ucapkan terima kasihku pada mereka.." lalu ia berjalan kembali.

"Oh- tuan."Minhyun kembali memanggil untuk mencegah Daniel pergi. Daniel membalik,

Minhyun merogoh kantong dalam jasnya, lalu sebuah amplop terlihat, "Ini hadiah ulang tahun anda dari Tuan Kang." Lalu ia menyodorkannya kepada Daniel, "Beliau mengatakan anda harus membacanya."

Daniel menerimanya, "abeoji ya? Hmm okay.." lalu ia tersenyum.

"Lalu tuan.."

"Ya? Apalagi?.." tanya Daniel.

"Selamat ulang tahun, maaf saya tidak bisa memberikan apapun.." ucap Minhyun dengan bungkukan rendah.

Daniel tersenyum teduh mendengarnya, "Eum, terima kasih. Minhyun-ssi bekerja dengan rajin sudah menjadi hadiah bagi saya.." ucap Daniel.

Minhyun mengangguk. "Hati hati dijalan tuan.."

Daniel mengangguk, "mungkin aku tidak kembali lagi kesini. Tolong selesaikan semuanya ya?.. aku pergi.." lalu Daniel benar benar keluar dari ruangannya.

.
.
.
.
.

"Daaaaaddyyyyyy~"

Daniel yang sedang bersandar di pintu mobil langsung menegakkan tubuhnya ketika mendengar suara melengking itu. Ia tersenyum teduh ketika melihat seorang anak berlari ke arahnya.

"Daddy benar benar menjemput Daehwi?! Daehwi sayang Dadddyy~" Daehwi memeluk kaki ayahnya. Daniel terkekeh pelan melihat tingkah imut anaknya.

"Sekarang kita mau makan siang dulu atau langsung ke toko buku?"

"Langsung ke toko buku saja! Daehwi tidak lapaaar!" Jawab Daehwi penuh excited.

"Oke, sana masuk mobil.." ucap Daniel dsn mengusak rambut Daehwi. Anak kecil itu melepaskan pelukannya lalu berlari menuju pintu mobil. Ia membukanya lalu masuk kedalamnya.

Daniel terkekeh pelan lalu ia juga memasuki mobilnya. Daniel memasangkan seatbelt Daehwi dan juga dirinya. Sesudahnya ia kembali menjalankan mobilnya menuju toko buku.

.
.
.
.
.
.

Sesampainya di toko buku besar yang ada di pinggir jalan, Daehwi yang terlalu semwngat langsung melepaskan tangannya dari genggaman Daniel. Namun Daniel kembali meraihnya cepat, "hey tunggu dulu.."

Daniel menjongkokan tubuhnya untuk mensejajarkan tubuhnya dengan Daehwi,ia meraih kedua bahu anaknya "Dengarkan daddy. Daehwi boleh kemana saja, tapi jangan pernah keluar dari toko buku ini, oke? Jangan mengikuti orang lain, siapapun, apapun tawarannya. Kecuali daddy yang mengajakmu keluar, Daehwi dilarang melakukan itu semua, Daehwi paham?" Ucap Daniel serius.

Daehwi mengangguk paham, "Paham, dad."

Daniel tersenyum, "baguslah... Jika ada yang tertarik ambil saja, akan daddy belikan.." lalu ia mengelus surai halus anaknya.

"Oke daddyy~" lalu setelahnya ia langsung berlari menghilang dibalik rak rak buku yang lumayan tinggi bagi anak sekecilnya. Daniel berdiri lalu menggeleng pelan melihat kelakuan anaknya. Daniel rasa Daehwi juga butuh untuk membaca semacam hiburan seperti komik. Kali ini ia akan membolehkannya.

Tidak ingin kalah, Daniel juga berjalan menuju rak dengan buku buku yang sesuai umurnya. Seperti jenis buku biografi atau sesuatu yang cocok dengan pekerjaaannya. Bukan novel novel cinta, oh ayolah Daniel bukan lagi remaja baru puber.

Daehwi dengan semangat memilih buku yang ia sukai. Dengan senyuman yang mekar ia membawa satu persatu buku di tangannya hingga menjadi tumpukan yang tinggi. Ia hanya mengambil setiap buku yang menarik perhatiannya. Secara sekejap Daehwi terasa tidak bijak. Toh katanya daddynya akan membelikan buku buku itu untuknya kan? Jadi ia akan mengambil apapun yang ia sukai.

Karena tidak fokus, ia menjadi tidak sadar ketika seseorang menabraknya. Semua buku buku berserakan dan dirinya jatuh terduduk.

"Oh astaga! Maafkan hyungg.." Orang yang menabrak Daehwi berjongkok untuk membantu Daehwi bangun.

Daehwi yang merasakan sakit, sudah siap siap untuk menangis dan akan melaporkan kepada ayahnya,

"Hyung benar benar minta maaf. Hyung tadi tidak melihat ada kamu.." sesal orang itu dengan wajah yang benar benar merasa bersalah.

Daehwi memutuskan tidak jadi menangis akibat melihat kesungguhan ucapan sang hyung ini. "Ti-tidak apa hyung.." ucap Daehwi pelan. Ia berjongkok lalu mengambil buku bukunya yang berserakan.

"Kamu datang sendirian?"

"Tidak, Daehwi datang sama Daddy." Jawab Daehwi.

Kakak itu mengangguk pelan. Ia melihat betapa banyaknya buku yang dibawa Daehwi, "wow banyak sekali.. sini hyung bantu.." kakak itu mengambil sebagian buku yang dipegang Daehwi. Daehwi tersenyum kecil.

Kakak itu melihat buku yang diambil Daehwi lalu ia memandang Daehwi dengan wajah berbinar, kagum dengan keimutan wajah Daehwi, "karena sudah menabrak adik barusan, ingin hyung bantu mencari buku?"

"Eng? Emang hyung tau buku buku disini?" Tanya Daehwi.

Kakak itu mengangguk, ia menunjukkan name tagnya pada Daehwi, "hyung pegawai disini. Hyung tau semua letak buku di tempat ini. Mau?.. kita akan mencari buku yang tepat untuk adik, gimana?" Tawar kakak itu.

Daehwi tersenyum lalu mengangguk senang, "Mau mau!!"

.
.
.
.
.

Daniel yang sedang asik membaca sebuah buku yang plastiknya sudah terobek sebelumnya melihat jam tangannya ketika ia sadar buku yang dari tadi ia pegang semakin lama akan habis ia baca. Hal itu menunjukkan sudah seberapa lama ia ada di tempat ini. Oleh sebab itu, Daniel kembali mengembalikan buku itu ke raknya dan ia berjalan mengitari toko buku besar ini untuk mencari keberadaan anaknya. Ia harus segera pulang, ia baru ingat Daehwi belum makan siang dan ini sudah pukul lima sore.

Daniel mengitari setiap tempat di toko buku ini, namun sosok anaknya belum juga muncul. Ia berjalan di rak komik anak.

"Hihihii~"

"Hyung yang ini seru hyung.."

"Iya kan? Daehwi mau yang ini?"

"Eum! Daddy pasti senang membacakannya sebelum Daehwi tidur~"

Daniel menyerngitkan keningnya ketika mendengar suara anaknya. Suaranya seperti tidak jauh dari sini. Tapi yang membuatnya semakin bingung, Daehwi berbicara dengan siapa?

Daniel berjalan menuju balik rak buku ini dan menemukan seorang anak kecil dengan seorang pria berhoodie merah dan celana jins cokelat muda. Mereka sibuk melihat lihat buku sambil berjongkok dan saling tertawa.

"Daehwi?" Panggil Daniel. Anak kecil itu mendonggak ketika namanya dipanggil. Ia tersenyum ke arah Daniel.

Daehwi berdiri "daaadyyy~" lalu menghampiri ayahnya yang masih menatap pria berhoodie merah itu.

Pria berhoodie merah itu berdiri, ia memegang buku buku pilihan Daehwi. Ia membungkuk pelan pada Daniel.

"Daddy dadddyy, sini deeeh," Daehwi menarik ujung mantel ayahnya untuk mendekati pria berhoodie merah. Daniel hanya rela saja ditarik tarik.

"Dad, kenalkan ini Ong Seongwu hyung. Hyung, kenalin ini daddy Daehwii.." Daehwi berucap senang.

Pria berhoodie merah kembali membungkuk, "Ong Seongwu imnida. Saya seorang pegawai disini. Maaf sebelumnya saya menabrak Daehwi dengan banyak buku ditangannya. Saya tidak melihat Daehwi. Karena saya merasa bersalah saya membantunya memilih buku.." jelas Seongwu takut ayah Daehwi salah paham jika dirinya ingin membahayakan Daehwi.

"Buku buku yang dipilih hyung bagus bagus loh dadddd... daehwi mau beli yang dipilih sama hyungg!" Ucap Daehwi.

"..dad?" Daehwi mendonggak untuk melihat daddynya karena sang ayah tidak bereaksi. Daniel hanya melamun sambil matanya menatap sosok Ong Seongwu di depannya.

Daniel menatap pria itu dalam dalam. Ia melihat semua yang ada pada pria berhoodie merah itu adalah sebuah kesempurnaan. Daniel jatuh cinta, dan ia tahu itu. Dia tidak pernah merasakan menjadi sebeku ini hanya karena seorang pegawai berseragam sama dengan pegawai yang lain, dan memakai sebuah bando rusa. Jika dibandingkan dengan kemewahan yang digunakan gadis gadis ketika mengencaninya, pria bermarga Ong ini memang jelas jelas berbeda. Namun sudah dibilang, Daniel tidak butuh lagi kekayaan, ia hanya cukup orang yang mencintainya dan Daehwi.

Oh wait, this sound so weird..

Seongwu menjilat bibir bawahnya ketika menyadari tatapan Daniel begitu dalam padanya. Ia pikir bahwa ayah Daehwi marah padanya.

Daehwi menyerngit, "dadddyy!"

Daniel tersadar dari lamunannya ketika mendengar gertakan anaknya.

"O-oh ya, terima kasih sudah membimbing Daehwi.. kenalkan saya Kang Daniel, ayah Daehwi." Daniel memperkenalkan dirinya.

"Ah.." Seongwu kembali membungkuk.

"Ba-baiklah kalau begitu kami permisi dulu." Daniel yang salah tingkah segera menggendong Daehwi dan membawa anak itu pergi.

"Eh- ini-" Seongwu menyodorkan buku buku yang ia pegang. Seongwu memanggil, namun priq berbadan besar itu sudah keburu pergi sambil menggendong anaknya.

"Dad dad! Buku Daehwiii!" Daehwi memukuli pundak Daniel ketika melihat kakak itu masih memegang bukunya sedangkan dirinya yang menjauh dibawa sang ayah.

Daniel kembali membalikkan tubuhnya, "oh ya lupa." Daniel terkekeh salah tingkah. Ah seharusnya dirinya tidak seperti ini.

Daniel kembali berjalan menuju Seongwu. "Ah saya akan membeli buku itu untuk Daehwi.." ucap Daniel.

Seongwu tersenyum, "Oh tak apa biar saya yang bawa ke kasir.." Seongwu menawarkan diri lalu berjalan menuju kasir. Meninggalkan pasangan ayah anak itu.

Daniel menurunkan Daehwi, "Ck, daddy kenapa sih? Bukunya hampir lupa kan.."

Daniel menggaruk tengkuknya, "mian, daddy lupa tadi.."

Daniel berjalan menuju kasir diikuti dengan Daehwi yang mengekor di belakangnya. Ia mengeluarkan dompetnya. Ia melihat Seongwu yang ada di dekat meja kasir memberikan buku buku itu. Daniel mendekati meja kasir.

Ketika buku sedang di scan, Seongwu tersenyum ke arah Daniel dan Daehwi, setelahnya ia pergi dari area kasir kembali ke pekerjaannya.

Melihat Seongwu yang jalan menjauh, Daniel terus menerus mengikuti arah jalan Seongwu sampai orang itu hilang di balik pintu percadangan. Daniel menghembuskan nafasnya pelan. Dkrinya tidak bisa melihat pria kurus itu lagi.

Setelah membayar, Daniel tersenyum sekilas kepada orang yang ada di belakang meja kasir dan ia membawa plastik belanjaanya.

"Ayo Dae- Daehwi?.." Daniel yang hendak menggapai tangan Daehwi menengok kesana kemari untuk mencari keberadaan putranya. Daniel kembali berjalan mengitari toko buku sambil memanggil nama anaknya.

"Hyung makan malam sama Daehwi yoookk..." samar samar Daniel mendengar suara anaknya. Pria dewasa itu segera menghampiri keberadaan anaknya.

"Eeyyy aniya, hyung tidak bisaa.. mana mung-"

"Daehwi?.."

Daniel memandang anaknya yang sedang bergelantungan di jaket Ong Seongwu. "Se-sedang apa?.." Daniel bertanya pada anaknya.

Daehwi melepaskan pegangannya pada jaket Seongwu, "Ini Seongwu hyung!," Daehwi menunjuk Seongwu, "hyung tidak mau daehwi ajak makan bersama.. huh Daehwi kesal." Daehwi menekuk wajahnya.

".. eh?" Daniel bingung.

"Kita mau makan habis ini kan, dad? Daehwi mau makan sama hyung, tapi hyungnya tidak mau!" Daehwi mempoutkan bibirnya.

"Ah, maafkan saya.. saya memang menganggu.." Seongwu membungkuk meminta maaf.

Daniel melihat Seongwu dari atas hingga bawah, terlihat berbeda sekali dari tadi ketika ia masoh memakai baju kerja. Sekarang pria bermarga Ong itu memakai pakaian yang lebih kasual, dan terlihat sedikit lebih menarik. Hmmm..

"Seongwu-ssi sudah selesai bekerja?.." tanya Daniel.

"Ah.. ya.. jam kerja saya sudah selesai, dan baru ingin pulang namun tiba tiba entah bagaimana Daehwi bisa menemukan saya di depan ruangan karyawan ini. Saya sungguh minta maaf.." Seongwu kembali membungkuk.

"Tidak apa Seongwu-ssi." Daniel sedikit tersenyum "ayo Daehwi kita pulang.." Daniel menjulurkan tangannya.

Daehwi menggeleng lalu berlari menuju belakang tubuh Seongwu, ia mengintip dari kaki Seongwu, "tidak. Sebelum Seongwu hyung ikut sama Daehwi." Ancam Daehwi.

"Hyung tidak bisa Daehwi.." Seongwu mengelus kepala Daehwi.

"Daddy bujuk Seongwu hyung dong!~" Daehwi memarahi ayahnya.

Daniel sebenarnya gugup setengah mati, namun sebaik mungkin ia tidak menunjukkan kegugupannya, "Benar Seongwu-ssi. Saya bisa mengantar anda pulang."

"Ta-tapi saya hanya merepotkan.."

"Tidak. Saya tidak merasa direpotkan dan tampaknya Daehwi akan sangat senang jika anda berkenan makan malam dengan kami."

Seongwu berfikir secara hati hati, "Eumm.. ba-baiklah.." namun akhirnya ia menerima juga.

"Jinjjaa!? YEEEEEaaaayyyyy~ ayo hyung~" Daehwi menarik Seongwu dengan gembira.

Daniel yang melihat anaknya sebegitu srnangnya hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Daniel berjalan santai keluar toko sambil tersenyum ke arah beberapa karyawan.

Seongwu tersentak kaget ketika melihat anak kecil yang menwriknya tadi berhenti di depan sebuah mobil mewah, "Hyung tunggu ya, Daddy nanti yang membuka pintu untuk kita~.."

Ia mematung, disitulah ia sadar. Bahwa kedepannya mungkin dirinya akan didekati pria kaya ini.

.
.
.
.
.
.

Seongwu duduk dengan canggung dan terasa tidak nyaman. Kini di hadapannya ada Daniel, seorang pria dewasa yang diyakini adalah ayah dari anak bernama Daehwi yang tidak sengaja ditrabaknya di tempat kerja. Ia tidak tahu jika akan berakhir seperti ini.

"Seongwu-ssi silahkan dimakan.." Daniel tersenyum sambil mempersilahkan Seongwu untuk menikmati makanannya.

"Hyung makan saja sepuasnya~ Daddy yang traktir~ Daddy Daehwi hari ini ulang tahuuun~" Ucap Daehwi ceria ke arah Seongwu.

"Eh!? Benarkah Daniel-ssi?!" Seongwu kaget.

Daniel tersenyum, ia mengambil sebuah daging dan memakannya, lalu ia mengangguk.

Seongwu makin merasa tidak enak, "ah.. berarti aku mengacaukan acara kalian ya.. maafkan saya.." sesal Seongwu.

Daniel menggeleng, "Tidak, dengan senang hati saya mengundang Seongwu-ssi untuk merayakan ulang tahun bersama. Makan saja sepuasnya.." lalu ia tersenyum.

Seongwu berasumsi bahwa Daniel sosok orang yang suka tersenyum. Tentu tersenyum menawan seperti itu. Bukannya hati Seongwu tidak bergetar melihatnya, bahkan ia hampir mati rasanya. Ia menyimpulkan daniel sosok yang menyenangkan.. mungkin?

"Ah begitu, selamat ulang tahun, Daniel-ssi.." Seongwu tersenyum ke arah Daniel.

"O-oh ya terima kasih.." Daniel gugup.

"Maaf saya tidak membawa hadiah, saya tidak tahu.." ucap Seongwu.

"Ey tidak apa." Daniel terkekeh, lalu ia melihat Daehwi yang makan sangat lahap. "Pelan pelan sayang, tidak ada yang mengambil makanan mu.." lalu ia memberikan segelas air kepada anaknya.

Seongwu menoleh kepada Daehwi yang duduk diantara mereka, "eumm jika boleh tau, umur Daniel-ssi berapa?" Tanya Seongwu yang mulai nyaman dengan Daniel. Ia memakan makanannya sedikit.

"28 tahun." Jawab Daniel santai.

"heee!? Berarti haruskah kupanggil "paman?"?" Tanya Seongwu karena kaget.

"Memang umurmu berapa?" Tanya Daniel sambil terkeeh pelan.

"Kita beda 10 tahun, paman.." jawab Seongwu yang masih kaget karena perbedaan umur mereka berdua.

"Kau masih kuliah?" Tanya Daniel lagi.

Seongwu mengangguk pelan.

'Cukup muda..'

.
.
.
.
.

"Seongwu-ssi benar benar tidak apa?" Tanya Daniel.

"Ah iya paman, di dekat sini ada halte. Jam seginj masih ada bis menuju daerah rumah saya.." ucap Seongwu.

Daniel mengangguk paham. Setelah makan malam bersama, mereka keluar dan memutuskan untuk pulang. Jelas, Daniel menawarkan tumpangan kepada Seongwu namun Seongwu terang terangan menolak karena tidak enak hati. Jadi ia putuskan untuk pulang menggunakan bis saja.

"Oh ya Seongwu-ssi.." Daniel menggosok hidungnya, "jangan panggil aku paman, usia kita tidak sejauh itu. Cukup Daniel saja juga tidak apa.." Daniel menjelaskan lalu ia tersenyum.

"A-ah.. baiklah.. Daniel-ssi?" Seongwu tersenyum.

Daniel tersenyum senang, "kalau begitu kami permisi. Terima kasih sudah menemani Daehwi dan juga mnerima makan malamku.."

"Ah harusnya saya yang berterima kasih. Saya hanya melakukan pekerjaan saya, tapi untuk makan malam, saya benar benar berterima kasih.." Seongwu membungkuk.

"Tidak apa.. saya permisi," Daniel membungkuk pelan lalu berjalan menuju kursi pengemudi,

"Hati hati menyetir, Daniel-ssi.." Seongwu membungkuk.

Daniel masuk kedalam mobilnya. Ia memasang sabuk pengaman, sedangkan Daehwi yang ada di belakang duduk di kursi khusus, memandang ayahnya penasaran,

"Bagaimana dad? Ong hyung mau diantar daddy?"

Daniel menolehkan kepalanya kebelakang, "Kata Ong hyung lain kali saja, ia ada keperluan sayang.. tidak apa kan?"

Daehwi cemberut, ia semangat sekali jika Seongwu diantar sama daddynya.


........

Seongwu berjalan perlahan ke arah halte terdekat. Selama hidupnya kerja paruh waktu baru ini ia merasakan getaran semacam ini. Seongwu sudah dewasa. Aneh rasanya ketika ia justru merasakan getaran yang aneh akibat pria tampan seperti Daniel. Dirinya tidak iri dengan ketampanan yang Daniel miliki layaknya pria kebanyakan, namun dirinya malah mengagumi, menyukai, bahkan ia merasa malu jika tatapan mata mereka bertemu. Apakah kini ia mulai mencintai seorang pria? Ia yakin kok dia straight.

Seongwu menghempaskan tubuhnya ketika ia tiba di halte,

"Apa ini cinta?"

"Jadi kau mencintai seorang pria, Ong Seongwu?.."

"Ah tidak, ini tidak mungkin cinta pada pandangan pertama... tidak.."



..........

"... Pangeran dan Putri saju itu jadi teman baik juga 7 kurcaci yang terus setia kepadanya."

"Bagaimana ceriㅡ"

"Krrr.."

Daniel melirik anaknya yang ada pelukannya sudah tertidur di dadanya. Daniel tersenyum. Ia menutup buku cerita itu dan meletakkannya di meja nakas yang ada di sebelah kasur Daehwi.

Beberapa jam yang lalu, Setelah mandi dan mengerjakan tugas sekolah, Daehwi berlari menuju kamar ayahnya yang sedang bekerja meminta untuk membacakan dongeng sebelum tidur. Awalnya Daniel tidak mau, namun karena tidak mau mengecewakan anaknya jadi ia mengambil buku itu dan menggendong anaknya menuju kamar anaknya. Anaknya itu sangat manis. Daniel tau anaknya sudah bisa baca dan mengerti namun mungkin sekarang masa masa manjanya Daehwi so ya, Daniel maklumi.

Daniel membaringkan tubuh Daehwi lalu ia juga membaringkan tubuhnya dengan bersender di kepala ranjang. Daniel membuka buku dongeng itu, dan disana terpampang,

Milik : Kang Daehwi dari Ong Seongwu hyung ♡

Daniel tersenyum kecil melihat tulisan acak acakan anaknya, "semua bukunya Daehwi kasih nama begini, hm?"

Daehwi mengangguk antusias, dia berhambur ke pelukan ayahnya, ia menyenderkan kepalanya pada dada Daniel, "ayo bacakan daaad..."

"Oke okee.." lalu Daniel mulai membaca dan Daehwi melihat gambar pada buku itu.

Saking hanyutnya dalam cerita, mata Daehwi jadi sangat berat dan akhirnya tertutup.

Daniel mengelus rambut anaknya. Lalu ia menidurkan kepala Daehwi dengan posisi yang benar. Lalu ia menyelimuti badan kecil anaknya. Ia mematikan lampu yang ada diatas nakas kecil lalu ia keluar dari kamar itu.

Ia berjalan menuju kamarnya lalu ia duduk di pinggir kasurnya. Mungkin sudah saatnya dia tidur, sudah malam.

Daniel melepaskan kacamatanya di nakas sebelah tempat tidurnya, namun ia terhenti ketika sadar ada sebuah surat di bawah kacamatanya.

Ia mengambil dan melihatnya. Jelas ini bukan surat dari perusahaan karena tidak ada kop yang seperti biasanya. Setelah diingat ingat, benar juga tadi siang Sekretaris Hwang mengatakan bahwa ini dari ayahnya.

Ia segera merobeknya sedikit lalu menarik surat itu keluar, ia membuka dan membaca tulisan tangan ayahnya,

Kepada Daniel anakku tersayang,

Selamat ulang tahun, nak. Bagaimana kabarmu disana? Apakah baik baik saja? Bagaimana pula kabar cucuku,hm? Sudah lama ayah dan ibu tidak melihat dia.

Kau sudah bekerja keras sayangku, terima kasih sudah mau mengurus perusahaan demi ayah. Terima kasih kau selalu mendengarkan kami. Kau memang selalu bisa membanggakan orang tuamu. Maaf ayah hanya bisa memberikan surat untumu. karena kau tahu? Kau sudah memiliki semuanya, kau bisa membeli semuanya, jadi ayah pikir hanya kata kata yang sangat sulit ayah katakan lewat perkataan seperti ini yang bisa ayah berikan padamu.

Daniel dengar, untuk terakhir kali ini ayah hanya meminta, cepatlah menikah. Ayah sudah mengusahakan semua kenalan ayah untuk memperkenalkan anak mereka kepadamu namun tidak ada satupun kabar kau akan meminang salah satu dari mereka. Ayah menyerah terhadap pilihan ayah, oleh sebab itu mulai sekarang terserah kepadamu. Siapapun, apapun dia kami akan menerimanya dengan baik. Kini kau sudah 28 tahun. Kami yakin dan percaya kau pasti sudah tau mana yang baik dan yang tidak. Mana yang bisa menemanimu dan membimbing Daehwi, ayah dan ibu yakin kau tau mana yang pas untuk dirimu pinang menjadi istrumu.

Pulanglah sekali kali kemari. Ibumu seringkali menangis karena merindukan putra satu satunya ini. Ajak Daehwi juga, ia suka bermain perang perangan dengan ayah. Jaga kesehatanmu, nak. Kami sayang padamu.

Daniel tersenyum melihat surat ayahnya lalu meletakkannya pada meja nakasnya.


"Aku menemukan 'nya' abeoji..."


Continue Reading

You'll Also Like

7.4M 439K 54
⚠️FOLLOW DULU SEBELUM BACA! ⚠️Rawan Typo! ⚠️Mengandung adegan romans✅ ⚠️Ringan tapi bikin naik darah✅ Neandra Adsila gadis cantik yang berasal dari d...
1.6M 57.3K 38
"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan." Tapi apa setelah perpisahan akan ada pertemuan kembali? ***** Ini cerita cinta. Namun bukan cerita yang bera...
219K 15.7K 50
Anna pernah berfikir untuk menghidupi dirinya sendiri, apalagi ditengah-tengah zaman yang semakin menunjukkan tingkah bejat Laki-laki dan itu membuat...
212K 2.2K 12
Megan tidak menyadari bahwa rumah yang ia beli adalah rumah bekas pembunuhan beberapa tahun silam. Beberapa hari tinggal di rumah itu Megan tidak me...