Jodoh Gak Kemana [Re-publish]

By kyurara

2.5M 77.8K 4.2K

Dilamar oleh lelaki yang ingin kau nikahi itu biasa. Apalagi jika sudah mengenal sejak lama dengan perasaan y... More

Sinopsis
Prolog
Bab 1
Bab 3a
Bab 3b
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Special Edition --- (Rayuan Gombal)
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12-1
Bab 12-2
Bab 13
Bab 14
Bab 15 a
Bab 15 b
Bab 15 c
Cek Mulmed ya ^^
Akun sosmed Ata
Diskusi Versi Cetak
Bab 16 A

Bab 2

75.8K 4.4K 185
By kyurara

Beberapa saat lalu Ata pergi berbelanja bahan makanan untuk sarapan kami. Yah, karena ini rumah baru yang memang disiapkan untuk kami berdua, tidak mengherankan jika kulkas yang ada di dapur masih kosong.

Awalnya aku sedikit tidak menyukai prinsip Ata yang menyiapkan rumah khusus untuk kami tempati berdua di saat sudah menikah seperti ini. Aku ingin kami berusaha memulai segala sesuatunya dari nol dahulu. Mungkin kami bisa mencari rumah kontrakan, kemudian menabung bersama sedikit demi sedikit, lalu barulah kemudian membeli rumah dan lain sebagainya.

Tapi yah mungkin ini juga tidaklah terlalu buruk, mengingat kami sudah menempati rumah ini sejak semalam. Sejak malam pertama kami. Jika kami harus menginap di rumah orang tuaku, maka keributan tadi pagi mengenai bisa atau tidaknya aku berjalan, yang entah dari mana begitu diyakini oleh Ata, akan terdengar oleh seisi rumah. Memalukan!

Nah, kembali ke Ata. Kenapa hanya dia seorang diri yang pergi berbelanja? Kenapa aku tidak ikut pergi untuk menemaninya?

Jangan salahkan aku. Ata sendiri yang meminta. Ia masih meyakini paham rasa perih dan sakit hingga tak bisa berjalan selepas kehilangan keperawanan dengan begitu berlebihan. Ditambah lagi karena selepas subuh tadi ia menarikku kembali ke ranjang kami, dia merasa aku menjadi begitu tak berdaya karena hal itu sehingga harus menetap di rumah. Padahal untuk berlari saja aku bisa melakukannya.

Perlu dicatat! Aku akan mencekik Aldino bila bertemu dengannya nanti. Teganya dia meracuni pikiran polos suamiku itu. Rrrrr.....

Merasa seperti orang tolol yang terperangkap di dalam kamar dan demi memberantas kebosanan sekaligus menuntut sebuah penjelasan, aku meraih ponselku dan mengirimkan sebuah pesan dari sebuah aplikasi chat popular kepada teman baikku sambil menunggu kepulangan Ata.

To: My Precious Ella

Darl, katanya nggak sakit. Tapi kok semalem sakit ya...

Send!

Aku ingin menuntut penjelasan pada ibu satu anak itu. Dia bilang saat kehilangan keperawanan rasanya tidaklah sakit. Terus kenapa semalam rasanya perih ya?

From : My Precious Ella

Duuuh yang sekarang udah sah jadi wanita sesungguhnya. Istrinya si Atap muka rata. Suit.. suit... suit...

Emang nggak sakit kok, Cinta. Nyeri sedikitlah. Kamunya yang terlalu tegang kali. Relax.... relax...

Aku tersenyum membaca balasannya. Sejak dulu Ella gemar sekali menyebut suamiku itu Atap. Althaf terlalu bagus katanya. Aku pun mengetikkan balasanku.

To: My Precious Ella

Sakit tau!

Eh tapi emang semalam akunya juga terlalu tegang kali ya. Habisnya Ata pake nyebut-nyebut soal cinta terpendamnya aku ke dia pas SMA dulu segala sih, aku kan jadi panik dan malu. Kira-kira dia tau dari mana ya?

Tak lama setelah balasanku terkirim, tiba-tiba datang panggilan masuk dari pihak yang sedang mengobrol bersamaku ini.

"Eh sumpeh lo si Atap tau kalo kamu itu fans nya dia sejak SMA?" Ella bertanya heboh dari seberang sana, persis saat aku baru saja menerima panggilannya.

"Iya. Aku aja bingung kok bisa-bisanya dia tau. Kan yang tau hal ini cuma kita berdua."

"Si Rara gimana? Bukannya kamu pernah cerita juga sama dia?"

"Belum. Aku belum cerita sama dia. Mampus deh kalo dia tau, bakal dicekik aku karena nggak pernah cerita sama dia."

"Hahaha...nggak lah. Kan kamu my precious Fifa-nya dia."

"Hehehe...iya sih. Kan aku yang paling disayang, nggak mungkin dong aku disakiti."

"Hueekkkk...." Ella pura-pura muntah.

"Eeh, kamu hamil lagi? Ya ampun, baby Kai aja baru berumur satu tahun. Udah mau dapet dedek aja."

"Yeee... Mulai kan. Udah ah becandanya. So, kira-kira si Atap dapet info ini dari mana ya?"

"Nah itu yang masih menjadi misteri. Nggak mungkin kan kamu yang bocorin?" godaku.

"Hah? Aku?" Jerit Ella. Aku yakin pasti wajahnya menekuk sebal saat ini.

"Becanda, Honey."

"Aku lempar Atap nih," ancamnya.

"Lempar aja, aku akan menyerahkan diri dengan suka rela kok."

"Atap rumahku mau?"

"Nggaaakkkk, aku kan maunya cuma Atap si Althaf. Hihihi...."

"Aku beneran pengen muntah ini jadinya, tau deh yang pengantin baru," cibir Ella. "Udah ah, nggak selesai-selesai kalo bahas beginian. Jadi gimana? Masih sakit pagi ini?" tanyanya mengalihkan pembicaraan tidak jelas kami.

"Nggak lagi kok. Pas semalem aja, sama tadi pagi pas bangun sedikit perih. Tapi Ata percaya banget mitos sialan yang bilang cewek bakalan nggak bisa jalan kalo habis 'begituan.' Aku aja nggak dibolehin ikut dia keluar buat beli sarapan."

"Hahaha... Atap... Atap... Masih aja polos." Aku yakin sekarang Ella sedang sibuk menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Dan tahu nggak siapa yang ngasih dia pengetahuan baru itu?" tanyaku.

"Siapa?"

"Si anak ayam Dino. Sialan itu bocah, pikiran suci suamiku ternodai."

"Cieee... suamiku. Hahaha..." Ella kembali terbahak. "Eh tapi omong-omong Atap ini beneran polos atau gimana sih? Masa bujangan kayak Dino dipercaya. Lain cerita kalo yang bilang begitu si Ares."

"Lha iya, aku aja gemes. Seharusnya dia nanya ke yang lebih berpengalaman kan. Ini cuma gara-gara si Dino itu dokter dia langsung percaya aja. Kayaknya aku harus minta izin sama Rara deh buat jadiin Ares guru private-nya Ata."

"Hahaha...iya bener... bener. Mas Revan juga private-nya sama Ares."

"Masa? Nggak kebalik? Kan kalian nikah lebih dulu."

"Iya, tapi pengetahuan Ares lebih banyak."

"Ah kamu ngerendah nih. Nanti kutelepon Rara loh buat mastiin."

"Telepon aja, paling juga kamu kena semprot karena hormon ibu hamilnya yang suka meledak-ledak."

"Oh iya. Hahaha... aku ingat banget itu kemarin mukanya si Ares yang biasanya keliatan galak berubah lembut kalo istrinya lagi ngomel-ngomel. Kasihan bang—"

"Asik bener teleponannya, sampe-sampe aku panggil aja nggak denger." Sebuah suara menginterupsi obrolanku dan Ella.

Aku pun menolehkan kepala ke arah sumber suara dan mendapati sosok tinggi tegap itu berdiri dengan sedikit bersandar di pintu kamar kami.

"Ata!!!"

Sudah berapa lama dia berdiri di situ?

Mampus... mampus... kalo dia denger semua obrolanku dan Ella tadi.

"Kenapa? Kok kayak lihat hantu begitu. Kamu nggak lapar?"

"Eee... i-iya lapar. Kamu udah dari tadi pulangnya?" tanyaku masih dengan ponsel yang menempel di kuping.

"Nggak kok, baru aja. Udah bisa jalan belum, atau mau aku gendong sampai dapur?"

Kudengar Ella terkekeh di seberang sana.

"Nggak perlu," seruku panik. "Aku bisa jalan kok, nggak usah berlebihan deh."

"Ya sudah, ayo makan. Nanti kamu lemes."

Dan kali ini kudengar Ella benar-benar terbahak.

Ata omongannyaaaaaaaa... Rrrrrr...

"I-iya, nanti aku nyusul. Kamu duluan aja, aku masih mau ngobrol sebentar sama Ella."

"Oke, maksimal lima menit ya," ujarnya sebelum berbalik dan keluar dari kamar.

"Iyaaa..," sahutku yang entah masih terdengar oleh Ata atau tidak.

"Hahaha... lucu banget sih si Atap. Udah gih sana sarapan, nanti dia balik lagi loh," kata suara dari ponsel yang menempel di telingaku.

"Iya...iya...."

"Eh omong-omong, selamat berbulan madu ya. Jangan lupa oleh-oleh dedalu perkasa buat aku."

"Siapa yang mau berbulan madu? Cuma menghadiri wisudanya dia doang kok, lagian juga perginya nggak cuma berdua aja. Papa sama mamanya juga ikut."

"Alah, itu modusnya Althaf doang. Sebenarnya itu sekalian honeymoon, dia nggak mau ngomong terang-terangan aja."

"Honeymoon sama mertua, gitu?"

"Ya nggaklah Fifa sayang. Kan graduation ceremony-nya cuma satu hari, paling juga ortunya Atap pulang pas selesai acara. Taruhan deh, kamu pasti diajak tinggal beberapa hari lagi di sana."

"Gitu ya?" tanyaku nggak yakin.

Ya gimana mau yakin, kami hanya berangkat untuk wisudanya Ata. Terlebih lagi dengan dia yang kaku dan tidak peka itu, mana mungkin punya ide buat sekalian honeymoon.

"Yee, nggak percaya. Buktiin aja sendiri besok. Udah ya, itu Kai kayaknya udah bangun deh." Terdengar suara tangis bayi dan suara mas Revan yang memanggil istrinya.

"Oke, titip salam buat mas Revan dan titip cium buat calon menantuku si Kereta Api Indonesia ya."

"Itu K.A.I, Fifaaa.., K-A-I. Nama anakku Kai, nggak dipisah-pisah. Dan kalo nanti anaknya Rara cewek, kamu bakal dapat saingan."

"Iya, Kereta Api Indonesia. Nggak apa-apa, kalo nanti anakku juga cowok kan Rara tinggal pilih mantu. Tapi kalo cewek, ya sudah Kai dibelah dua aja."

"Bener-bener dah ini pengantin baru, otaknya rada geser. Udah sana makan, jangan males. Bener yang dibilang Atap, nanti kamu lemes. Kan butuh tenaga ekstra buat honeymoon besok. Hahaha..." Dan telepon diputus begitu saja.

Haah... Ella, aku kan belum selesai.

Dengan malas, akhirnya aku pun berdiri. Melepas bed cover yang meninggalkan jejak bersejarah semalam, lalu menyusul Ata menuju dapur.

***

"Ta, tadi kamu beli deterjen nggak?" tanyaku setibanya di dapur setelah sebelumnya meletakkan bed cover bersejarah tadi ke tempat mesin cuci berada.

"Deterjen? Buat apa?" tanyanya mengintip dari balik koran yang dia baca.

"Ya buat nyucilah, Ata, masa buat sarapan." Kutarik kursi yang berada sedikit jauh darinya dan duduk.

"Kamu mau nyuci? Kan besok kita mau berangkat. Titip ke tempat laundry aja," sahutnya dan kembali membaca koran.

"Malu."

Ata melipat korannya dan menatapku heran. "Malu kenapa?"

"Itu bed cover kan ada jejak pra-sejarah. Nggak enak sama tukang laundry-nya."

"Kenapa harus malu?"

Aku menekuk muka dan berdecak sebal. "Kamu mau disangka habis ngebunuh orang, bawa-bawa bed cover berdarah begitu?"

"Menurutku mereka nggak bodoh-bodoh amat kok, masa darah sedikit begitu dikira habis ngebunuh orang. Bahkan darah tikus aja lebih banyak."

Ya Tuhan....

"Jadi menurut kamu mereka bakal mikir apa?"

"Ya sama seperti apa yang bakal aku bilang kalo ditanya, itu adalah darah perawan istriku yang membanjiri ranjang kami."

Ibuuuuu.... Liat nih mantu kebanggaanmu. Omongannya jorok!

"Mesum!"

"Lha kok mesum? Kan emang bener begitu. Masa aku harus bilang itu darah nyamuk, kebanyakan. Lagian bohong itu dosa loh."

Gampang banget dia ngomong begitu dengan wajah datarnya.

"Terserah deh. Kamu aja yang antar, aku nggak mau," sungutku sambil berdiri. "Mana belanjaannya? Sini biar aku yang masak."

Ata memutar tubuhnya di kursi dan mengikuti gerakanku. "Kamu nggak perlu masak, tinggal makan aja. Tuh di sana, belum aku buka dari bungkusnya."

Sambil cemberut aku pun berjalan menuju bungkusan yang ditunjuk Ata di atas counter.

"Kamu belum makan?" tanyaku melihat dua buah kotak styrofoam yang masih utuh.

"Kan nungguin kamu."

Duh manis banget sih kamu Ta. Jadi pengen cium....

"Eh besok jangan beli makanan ini lagi ya, styrofoam nggak baik buat kesehatan."

Ata hanya bergumam sebagai tanda setuju.

"Kamu mau minum apa? Teh, kopi, susu?" tawarku sebagai wujud dari rasa terimakasih atas kebaikannya pagi ini sambil membongkar kantong belanjaan lain.

"Apa aja deh, asalkan bukan susu aja. Kan tadi sama semalam udah minum susu."

APA?!

Aku pun membalik badan dan langsung melemparkan kotak teh yang baru saja kukeluarkan dari kantong plastik ke arahnya.

"Mesum!"

Beruntungnya benda itu sukses tertangkap dan tidak mengenai kepalanya. Ia hanya terkekeh pelan lalu berdiri dari kursi.

"Karena kamu udah melemparkan aku teh, ya sudah aku minum ini aja."

Entah sejak kapan, tiba-tiba saja dia sudah berdiri di belakangku dalam jarak yang begitu dekat.

***

Kaco abisssssss...... Hahahahaha xD xD

Aku nggak tahu gimana mau jelasin lebih detail. Maklum ya, namanya juga cerita absurd bin abal-abal. Padahal pengen banget nulis sampe mereka packing-packing buat berangkat besok. Tapi yah apa daya....

Ata wisuda apaan? Wisuda buat gelar D.Phil sodara-sodara atau nama lainnya S3 atau Ph.D. Si Ata ini dosen, dan sebelum dia nikah sama si Fifa, dia baru aja nyelesain studi S3 nya. Tebak hayooo dimana...?!!

Bahkan untuk ngomong aja aku kacau begini.

Ah, ya sudahlah sodara-sodara. Rencana next part flashback mereka pas SMA aja kali ya (itupun kalo masih ada yang mau baca :'D )

Makasih buat kalian yg udah mau baca, vote, komen, atau pun ketiganya. Jika baik silahkan dinikmati, jika buruk silahkan tinggalkan dengan balik kanan bubar jalan.

Love y'all.... Muah muah :* :*

Saya mau reparasi otak dulu :'D :"D



Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 90.2K 31
SEBAGIAN PART DI PRIVATE. JADI FOLLOW DULU. Setiap perempuan normal memiliki satu juta jumlah sel telur. Dan seiring pertambahan usia, kondisi tubuh...
3K 561 10
Saturnus adalah bukti nyata bahwa setiap orang mempunyai masanya sendiri.
200K 8.4K 36
Thalita Naurah Rayyani, perempuan single berusia 26 tahun. Baginya, single adalah pilihan terbaik. Berbagai perjodohan yang dilakukan oleh orang-oran...
3.1M 72.6K 11
#1 in fiksiumum (May 11, 2020) #1 in romance (May 22, 2020) #1 in chicklit (May 1, 2020) #1 in ceo (May 1, 2020) #1 in romantic (June 9, 2020) #1 in...