Luka dalam Prasangka ✔

Door njenisyah_id

86.9K 5K 425

[Fiksi umum-spiritual] Judul awal "I Dont Want You Know" berganti menjadi "Luka dalam Prasangka" *** Radinka... Meer

Prolog
1: Sebuah Kisah Dimulai
2: Andai Kau Tahu
3: Bertemu Papa
4: Goresan Luka Dihati
5: Terhempas
6: Ucapanmu Setajam Silet
7: Awal Persahabatan
8: Semuanya ... Bohong?
9: Haruskah Kulupakan Cinta Ini
10: Diingatkan Kembali
11: Teledor
12: Kecewa itu Ada
13: Kuingin Selamanya
14: Kebohongan Terungkap
16: Ada Rasa yang Tak Terucap
17: Usaha Enyahkan Rasa
18: Sepupu Didit
19: Entah Kenapa
20: Bersamamu
21: Kenyataan Apalagi ini?
22: Sekian Kali
23: Kepala Batu
24: Reana Beraksi
25: Pantang Menyerah
26: Kutak sanggup, Mundurkah?
27: Rencananya Mundur
28: Didit Vs Arya
29: Yang Sesungguhnya
30: Arya
31: Sebelum Keberangkatan
32: Masih adakah Kesempatan
33: Belum Waktunya
Info (sedikit) Penting!
Info 📢
URGENT!!!!
Open PO

15: Dia Berbohong

1.7K 152 20
Door njenisyah_id

Assalamualaikum...
sebelum baca dipersilakan tekan ☆ dulu yaaaa.

Jan jadi siders, serrreemmm

kalau ada kuota lebih bisa diputer mulmednya :)

🌹🌹🌹


Aku langsung berpamitan pada Kevin setelah dirinya mengatakan Dhelia membatalkan menyewa band mereka seminggu yang lalu---tepatnya malam jumat---dan aku tercekat, seluruh tubuhku terpaku, yang kuingat malam jumat minggu kemarin itu pada saat aku bertemu Arya dan Dhelia di supermarket.

Dan Arya tidak membalas sapaanku demi menuruti kemauan Dhelia yang mengatakan akan membatalkan sewa band mereka jika Arya menyahuti sapaanku, itu yang Arya bilang esoknya saat kutanya di rumahnya waktu itu.

Tapi kenapa Dhelia tega sekali membatalkan padahal Arya sudah menuruti kemauannya, bahkan Arya rela menyakitiku demi The A---nama band Arya cs---agar tetap tampil

Dan kenapa Arya berbohong setiap harinya, dia mengatakan seolah dia benar-benar akan manggung diacara pernikahan kakaknya perempuan kurang ajar itu.

Tidak ada latihan tiap malamnya, tidak ada tidur di rumah Arif, tidak ada gladi. Kenapa dia berbohong?

"Hampir setengah jam lo di toilet, Di." Suara Reana membuatku sangat kaget, dengan tiba-tiba dia bersuara dan berdiri di sampingku.

Aku hanya bisa tersenyum kikuk, ingin bercerita pada Reana tapi bagaimana caranya. Dia juga sahabat Arya, dia juga berhak tahu 'kan apa yang terjadi dengan sahabatnya. Baiklah, akan kuceritakan sebenarnya.

Baru saja aku akan membuka mulut, gadis squishy itu menepuk bahuku dan mengatakan, "Pas nyari lo ke toilet, gue enggak sengaja ketemu Kevin. Dia mau masuk ke gerbong dan gue panggil," berhenti sejenak, dia mengambil napas

"Gue tanya dia mau kemana, bukannya The A manggung hari ini. Terus dia jawab enggak jadi manggung, Dhelia si cewek gils itu membatalkan semuanya, gila 'kan tuh cewek." Lanjutnya.

"Gue jadi kasihan sama mereka terutama Arya, udah kerja keras latihan tiap hari, secara dia vokalis, eh dibatalain sama cewek itu. Enggak mikir apa!"

Apa Reana tidak sadar, bahwa Arya telah membohongi kami?

"Kamu tanya sejak kapan Dhelia membatalkan sewaan mereka?" aku bertanya dan detik berikutnya kepala Reana menggeleng. Fix, dia tidak bertanya lebih detail. Biarlah ... lebih baik dia tidak tahu kebohongan Arya, biarlah kututupi semuanya demi Arya.

Aku tidak bisa membiarkan Reana ataupun A' Didit kesal atau bisa jadi marah karena kebohongan Arya.

Soal Dhelia, akan kutemukan dirinya malam nanti. Aku tidak akan tinggal diam karena kelakuannya yang seenaknya pada anggota The A, Arya sudah menuruti kemauannya waktu itu lalu kenapa dia seenak jidatnya membatalkan semuanya.

🌹


"Di, lo mau ke mana?" tanya Reana mengiringiku yang sejak keluar dari kamar sudah siap dengan dress panjang lengan pendek yang kulapisi cardigan tak lupa pashmina menutupi rambutku.

Aku memakai kaos kaki berwarna senada dengan cardigan yang kukenakan lalu mengenakan flat shoes dan melangkah menuju garasi setelah menjawab bahwa aku ingin keluar sebentar saja. Meski Reana masih mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan panjangnya.

"Jangan pulang lewat pukul 8, Di. Ngerti enggak? Kalau lo belum pulang jam 8 lewat, gue akan ngasih tahu Mama," ucapnya kembali saat mobil yang kubawa siap melaju meninggalkan garasi.

"OKE!" jawabku dalak mobil, lalu benar-benar meninggalkan garasi dan halaman rumah.

"Aku enggak bakal lama, Re. Setelah ketemu cewek gils--katamu itu--aku akan pulang."

Menempuh waktu 20 menit aku sudah berada di kawasan Opi, kutelusuri jalan-jalan yang berplank disetiap lorongnya. Plank bertulisan 'Kutilang' yang akan kucari, perlahan mobil bergerak maju dan ya itu dia ...

'Kutilang'

Kubelokkan arah mobil memasuki lorong tersebut, lorong komplek yang terlihat gelap dan sepi padahal 'kan salah satu rumah di sini--tepatnya--rumah Dhelia sedang ada acara, meski aku tahu resepsinya di OCC setidaknya ada tamu yang datang di rumah.

Kutajamkan mata membaca setiap nomor urutan rumah yang berada di dinding pagarnya. Dan rumah berlantai dua nan mewah ini berplank 'kutilang no. 7'

Menurut info yang diberikan Kevin tadi, rumah Dhelia 'kutilang no. 7' benar ini rumahnya. Segera aku meminggirkan mobil dan melepaskan sabuk pengaman lalu keluar.

"Ini rumah kayak enggak ada hajatan, sepi banget."

Kutekan bel di samping pagar, tak lama kemudian sosok laki-laki gagah perkasa ditambah wajah tampannya tersenyum padaku sambil membukakan pagar.

Ganteng sih, tapi tebar pesona!

"Iya? mau ketemu siapa?" tanya laki-laki tebar pesona itu padaku. Tak mau membuang waktu untuk memindai penampilan laki-laki itu, aku segera mengatakan bahwa aku ingin bertemu Dhelia.

"Ooh, mari masuk dulu, enggak enak rasanya berdiri di depan pagar kayak gini," ujarnya sok ramah

Aku mendengus sambil membatin, "kalau enggak enak kasih kucing. "

Mataku melirik ke arahnya sejenak, dia masih tersenyum kecil di sana, lalu tangannya terulur ke depan, "kenalin nama gue, Shaka. Koas di RS Permata Jaya, calon dokter kandungan, calon lelaki yang tanggung jawab dan calon imam kamu," ucapnya cengengesan.

Oh my god!! Dipikir aku bakal baper kali. Ilfeel, iya. Sok banget sih lelaki satu ini.

Tangannya mash terulur, jika kutolak aku tidak sopan maka kusambut saja uluran tangannya sambil menyebutkan namaku.

"Namanya cantik kayak orangnya," katanya pelan namun bisa kudengar dan aku menatapnya dan menanyakan keberadaan Dhelia kembali, lalu laki-laki bernama Shaka itu menepuk dahinya dan terkekeh kemudian, "Dhelia ya haha, sorry gue gagal fokus sama lo. Dhelia sore tadi ikut berangkat liburan ke Belanda."

Aku menghembuskan napas lelah, kalau Dhelia tidak ada kenapa dia mempersilakanku masuk! kesal sekali rasanya dibodohin sama laki-laki tebar pesona seperti orang ini.

Dan aku terlambat! seharusnya setelah pulang dari stasiun tadi aku langsung pergi ke sini. Bagaimana aku mencari kebenaran atas pembatalan Dhelia.

Menarik napas sejenak dan menghembuskannya, lalu aku segera pamit pada laki-laki yang masih tersenyum sok ganteng di hadapanku. Dia mempersilakan masuk sejenak dan aku menolak dengan halus, apa-apaan aku mampir kalau enggak ada orang yang kukenal.

"Radinka, namamu akan selalu gue ingat!" teriaknya saat aku sudah siap membuka pintu mobil. Kepalaku hanya bisa menggeleng kecil menanggapi teriakan laki-laki itu.

Mobilku sudah keluar dari kawasan Opi. Sebaiknya aku bertemu Arya saja dan meminta penjelasan atas kebohongan yang dia lakukan.

Kudial nomor ponselnya dan tersambung namun belum ada tanda-tanda diangkat oleh orang di seberang sana.

Panggilan ketiga kembali kucoba dan

"Hallo, kenapa?" dia langsung to the point pemirsa, mengucapkan salam saja tidak!

"Assalamualaikum," kataku penuh penekanan.

"Waalaikumussalam, kenapa lo nelepon malam begini? minta jagain rumah? sorry gue capek habis manggung tadi."

Tuh 'kan dia berbohong lagi, sedih rasanya, kenapa sih dia harus berbohong.

"Kalau lo enggak mau ngomong gue matiin ni, gue ngantuk."

"Ja---ngan, temani aku ngopi yuk, aku dapat voucher minum kopi berdua di Syah cafe," alibiku, "pleasee, Ar. Yayaya?"

Suara decakannya terdengar, sepertinya dia ingin menolak.

"Kalau ada Didit pasti lo enggak bakal minta gue nemani, 'kan?" tanyanya dengan suara yang sedikit terdengar lebih jauh.

Daripada susah-susah lebih baik ku-iyain aja deh, "Iya. Dan kamu tahu A' Didit belum pulang, jadi aku enggak bisa minta dia nemani."

"Sudah gue duga," desisnya lalu sambungan telepon terputus. Aarrgghh, menyebalkan sekali sih! kalau saja Arya itu si Shaka--laki-laki tebar pesona di rumah Dhelia tadi--sudah kubejek-bejek mukanya!

Panel notifikasi menampilkan sebuah pesan WA dari Arya yang mengatakan dia on the way, asyiiiikkkk!!

🌹

Aku sudah berada di Syah cafe, tempat nongkrong favorit kami jaman SMA dulu, lokasinya berada di pusat Kota, interior cafe ini juga instagramble-lah, tempatnya berlantai dua, di bawah nonsmooking area sedangkan di atas smooking area, jadi aman dari asap rokok!

Aku sudah memesan esspresso untuk Arya dan iced coffe sendiri untukku.

"Arya mana sih," gumamku.

Lagu Zigas-Sahabat Jadi Cinta mengalun menjadi backsound cafe ini, duuhhh kenapa harus lagu ini sih? Bisa baper aku tsaayy ...

"Sorry, tadi nganter orderan dulu." Arya sudah duduk di depanku, ya Allah ganteng banget dia, kaos warna merah marun dipadukan celana levis selutut ditambah rambut yang acak-acakan, kalau gini caranya gimana kubisa melupakan dia wahai Kak Baim!!!

"Melamun aja terus, sampai kafe ini tutup." katanya datar.

Kuhela napas dan melebarkan senyum sambil berucap maaf padanya.

Pesanan kami datang, kupersilakan dia menyesap esspresso-nya terlebih dahulu, perlahan saja. Kalau langsung to the point menekankan dia untuk menjelaskan kenapa harus berbohong, malah gaswat! Bisa-bisa dia meninggalkanku dengan ucapan tajamnya.

"Reana mana?" tanyanya

"Di rumah." Jawabku.

Dia bertanya kenapa tidak mengajak Reana, dan kujelaskan saja kalau aku tadi habis ke rumah teman dan baru ingat kalau kemarin dapat voucher makan berdua di cafe ini. Aku tidak sepenuhnya berbohong 'kan? Memang benar aku tadi habis ke rumah Dhelia as temanku, meski akupun tak tahu Dhelia termasuk daftar temanku ataukah musuh.

Setelah kulihat kondisi yang mulai mendukung untuk kulayangkan misi, segera saja aku bertanya, "Tadi manggung di mana?"

Dia yang tadinya memerhatikan stage yang berada di sudut cafe mengalihkan perhatiannya padaku.

Lama dia tidak menjawab membuatku ingin melemparkan kembali pertanyaan yang sama. Namun selanjutnya dia berkata, "Pernikahan kakak Dhelia lah, emang di mana lagi," jawabnya datar dan kembali perhatiannya pada stage di sana.

Tak bisa hatiku merapikan cinta ...
Karena cinta tersirat bukan tersurat ...
Meski bibirku terus berkata tidak ...
Mataku terus pancarkan sinarnya ...

"Bibir memang bisa berkata tidak, tapi mata tak bisa berbohong, ya kan, Ar?" Andai kamu bisa melihat pancaran cahaya cinta di mataku untukmu. Lanjutku dalam hati.

Aku tak menyangka gumamanku terdengar ditelinganya, dia langsung menatapku kembali dengan alis yang bertaut.

"Maksud lo?"

"Hhm ... mulut memang bisa dengan mudah berbohong tapi mata dan hati tak bisa, sama seperti isi lagu ini, mulutnya berkata tidak mencintai tapi matanya memancarkan cahaya cinta itu sendiri." Kuberanikan membalas tatapannya. Aku harus berhati-hati mengucapkan semua, salah dikit, bisa mampus. Ingin membongkar kebohongan dia malah membongkar perasaanku sendiri, kan enggak lucu!

"Sama ... kayak kamu," kataku pelan.

Wajah dia tiba-tiba tegang, sesekali dirinya melipat bibir ke dalam tanda dia sedang gugup. Apa dia sudah ada firasat aku akan membongkar kebohongannya?

"Gu--gue enggak ngerti ... lo, lo ngomong apa sih!" awalnya dia berucap dengan gugup namun kata terakir nada bicaranya langsung ketus mode on.

"Mulutmu bisa saja membohongi kami, bahwa kamu manggung di pernikahan kakak Dhelia, padahal, nyatanya perempuan itu membatalkannya," ungkapku dengan berani menatap Arya dengan tatapan kecewa.

Dia diam, bahkan matanya tak menatapku lagi, dia memilh memandangi meja yang menjadi pemisah kami.

"Seminggu yang lalu tepatnya disaat kita bertemu di supermarket, Dhelia membatalkan semuanya, benar 'kan, Arya? Tapi, kenapa kamu harus berbohong, bukan cuma aku. Reana, A' Didit bahkan Mama pun kamu bohongi."

"Apa alasannya?"

Dia masih membisu

"Dan kenapa Dhelia bisa membatalkan semuanya, bukankah kamu sudah menuruti perintahnya waktu itu, bahkan kamu tega membuatku sakit demi dia. Kenapa dia membatalkannya! seharusnya kamu marah!"

Perlahan dia mengangkat wajahnya dan mata kami kembali bertabrakan.

"Gue enggak akan menjawab pertanyaan lo, Di. Apapun alasan gue berbohong, sampai kapanpun gue enggak bakal ngasih tau lo."

Jleb banget Ya Allah

"Gue enggak peduli kalian bakal kecewa ataupun marah karena gue sudah berbohong, gue enggak peduli!" lanjutnya begitu tajam.

"Dan soal Dhelia, gue bisa apa jika dia membatalkannya, hak-hak dia, gue enggak punya hak buat marah. Apalagi marah sama dia."

Seketika bulir-bulir kepedihan di mataku mengalir dengan derasnya, kata-kata yang paling sakit dan membuat air mataku tak bisa tertahan adalah kata-kata terakhirnya tadi.

Dia tidak bisa marah pada Dhelia

Ingat! Dia. enggak. bisa. marah. pada. Dhelia

Tapi dia bisa marah padaku,

Dia bahkan bisa membentakku.


🌹🌹🌹

To be continue

Semoga sukaakk

Makasih yang udah neken ☆ dan komenn yaa:*

I Lopeyuuu gaeess, byee

Anjeni Meis
08 Des '18

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

120K 1.1K 13
Penghibur untuk boss sendiri! _ Sheerin Gabriella Gavin Mahendra
450K 38.5K 59
jatuh cinta dengan single mother? tentu itu adalah sesuatu hal yang biasa saja, tak ada yang salah dari mencintai single mother. namun, bagaimana jad...
22K 5.2K 27
Spin off Love Can't Stop Mayang belajar banyak dari pernikahan Yudistira, kakak sulungnya dengan Erlita. Banyak lika liku yang harus siap untuk diha...
25.7K 1.5K 28
Khalid, lelaki penyuka sesama jenis yang ingin menjauhi maksiat dengan memutuskan untuk sendiri. Hingga, suatu kejadian membuatnya menikahi Nur, reka...